Bagi Kenzio Danierka Velert yang seumur hidupnya hanya diisi dengan belajar dan belajar, cinta itu tak nyata adanya. Ia tidak pernah percaya dengan adanya cinta, terlebih melihat bukti nyata yaitu keluarganya yang tak lagi utuh.
Dan saat ayahnya menikah kembali, hadirlah Zafanya Reskantara sebagai adik tirinya yang membuat Kenzio berubah. Zafanya dengan segala kegilaannya membuat Kenzio berhasil menyicipi seberapa panas cinta yang sahabat-sahabat gilanya sebutkan.
Dan saat itu terjadi, dirinyalah yang lebih tergila-gila dengan adik tirinya itu.
•••
"Kak, mau ciuman?"
-Zafanya Reskantara
"Mumpung Ayah Bunda lagi nggak dirumah, lo mau coba lebih jauh?"
-Kenzio Danierka Valert
...
"Hmphh, Kak, pelan-pelan, nanti Ayah Bunda denger." Zafanya membekap mulutnya rapat-rapat.
"Sshh..." erang Kenzio tak peduli.
•••
Warning⚠️
Bocil jangan mendekat🙂↕️🙂↕️
Dosa tanggung sendiri ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Polaroid Usang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 31 Perjodohan
•••
"Lagi ada tamu?" Gumam Nara malas saat melihat mobil asing terparkir di halaman rumahnya, ia lalu berbelok dan melangkahkan kaki menuju pintu belakang.
"Kenapa pulang malam?"
"Ah!" Pekik Nara, ia menoleh ke dapur dan menatap Mama nya yang sedang menyiapkan minuman dan beberapa cemilan, untuk tamu itu sepertinya.
"Kaget, Ma!" Serunya, "Aku ada janji sama Zafa tadi, kita makan malam di luar." Katanya menghampiri Mamanya itu. Sudah lancar sekali jika berbohong membawa-bawa nama Zafanya.
Diana, mama Nara menuangkan air putih pada gelas dan memberikan pada anaknya. Langsung saja diteguk hingga tandas oleh cewek itu.
"Bersih-bersih gih, pakai baju yang cantik trus ke ruang tamu." Ucap Mama Diana.
"Buat?" Tanya Nara sembari mencomot brownies yang sudah disudah disusun Mamanya.
"Pokoknya ikutin kata Mama, pakai dress yang Mama beliin beberapa hari lalu." Kata Mama Diana mendorong anaknya untuk segera meninggalkan area dapur.
"Jangan lupa dandan yang cantik! Okeee?!" Tambah Mama Diana.
Nara menggangguk malas sembari menggaruk belakang telinganya, lalu bukannya segera ke kamar ia malah berjalan ke arah ruang tamu dan mengintip dari balik tembok.
"Nggak kenal." Batinnya menatap sepasang suami istri yang sepertinya seumuran dengan orang tuanya, "Tapi Om-nya kayak mirip seseorang deh." Gumamnya sembari menaiki tangga menuju kamar.
Setelah berkutat dengan peralatan mandi dan juga make up, Nara melangkahkan kaki menuju ruang tamu. Ia menatap dua orang itu canggung, lalu menoleh pada mama papa nya.
"Nah, ini anak aku, Mbak. Biasanya dipanggil Nara. Nah ini temen Mama, Tante Resa ama suaminya Om Daeno." Kata Diana setelah menarik anaknya untuk duduk, "Good girl." Bisik Diana puas dengan penampilan anaknya.
Nara hanya mengusungkan senyumnya, "Halo, Tante, Om. Aku Nara." Sapa Nara kedua tamu orang tuanya itu.
"Cantik ya, Nara. Mirip Mama nya. Iya kan, Pa?" Ucap Resa menepuk lengan suaminya.
"Iya, kayak diduplikat." Balas Daeno.
Nara tertawa malu, "Tante Resa juga cantik banget. Om Daeno juga tampan."
"Bisa aja kamu," Balas Resa tertawa, "Btw, anak Tante mirip Papanya, jauh lebih ganteng malah. Kalian cocok banget loh nanti di pelaminan!" Tambah Resa.
"Iya?" Balas Nara tersenyum kaku, ia menoleh pada Mama Papa.
"Loh, kamu belum di kasih tau?" Seru Resa juga menoleh pada Diana.
"Belum, Mbak. Nara biasanya anak rumahan, tapi akhir-akhir ini sibuk sama tugas-tugasnya." Balas Diana.
