Another Life

Setelah hubungan Nathan dan Rena diketahui oleh publik, mereka berdua tidak khawatir lagi untuk menunjukkan kebersamaan di tempat umum. Apalagi ketika hubungan mereka disambut hangat oleh para penggemar. Semua orang sibuk berkomentar di dunia maya, kebanyakan berkata bahwa Nathan dan Rena adalah pasangan yang serasi.

Di kampus, Rena juga sering digoda oleh teman-temannya perihal hubungan gadis itu dengan Nathan. Teman-teman Rena yang sebagian besar adalah penggemar Nathan, kini juga menjadi penggemar Rena dan selalu ingin bergaul dengan Rena. Rena pun tidak masalah, asalkan mereka tidak mendekatinya secara berlebihan.

“Teman-teman, aku duluan ya…” pamit Rena kepada teman-temannya setelah kuliah berakhir.

“Iya, hati-hati, kekasihnya Nathaniel…”

Rena tertawa malu-malu mendengar gurauan teman-temannya itu. Ia berjalan dengan langkah riang menuju tempat parkir. Rena sudah akan memasuki mobil putihnya, hingga suara berat seseorang terdengar dari belakangnya.

“Kamu tampak bahagia sekali akhir-akhir ini,” suara tersebut membuat Rena berbalik.

Raut wajah Rena yang tadinya ceria berubah menjadi datar setelah melihat siapa yang berdiri di hadapannya sekarang.

“Bisakah kamu berhenti menemuiku, Derryl?” ucap Rena dengan nada kesal, “kamu merusak suasana hatiku yang sedang bagus.”

Derryl menaikkan sebelah alisnya, “apa kamu lupa kalau kamu sudah dijodohkan denganku? Rena, bagaimana bisa kamu berkencan dengan orang lain secara terbuka, sedangkan kamu sudah punya calon pasangan, yaitu aku.”

“Hentikan ucapanmu tentang perjodohan. Semua itu hanya omong kosong,” ucap Rena dengan tatapan tajam.

“Omong kosong?” suara Derryl terdengar begitu dingin, “siapa bilang perjodohan itu hanya omong kosong? Kamu sebaiknya tidak main-main dengan perjodohan kita, Rena.”

“Kamu yang harusnya jangan main-main dengan takdir!” balas Rena dengan nada meninggi, “kamu pikir perasaan dan pernikahan adalah sesuatu yang bisa kamu atur seenaknya?!”

Derryl mengeraskan rahangnya berusaha meredam amarah. Laki-laki itu merasa cukup terhina dengan penolakan yang dilakukan oleh gadis yang dijodohkan dengannya.

“Bukankah papamu seseorang yang kasar dan sering memukulimu?” ucap Derryl dengan nada misterius.

Rena mengernyitkan dahinya. Ia merasa was-was dengan apa yang akan direncanakan oleh si licik Derryl.

“Memangnya kenapa?” sahut Rena.

Sudut bibir Derryl tertarik sebelah membentuk sebuah seringaian tipis.

“Aku bisa membuatmu terseret skandal jika sampai perilaku KDRT kepala keluarga Airlangga tersebar ke publik,” ancam Derryl masih dengan seringaiannya.

Rena terdiam sebentar mendengar ancaman laki-laki angkuh di hadapannya. Tapi beberapa detik kemudian, gadis itu justru tertawa. Hal itu membuat Derryl mengernyit bingung.

“Ahaha… apa kamu yakin dengan ucapanmu tadi?” ucap Rena di sela-sela tawanya.

“Kenapa kamu tertawa, huh?! Kamu pikir aku tidak bisa menyebar kelakuan buruk papamu ke media?!” sungut Derryl kembali mengancam.

Rena menghentikan tawanya, “asal kamu tahu, Derryl. Aku berada di posisiku sekarang karena kerja kerasku sendiri. Orang-orang baru tahu kalau aku adalah bagian dari keluarga Airlangga belum lama ini. Tapi apa mereka peduli? Tidak. Mereka tidak terlalu peduli dengan keluargaku yang selalu disanjung itu. Mereka lebih peduli dengan karya-karyaku.”

“Dan kalau kamu sampai menyebarkan tentang kelakuan buruk papaku terhadapku, itu akan sangat baik untukku,” seru Rena dengan sorot mata berani.

