Banyak cerita yang terjadi di saat Elvin Zayyan Pradipta masih duduk di bangku SMA. Beberapa kali ia di tangkap oleh polisi, tapi tak mampu menahannya di dalam walaupun ia terlibat dengan kasus yang besar.
Ia juga terlibat dengan sebuah organisasi saat berada di negara K tempat sang granma. Kedua orang tuanya pun tidak mengetahui hal itu, tapi granma tahu tentangnya.
Sampai suatu ketika ia di paksa oleh orang tuanya untuk menikah, yang di mana dirinya belum terpikirkan untuk melakukannya.
Apakah Elvin akan menuruti atau bahkan memberontak?
Dan siapakah wanita yang akan di jodohkan dengannya?
BACA CERITANYA SEKARANG!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yaya haswa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
Setelah dokter menangani Clara, ia keluar untuk menemui Elvin. Elvin yang melihat dokter keluar segera menghampirinya.
"Bagaimana keadaannya Dok?"
"Teman mu baik-baik saja. Jahitannya kembali robek sehingga darahnya keluar. Usahakan agar tidak mengangkat hal yang berat dan melakukan sesuatu yang dapat mengakibatkan jahitannya kembali terlepas. Apalagi lukanya masih sangat basah" jawab dokter.
Dokter mengira Elvin dan Clara adalah teman, karena melihat seragam sekolah mereka.
"Baik dok. Apakah perlu menginap?"
"Sebenarnya tidak perlu karena kami hanya menjahit lukanya saja dan tidak ada yang serius, tapi jika pasien merasa tidak enak, bisa di pindahkan ke ruang perawatan"
"Ohh.. baiklah dok, saya mengerti. Jadi hari ini boleh pulang jika tidak ada keluhan?"
"Benar"
"Apakah saya boleh masuk?" tanya Elvin
"Boleh, silakan!" .
"Baiklah, saya permisi" ucap dokter lagi
"Iya, dok"
Dokter pergi bersama suster dan meninggalkannya. Sebelum masuk, Elvin masih diam di luar. Ia memikirkan apa yang terjadi pada Clara.
Dia punya luka di dadanya dan saat menikah anggota the Hide hadir sebagai rombongan Clara. Apa hubungannya dengan mereka, kenapa Clara bisa mengenalnya. Dia tidak mungkin anggota the Hide karena hanya Queen satu-satunya perempuan di the Hide____ pikir Elvin
Ia masih diam di depan ruangan, sampai ia mengingat kejadian di Inggris.
Clara....Queen? apa mereka orang yang sama? Queen beberapa hari yang lalu terkena tembakan tempat di dada kirinya dan Clara juga memiliki luka yang sama dan bahkan dokter mengatakan lukanya masih sangat basah____ pikir Elvin lagi.
Kemudian Elvin tersenyum miring ketika menyadari sesuatu. Ia kemudian masuk ke dalam ruangan dan melihat Clara yang diam di atas brangkar dengan baju rumah sakit.
Bajunya di ganti karena terkena darah dan juga harus di lakukan penjahitan kembali yang otomatis pakaiannya harus di buka yang walaupun menggangguk baju khusus.
Elvin mendekat dan ternyata Clara tidak tidur. Kemunculan Elvin membuat Clara kaget karena ia tidak mendengarnya masuk.
"Kenap tidak tidur?" tanya Elvin.
"Gue gak ngantuk"
"Bagaimana Lo bisa punya luka itu?" Elvin mulai menggali informasi.
Clara hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Elvin. Ia hanya mengalihkan matanya ke arah dinding rumah sakit.
"Queen" ucap Elvin. Seketika Clara menoleh dan hal itu membuat Elvin tersenyum dan mendengus. Clara yang menyadari kecerobohan kembali melihat ke arah dinding.
"Jadi benar Lo adalah Queen?"
Lagi-lagi Clara tidak menjawabnya.
"Gue akan menelpon menelpon daddy dan memberi tahu ayah" Elvin merogoh saku celananya dan akan menelpon.
"Jangan!!" suara Clara mengehentikan Elvin.
Elvin mengangkat satu alisnya menandakan 'kenapa'.
"Gue akui, gue adalah Queen. Tapi gue mohon jangan beritahu siapapun tentang kondisi gue, terutama ayah"
"Kenapa? Lo gak memberitahu ayah tentang kejadian di Inggris?"
Clara menggeleng. "Ayah pasti akan melarangku pergi kalau dia tahu"
"Makanya kami melarangmu ikut, tapi sudahlah"
"Jangan beritahu ayah, ya? Lo harus janji"
"Huffthh... baiklah. Sekarang apa?"