"Jadi..." Suara Nara mengambil alih perhatian mereka, "maksudnya apa ya, Ma?" Nara jadi curiga dengan satu hal.
"Ah, ini kita mau bahas soal perjodohan kamu sama anak Tante Resa." Balas Diana.
"Hah?!" Pekik Nara, nafasnya berhenti sejenak, ia mengerjabkan matanya, "Gi-gimana, Ma?" Tanya Nara lagi, merasa ia salah mendengar.
"Kamu Mama jodohin sama anak Tante Resa. Kira-kira dua bulan lagi rencana pernikahan kalian." Balas Diana tersenyum paksa menatap anaknya, tangannya mencubit paha Nara.
"Ta-tapi—"
"Kamu nggak pernah nolak lo pas Mama bilang soal perjodohan loh sebelumnya." Potong Resa.
"Enggak! Aku nggak mau." Balas Nara tegas, ia beralih menatap Papa nya, "Atas dasar apa kalian lakuin perjodohan kayak gini?" tiba-tiba saja ia rak bisa mengatur emosinya.
"Nara, jangan nggak sopan kayak gitu." Tegur Farhan selaku Papa Nara.
"I-ini kalian serius? Sekarang udah tahun berapa, Pa? Masa jodoh-jodohan kayak gini?!" Seru Nara berdiri dari duduknya. Ingatan kejadian saat di club beberapa hari lalu terputar, bayangan malamnya bersama Jayden saat itu terputar. Bagaimana mungkin ia menikah secepat ini setelah kejadian itu?
Bagaimana jika ia hamil?
"Kalian kan belum ketemu, Mama yakin kamu bakal suka sama calon suami kamu." Kata Diana yang membuat Nara semakin pusing, "Kamu belum liat dia kayak apa, kan? Ini Mama liatin fotonya." Diana mencari handphonennya.
"Nggak perlu. aku nggak mau!" Putus Nara beranjak dari ruang tamu.
"Nara!" Panggil Farhan membuat ia berhenti melangkah, "Ini semua demi kebaikan kamu. Papa khawatir ninggalin kamu sendirian disini pas Papa Mama urus anak perusahaan baru kita di London."
Nara membalikkan badan menghadap Papanya, "Demi kebaikan aku atau demi kelancaran perusahaan Papa?" Sarkas Nara kesal.
"Sebelumnya kamu nggak pernah mempermasalahkan perjodohan pas Papa bahas, kan? Kenapa tiba-tiba nolak keras kayak gini?"
"Pa, situasinya beda sekarang, Pa!" Balas Nara, "Karna aku nggak per*wan lagi sekarang." Lanjutnya membatin.
"Lagi pula sebelumnya Papa kayak bercanda bahas-bahas perjodohan sama aku! Intinya aku nggak mau di jodohin, aku udah punya pacar." Kata Nara lalu beralih menatap Resa dan Daeno, "Maaf, Om, Tante." Sambungnya lalu berjalan menuju tangga.
"Pernikahan kalian tetap akan terlaksana gimana pun kamu nolaknya. Lagipula kamu nggak punya pacar." Balas Farhan, lalu pria yang hampir berkepala lima itu menoleh pada tamunya, "Anaknya emang agak keras kepala, nanti juga bakal nurut, kok." Katanya.
Dipertengahan tangga Nara menghela nafas lelah, ia menggigit bibirnya kesal mendengar perkataan Papa nya itu. Kepalanya penuh memikirkan banyak hal. Bagaimana mungkin ia memberikan tubuh bekas ini pada lelaki lain? Dan bahkan ada kemungkinan yang sangat besar bahwa dirinya hamil.
Ingatan tentang perkataan Jayden tadi sore terlintas dalam otaknya.
"Lo harusnya minta gue tanggung jawab!"
"Gue bener-bener ngerasa bersalah, gue takut lo hamil, gue takut hancurin masa depan cewek baik-baik kayak lo, makanya gue mau tanggung jawab!"
"Gue bakal tanggung jawab. Janji."
"Kak Jayden orang baik." Gumam Nara. Bukankah jauh lebih baik menikah dengan Jayden yang sudah dikenalnya dari pada dengan orang asing?
"Huuufff..." Nara berusaha meyakinkan diri, ia lalu membalikkan badan dan kembali menuruni tangga.
"Demi kebaikan aku, kan?" Seru Nara memotong pembicaraan para orang itu, "Kalau gitu aku nikah sama pacar aku. Nikah besok pun nggak papa kalau Papa kebelet nikahin aku!"