“Semua orang akan mulai bersimpati padaku. Mereka akan menganggapku sebagai gadis polos yang selalu menjadi korban. Lalu, para penggemar akan semakin menyayangiku. Aku akan sangat diuntungkan di sini,” ucap Rena dengan senyuman miring.

Derryl sempat terdiam mendengar pemikiran Rena yang begitu cerdas dan tidak kenal takut itu.

“Bagaimana dengan papamu?” ucap Derryl berusaha mencari ancaman lain, “kalau sampai kelakuannya tersebar, nama papamu akan buruk. Lalu, rumah sakit keluarga Airlangga akan bangkrut. Dan kamu tidak akan menjadi konglomerat lagi.”

Rena mengulas senyum tipis. Ia sebenarnya sudah sangat malas meladeni ocehan Derryl yang membuat telinganya sakit.

“Jangan khawatirkan aku. Aku bisa mencari uang sendiri,” balas Rena acuh.

“Lakukan semaumu. Kamu mau membuat rugi papaku ataupun Airlangga Hospitals, terserah. Aku tidak peduli,” ucap Rena.

Tidak ingin berdebat lagi, gadis itu segera berbalik dan memasuki mobilnya. Rena pun bergegas menjalankan mobilnya meninggalkan Derryl yang masih menatap kepergiannya dengan emosi.

Otak licik Derryl tidak berhenti begitu saja. Laki-laki itu segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. Beberapa detik ponselnya didekatkan ke telinga, panggilan itu pun tersambung.

“Oh, halo, Paman Hendra,” sapa Derryl.

Ternyata yang ditelepon laki-laki itu adalah kepala keluarga Airlangga yang tadi sempat ia gunakan untuk mengancam Rena.

“Paman Hendra, bisakah aku meminta bantuan paman?” tanya Derryl dengan nada yang dibuat seramah mungkin.

“Aku cukup terganggu dengan rumor kencan Rena. Jadi, aku pikir kita harus melakukan sesuatu.”

Derryl dan pikiran liciknya itu tidak akan berhenti sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan.

...----------------...

Rena mengendarai mobilnya dengan perasaan kesal. Ia benar-benar tidak suka ketika Derryl terus saja menemui dirinya. Itu sangat mengganggu dan membahayakan citranya jika sampai ada media yang menyorot mereka.

“Sialan laki-laki itu,” desis Rena.

Genggaman tangannya di kemudi mobil pun mengerat, seiring dengan kakinya yang semakin menginjak gas. Gadis itu mengendarai mobil dengan kecepatan lumayan tinggi. Astaga, tidak ingatkah Rena bahwa dirinya masih belum lama ini bisa menyetir.

Mungkin karena hari sudah malam, tidak banyak kendaraan yang lewat di jalan besar ini. Hal itulah yang membuat Rena berani mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi.

Tiin tiin!!

Rena terkejut saat di depannya ada truk yang sudah menyalakan lampu dim. Gadis itu membanting setir ke kiri untuk menghindari tabrakan dengan truk tadi. Mobil Rena tampak hilang kendali dan ke luar jalur. Dengan perasaan panik luar biasa, Rena berusaha menginjak rem mobil.

Ckiit!!

Tepat sebelum menabrak pohon besar di tepi jalan, Rena berhasil menghentikan mobilnya.

“Hah… hah… hah…,” nafas Rena putus-putus dan tangannya bergemetar hebat.

Untung saja, ia tidak terluka parah. Hanya memar di kepala akibat benturan dengan jendela saat mobilnya bergerak tak terkendali tadi.

“Astaga, aku hampir saja mati,” gumam Rena sambil menyandarkan kepalanya di kemudi mobil.

Beberapa menit menetralkan detak jantungnya, Rena pun kembali menegakkan tubuhnya.

“Aku harus fokus,” ucap gadis itu, “aku tidak boleh mati karena laki-laki brengsek itu lagi.”

Rena hampir saja kecelakaan karena menyetir dengan penuh amarah. Dan penyebabnya adalah Derryl. Ia tidak bisa terus-terusan seperti ini. Rena sudah bertekad untuk lebih cerdas ketika menghadapi Derryl ke depannya.

...----------------...