"Pulang" jawab Clara. Ia tidak mau tinggal di rumah sakit, ia sangat benci itu. Ia jadi mengingat tentang ibunya.
"Yakin? gak ada hal aneh yang lo rasain?"
"Gak ada. Jahitannya hanya terlepas dan sudah di jahit lagi"
"Obat yang paman Roni kasih masih ada?"
"Masih banyaj, tapi ada di rumah"
"Yasudah, nanti kita ke rumah mu"
Setelah perbincangan mereka selesai, Elvin menghubungi orang yang ada di rumahnya untuk membawakan baju untuk Clara, karena dia tidak mungkin menggunakan baju sekolahnya lagi yang terkena darah.
***
Sementara di sekolah, ruang BK. Ibu Rela berhadapan dengan 4 murid siswi yang itu Fara, Rosa dan kedua sahabatnya.
"Kenapa kamu mendorong Clara, Rosa?"
Rosa diam sedang memikirkan alasannya.
"Clara merebut pacarku, Bu. Ibu kan tahu pelakor itu harus di musnahkan. Kalau ada cewek dekatin suami ibu, pasti ibu marah juga kan?"
"Iya pasti saya akan marah. Apa kamu punya bukti Clara menikungmu?"
"Tapi Bu____" Felix ingin menyela, tapi Bu Rela melarangnya bicara.
"Saya belum mengizinkan mu bicara, Felix"
Rosa menjulurkan lidahnya ke arah Felix, karena merasa menang. Felix hanya bisa mendengus.
"Aku melihatnya sendiri Bu. Clara satu mobil dengan Elvin. Padahal kan Clara sangat tidak suka dekat dengan laki-laki, tapi sekarang dia malah mengincar Elvin"
"Ohh...jadi pacarmu itu Elvin?"
"Iya Bu....Aku cocok kan Bu sama dia?"
"Hmmm......" sahut ibu Dela.
Ia kemudian mengambil handphonenya dan menghubungi seseorang, ia bahkan lospeaker.
"Iya Bu Dela" suara Elvin menyahut di seberang telepon.
Mata Rosa membulat mendengarnya. Ia menatap kedua sahabatnya secara bergantian.
"Apa benar Rosa itu pacarmu?" Ibu Dela bertanya seperti itu karena ia sangat tahu seperti apa sikap Rosa yang sangat suka mengklaim pria yang dia suka.
"Bukan, bu"
Rosa menelan ludahnya kasar saat ibu Dela manatapnya.
"Baiklah. Bagaiman keadaan Clara?"
"Clara sudah di tangani dokter, Bu. Dia punya luka basah yang pernah di jahit dan itu kembali terbuka"
"Yasudah, hanya itu yang ingin ibu tanyakan"
"Bu, boleh saya izin tidak masuk di jam terakhir? saya harus menunggu keluarga Clara yang belum datang"
"Boleh"
"Terima kasih, Bu Dela"
Sambungan telpon terputus. Fara tersenyum puas mendengar pembicaraan Elvin dengan ibu Dela.
"Kamu sudah berbohong pada saya, Rosa. Sebagai hukuman kamu harus membersihkan toilet siswi bersama Ani dan Rabu karena kalian berdua ikut bersekongkol. Dan Rosa, kamu harus membayar biaya pengobatan Clara karena kamu yang menyebabkannya masuk rumah sakit"
"Tapi bu____" mereka bertiga ingin protes.
"Tidak ada tapi-tapian. Kerjakan sekarang, atau ibu tambah hukuman kalian"
Mereka bertiga cemberut dan sangat kesal.
"Tunggu apa lagi? keluar sekarang!"
Rosa mengehentikan kakinya keluar dari ruang BK. Fara menahan tawanya mendengar ketiganya mendapatkan hukuman.
"Kamu Fara..."
Seketika Fara kaget dan menatap Bu Dela.
"Kamu juga mendapatkan hukuman menyapu lapangan bola"
"Kok gitu bu, saya kan membela Clara"
"Apapun alasannya, kamu juga salah karena malah berkelahi bukan melaporkannya pada ibu"
"Yah...Bu..., jangan dong" Fara memelas.
"Sapu lapangan bola atau di tambah dengan lapangan basket"
"Eh...jangan Bu, jangan....saya sapu lapangan bola saja"
"Yasudah kerjakan sekarang"
"Iya Bu..." Fara segera keluar, ia takut ada tambahan hukuman lagi.
"Kenapa kamu tidak keluar juga? mau dapat hukuman juga seperti mereka?" ibu Dela menatap Felix yang masih diam duduk di sana.
"Eh...tidak Bu, tidak. Hehe..." Felix langsung kacir keluar. Mana mau dia mendapatkan hukuman, sedangkan ia gak ngapa-ngapain.
.
.
NEXT