Satu tahun lalu, dia menolong sahabatnya yang hampir diperkosa pria asing di sebuah Club malam. Dan sekarang dia bertemu kembali dengan pria itu sebagai Bosnya. Bagaimana takdir seperti ini bisa terjadi? Rasanya Leava ingin menghilang saja.
Menolong sahabatnya dari pria yang akan merenggut kesuciannya. Tapi sekarang, malah dia yang terjebak dengan pria itu. Bagaimana Leava akan melewati hari-harinya dengan pria casanova ini?
Sementara Devano adalah pria pemain wanita, yang sekarang dia sudah mencoba berhenti dengan kebiasaan buruknya ini. Sedang mencari cinta sejatinya, namun entah dia menemukannya atau tidak?
Mungkinkah cintanya adalah gadis yang menamparnya karena hampir memperkosa sahabatnya? Bisakah mereka bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemukan Pelaku Perundungan
Leava selesai mandi, ketika dia keluar sudah disiapkan pakaian ganti untuknya. Leava segera memakainya. Lalu menyisir rambutnya di depan meja rias yang ada di ruang ganti ini. Leava melihat pipinya yang membiru juga keningnya. Semua badannya juga terasa cukup sakit karena pukulan dan tendangan dari mereka.
"Bahkan aku yang lebih dulu mencintainya dan memilikinya. Tapi, kenapa sekarang malah aku yang disebut merebutnya dari wanitanya"
Air mata menetes begitu saja, Leava tidak bisa menahannya lagi. Bukan salah dia jika Hendi mengatakan cinta padanya. Karena sejak awal, dia yang mencintainya lebih dulu dan dia juga yang memilikinya. Tapi sekarang, malah dia yang di anggap merebutnya dari wanitanya.
Suara ketukan pintu membuat Leava langsung menghapus air matanya. Dia segera berdiri dan keluar dari ruang ganti. Melihat Devan yang berdiri di depannya sekarang.
"Tuan, maaf kalau saya terlalu lama di dalam" ucap Leava dengan menundukan kepalanya.
Tidak mengatakan apapun, Devan langsung menarik tangan Leava dan membawanya duduk di pinggir tempat tidur. Mengambil kotak obat dari dalam laci nakas samping tempat tidur.
"Kenapa bisa seperti ini? Siapa yang melakukannya padamu?" tanya Devan.
Leava hanya diam saja saat Devan mengobat memar di pipi dan kening Leava saat ini. Karena sebenarnya dia juga bingung harus bagaimana mengatakannya.
"Katakan padaku siapa yang melakukan ini padamu?!" tekan Devan, sepertinya dia sudah tidak bisa sabar lagi.
Leava mendongak, matanya berkaca-kaca. Tidak pernah menyangka juga jika dia akan mendapatkan perundungan di dunia kerjanya. Karena selama sekolah dan kuliah, dia cukup menjalani kehidupan yang baik dan normal saja. Tidak punya banyak teman, tapi tidak punya masalah dengan siapapun. Meski temannya tidak banyak, tapi Lea selalu merasa tenang karena dia tidak punya musuh siapapun. Tapi sekarang, dia malah mengalami perundungan ketika berada di dunia kerja.
"Aku tidak menggodanya.. Hiks.. Sejak awal memang dia milikku. Hanya saja aku menyerah dengan semuanya. Tapi, kenapa sekarang orang-orang malah mengatakan jika aku adalah seorang pelakor. Aku tidak merebutnya.. Hiks.."
Devan terdiam dengan tangan yang mengepal kuat, tidak suka melihat wanitanya menangis seperti ini. Meski dia masih belum mengerti apa yang dimaksud oleh Leava barusan. Akhirnya Devan juga tidak bisa memaksa Leava untuk bercerita, karena gadis itu terlihat masih begitu shock sekarang. Devan hanya memeluknya dengan erat hingga akhirnya Leava tertidur dalam pelukannya.
Devan mengelus kepala Leava dengan lembut, mengecup keningnya juga sebelum dia meninggalkan gadis itu untuk beristirahat.
Ketika Devan keluar, dia melihat adanya Givan disana. Dia langsung menghampiri asistennya itu. "Bagaimana? Apa kau sudah menemukan penyebabnya?"
Givan langsung menunjukan sebuah rekaman video yang tersebar. Hendi yang mengungkapkan perasaannya pada Leava di Lobby Perusahaan ERC Coporation, ternyata ada yang merekam dan menyebarkannya. Hal ini yang membuat semua orang jadi tahu tentang ini.
"Sepertinya ini adalah penyebabnya" ucap Givan.
