Oh My Boss 2 (Real Life)

...Selamat Membaca...

...*****...

"Kau yakin kak?"

Daniel mengangguk. "Grup yang dimasuki oleh Ilona berada di bawah naungan temanku. Ia adalah bos dari para wanita-wanita malam itu."

"Hari ini Ilona akan bertemu dengan Client barunya tanpa sepengetahuan Devano."

Mata Kanaya seketika berbinar mendengar penjelasan Daniel. "Kakak tahu dimana mereka akan bertemu?"

Lagi dan lagi Daniel mengangguk.

"Kalau begitu bolehkan aku meminta bantuan?"

"Sure, apapun untukmu."

Kanaya tersenyum, "Temani aku untuk membuntuti nya malam ini, bagaimana?"

Sejenak Daniel terdiam. Apakah aku akan berubah menjadi penguntit? Tapi tak apa, setidaknya ini salah satu cara agar aku bisa berdekatan dengannya "Tentu, nanti malam kakak akan menjemput mu di kediaman."

Kanaya mengangguk girang. Ia akan terus mengawasi Ilona hingga Azalea sadar dari komanya. Lea, cepatlah bangun. Kau harus tahu bagaimana kehidupan wanita itu! Aku yakin kau pasti senang Le. Hari ini aku akan mengawasimu lagi.

Di sisi lain, Allarick yang baru saja sampai di rumah sakit di kejutkan dengan beberapa dokter yang keluar dari kamar sang istri. Rasa khawatir seketika hinggap di hatinya.

Allarick menghampiri salah satu dokter laki-laki. Menanyakan apa yang terjadi sehingga mereka berada di sana.

"Tidak ada masalah tuan. Tadi beberapa orang yang menjaga di dalam ruangan nona sempat melapor jika ada pergerakan dari nona."

"Kami langsung datang memeriksa nona."

"Jadi?" tanya Allarick penasaran. "Apa ada perkembangan?"

Dokter itu tersenyum dan mengangguk. "Kondisi nona sudah stabil tuan. Nona berhasil melewati masa komanya. Sebentar lagi kami akan memindahkan nona ke ruang biasa."

Ekpresi bahagia langsng terpancar di wajah Allarick. Ia tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya mendengar kata dokter. Allarick mengangguk dengan semangat mengerti perkataan dokter. "Lakukan yang terbaik."

Dokter itu mengangguk. Kemudian permisi untuk pergi dari sana.

Allarick tak henti-hentinya mengucap syukur. Ia langsung masuk ke ruang rawat istrinya dan mengecup kening Azalea sebagai tanda bahagia.

"Terimakasih, terimakasih tuhan," gumam Allarick sembari menggenggam tangan Azalea. Sangking senangnya, Allarick sampai meneteskan air matanya. "Aku bahagia, terimakasih sudah bertahan sayang."

Cup..

Cup..

...*****...

Ilona mengobrak-abrik lemari pakaiannya. Mencari pakaian yang menurutnya cocok untuk ia gunakan malam ini.

"Nah, ini pasti cocok." Ilona mengambil sebuah gaun merah tanpa lengan dengan panjang yang hanya sebatas paha. Gaun ketat yang membentuk tubuhnya itu ia letakkan di atas kasur membuat Devano langsung merubah posisinya perlahan-lahan.

"Kamu mau apa Na? Kenapa terlihat sibuk sekali? lalu pakaian ini mau diapakan?"

Ilona tersenyum, "Sebentar lagi aku mau pergi."

"kemana?"

"Party bersama teman-teman ku."

"Malam-malam seperti ini? Denga pakaian seperti ini?"

Ilona mengangguk. "Sudahlah, tak perlu khawatir. Aku akan pulang tengah malam nanti, kamu tenang saja."

"Tapi-."

"Aku tidak akan macam-macam, oke?" Ilona mendekati dan mengecup pipi Devano sekilas berharap pria itu mengiyakannya.

"Baiklah, kabari aku jika terjadi apa-apa."

"Heem."

Setelah itu, Ilona pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Tak lupa sekaligus membawa pakaiannya itu.