"Nara! Kamu balik ke kamar aja." Tegur Farhan.
"Kita bicarain ini lagi nanti ya, Sayang?" Kata Diana pada Nara, ia hendak membawa Nara menjauh, tapi Nara segera menepis tangan Mamanya.
"Buat lokasi pernikahan ada rekomendasi dari kalian?"
"Ck!" Nara berdecak kesal melihat Papanya kembali berbincang soal pernikahan dengan Resa dan Daeno.
"Udah, ayo." Bisik Diana berusaha membawa Nara menjauh.
Nara tetap kekeh berdiri diam didepan Papa nya, dia menyisir poninya kebelakang berusaha berpikir jernih. Berkali-kali menghela nafas kesal memperhatikan Papa nya itu. Sampai sebuah cara terakhir yang akhirnya ia putuskan untuk membatalkan perjodohan tidak jelas ini.
"Aku hamil."
"Nara!" Bisik Mamanya kaget, begitupun Papanya juga Resa dan Daeno yang beralih menatapnya.
"Aku hamil." Ulang Nara.
"Nggak usah bohong kamu, perjodohannya udah nggak bisa dibatalin." Kata Farhan.
"Aku beneran hamil!" Seru Nara kesal.
"Ahaha," Diana berusaha tertawa, "Kamu nggak usah berusaha sekeras itu buat batalin perjodohannya, Sayang."
"Aku serius!" Sentak Nara, "Bukannya beberapa hari lalu aku nggak pulang kerumah? Aku nginep sama pacar aku!"
"Pacar aja kamu nggak punya loh, makanya waktu itu kamu setuju-setuju aja soal perjodohan, kan." Diana masih berusaha supaya calon besannya tak salah paham. Lagipula ia yakin anaknya tak mungkin seperti itu.
"Aku punya, Ma! Dan aku nggak bohong!" Seru Nara frustasi, dia menoleh pada Resa dan Daeno, "Aku beneran hamil, Om, Tante. Jadi sebaiknya kalian batalin kesepakatan itu."
"NARA! Cukup bertingkahnya! Balik ke kamar!" Bentak Farhan.
"AKU BENERAN HAMIL! KALAU PERLU AKU TELPON AYAHNYA SEKARANG!" Balas Nara emosi, bagaimana bisa orang-orang ini tidak percaya.
Tok tok tok!
Ceklek!
Perhatian semua orang teralih pada seseorang yang baru saja membuka pintu. Nara membulatkan matanya melihat seseorang itu, orang yang ia bicarakan entah bagaimana bisa muncul disaat yang tepat ini. Jayden berdiri disana dengan canggung.
"Nah, perjodohan—"
"DIA AYAHNYA!" Potong Nara cepat pada perkataan Papanya, dia sudah muak mendengar kata perjodohan.
Semua orang dalam ruangan itu membatu.
Nara berjalan menuju pintu dan menarik Jayden, "Kak, lo kesini pasti mau bahas soal itu, kan?" Kata Nara berusaha tersenyum, matanya mengedip-ngedip berusaha membuat Jayden segera paham situasi.
"Soal aku hamil. Kan kmu bilang mau tanggung jawab." Sambung Nara pelan, ia segera memutus kontak mata dengan Jayden. Beralih menatap orang tuanya.
"Yes, perjodohannya batal." batin Nara.
"I-ini serius?" Resa membuka suara dengan ekspresi masih syok berat.
"Ini—" Jayden hendak berbicara tapi segera dicubit oleh Nara.
"Kenalin, pacar aku, Kak Jayden." Ucap Nara memotong perkataan Jayden, tangannya dengan kaku menyentuh perut, "Ayahnya anak ini."
"HAH?!"
•••
.
.
.
Mana epsnya?! Biar gue edit -Cha
Kagak ada -Raeza
Jadi begitulah gais, ini gue Cha ambil alih NT anakny dulu. Katanya gini "Susah buat up tiap hari njirr. Bisa stress gua."
Asliii gue udah kayak manager dia aja dah heran, harusnya gue langsung di gaji nihh bukannya nunggu penghasilan duluu.
Besok bakal update kok gaiss
So guyssss jangan lupa kasih like!!!!! 30 like bisa kaaannnn? Ayok bisaaa plissss
Jangan lupa subscribe and follow akun iniiiii! join chanel telegrm jugaaa
Bye byeeee👋🏻👋🏻👋🏻👋🏻
Love u our readers❤️🔥❤️🔥
di tunggu updatenya..
tolong di up terus yah Thorr☺️☺️