Devan langsung mengepalkan tangannya erat. Marah atas apa yang dilakukan Hendi, juga merasa cemburu karena ada pria lain yang jelas mencintai wanitanya.
"Buatkan jadwal bertemu dengan Hendi, hanya kami berdua!" tegas Devan.
Givan langsung mengangguk, lalu dia menunjukan sebuah rekaman cctv di dalam lift Perusahaan. "Dan yang terjadi pada Sekretaris Leava, adalah ini? Saya juga melihat rekaman cctv depan toilet karyawan perempuan, dan mereka keluar dari sana. Dan 30 menit kemudian, barulah Sekretaris Leava keluar juga dengan keadaan yang kacau"
"Panggil mereka semua ke ruanganku sekarang!"
Givan mengangguk, dia segera keluar ruangan untuk memanggil 4 karyawan wanita yang sudah melakukan perundungan di Perusahaannya. Apalagi mereka telah melukai wanitanya. Tentu saja Devan tidak akan membiarkan itu terjadi lagi.
*
Nyatanya Leava tidak bisa istirahat dengan benar, dia hanya tidur sebentar saja karena teringat jika dia punya tanggung jawab atas pekerjaannya. Leava terbangun dan duduk di atas tempat tidur. Menghembukan nafas pelan.
"Aku masih disini ternyata, aku harus segera kembali bekerja. Apalagi sekarang Tuan Devan sudah kembali"
Leava turun dari tempat tidur dan berjalan keluar dari ruang istirahat. Begitu terkejut ketika melihat pemandangan di depannya sekarang. Empat orang karyawan wanita tadi, berada disana. Berlutut di depan Devan yang berdiri bersandar pada meja kerjanya. Mereka semua terlihat menangis dengan wajah pucat dan tangan bergetar.
"Apa saja yang kalian lakukan padanya? Sampai ada memar di wajahnya. Sepertinya saya harus melakukan hal yang sama agar kalian bisa merasakan juga"
Tangan Devan sudah terangkat untuk memukul wanita di depannya. Tapi Leava langsung berlari ke arahnya dan menahan tangan Devan.
"Tuan, jangan lakukan ini. Anda bisa kena masalah nanti"
Devan cukup terkejut dengan kehadiran Leava disana. Dia kira gadis itu akan beristirahat cukup lama. Seketika wajah dingin dan menyeramkannya itu berubah ketika menatap Leava. Dia mengelus lembut pipi gadis itu.
"Kenapa sudah bangun Hmm? Kau istirahat saja" ucap Devan dengan lembut.
Leava menggeleng pelan. "Saya tidak bisa istirahat. Saya harus kembali bekerja"
"Tidak! Kau tidak boleh bekerja dengan keadaan seperti ini. Sebaiknya kau pulang saja" ucap Devan dengan tegas.
Empat wanita itu cukup terkejut dengan perlakuan Devan pada Leava. Mereka langsung menunduk kembali saat Devan melirik pada mereka dengan lirikan tajam menakutkan.
"Biarkan aku mengurus empat orang yang sudah menyakitimu. Selain kehilangan pekerjaan, mereka juga tidak akan mendapatkan pekerjaan di Perusahaan mana pun. Karena akan masuk ke daftar hitam ERC Coporation, maka tidak akan ada Perusahaan lain yang mau menerima mereka lagi"
Tubuh mereka langsung bergetar, wajahnya berubah menjadi pucat. Ancaman Devan jelas bukan main-main. Pastinya dia akan melakukannya.
"Tuan, tolong maafkan kami. Kami tidak akan..."
"Perusahaan ini tidak ada kesempatan kedua bagi orang yang berbuat kesalahan dengan sengaja. Maka karier kalian tamat sampai disini!" tekan Devan.
Benar-benar sudah tidak ada toleransi lagi. Apalagi mereka yang sudah menyakiti gadisnya. Tidak akan Devan biarkan itu terjadi lagi.
"Sekarang ayo biar aku antar pulang" ucap Devan lembut pada Leava.
Devan menggandeng tangan Leava dan membawanya keluar ruangan. Meminta kunci mobil pada Givan, karena dia yang tak membawa mobil sendiri hari ini.
"Kau urus mereka Gi, berikan pelajaran sampai tuntas. Aku tidak ingin melihat wajah mereka lagi, dimanapun itu!"
"Baik Tuan"
Leava tidak mampu berkata-kata, dia hanya menatap tangannya yang di gandeng oleh Devan. Lalu menatap punggung tegap pria yang berjalan di depannya ini. Ternyata perasaan rindu itu masih ada, apalagi ketika melihatnya berada di depan mata sekarang. Tentu saja Leava semakin merasakan rindu yang luar biasa.
Bersambung