Lima belas menit kemudian, Ilona keluar dengan gaun yang sudah melekat ditubuhnya. Ia sengaja membiarkan rambutnya terurai. Kemudian duduk di depan meja rias dan merias wajahnya.

"Oh ya Van, sepertinya aku akan pulang agak terlambat dari yang aku katakan tadi. Aku lupa harus melakukan sesuatu bersama teman-teman ku."

"Baiklah, tapi kamu harus hati-hati selama di sana."

"Heem." Memuakkan sekali! seharusnya aku tak perlu izin padanya!

Setelah puas dengan penampilannya, Ilona pun pergi dari apartment nya. Tak lupa ia menggunakan masker agar wajahnya tak terekspos. Ia pergi menggunakan taksi online yang sudah ia pesan.

Taksi itu mengantarkan Ilona ke sebuah hotel. Ilona turun dan memasuki lobi hotel lalu menuju meja resepsinya.

"Atas nama Tuan Farhan."

Resepsionis itu tersenyum dan mengangguk. "Kamar 203 nona."

"Terimakasih," ucap Ilona tersenyum.

Ilona langsung menuju ke kamar yang di maksud. Setelah sampai di lantai yang ia tuju, Ilona langsung menuju kamar dimana client nya berada.

Cklek...

Pintu kamar terbuka. Ilona memasuki kamar itu dengan hati-hati. Di sana ia melihat seorang pria berdiri membelakanginya. Ilona membuka masker dan meletakkan tasnya di atas kasur.

"Tuan~"

Pria itu pun berbalik dan,

Degh..

"Ilona?!"

"Om Wira?!"

...*****...

Kanaya menutup mulutnya shock. Menatap Daniel dengan ekspresi yang tak biasa.

"Kak? I-ini gila! Ayahnya Devano?! Om Wira adalah client-nya Ilona?!"

Daniel mengangguk.

"Wah.. Tidak ku sangka. Ilona akan melakukan itu dengan ayah kekasihnya?!" Kanaya benar-benar tak habis pikir. Sebuah kebetulan yang benar-benar tak bisa di bayangkan.

"Aku jadi semakin penasaran, apa yang akan terjadi jika Devano dan ibunya tahu akan hal ini." Kanaya tersenyum miring. "Ini akan menjadi semakin menarik."

"Kak, bisa cari tahu sudah berapa lama om Wira melakukan hal ini?"

"Tentu." Daniel tersenyum. "Ada lagi?"

Kanaya menggeleng. Kemudian menopang wajahnya dengan kedua tangannya. "Jika dipikir-pikir, Kenapa akhir-akhir ini kita jadi dekat? Lalu kakak sering membantuku? Apa-apa jangan-jangan kakak ada maksud lain padaku?"

Iya "tidak," bantah Daniel. "Sama sekali tidak ada maksud lain." Aku menginginkan mu Kanaya

"Benarkah?"

Daniel mengangguk mantap. Kanaya pun mengangguk-anggukan kepalanya.

"Tapi.. kakak tak ingin sesuatu? Ya.. anggap saja sebagai balasan karena kakak sudah banyak membantuku."

Daniel menggeleng.

"Yakin? Aku pasti akan memberikannya jika kakak memintanya."

"Apapun?" tanya Daniel tersenyum.

"Iya, selagi aku mampu. Aku akan memberikannya," jawab Kanaya mantap.

Senyum Lebar terbit di wajahmu tampannya. Daniel mengubah posisi duduknya yang tadi menyilangkan kaki menjadi tegak.

"Baiklah, karena kamu memaksa. Kakak menginginkan...." Daniel menggantung ucapannya. Sengaja ia lakukan untuk melihat wajah Kanaya yang penasaran.

"Apa kak?!"

"Kamu yakin tidak akan menyesal?" tanya Daniel sekali lagi.

Kanaya menggeleng. "Tidak. Aku yakin! Jadi kakak mau apa?"

Daniel menghela napas panjang. Ia tak juga membuka suara membuat Kanaya berdecak kesal.

"Kak?!!"

"Hati-mu."

"Kakak ingin aku membelah tubuhku?!"

...*****...