Siena Alesha kehilangan ibunya ketika dia lahir. Lalu dibuang ke luar negeri oleh ayahnya sendiri ketika dia masih kecil. Sembilan belas tahun kemudian, ayahnya datang menemuinya dan membawanya pulang, dia dipaksa menggantikan adik tirinya untuk menikahi tunangannya yang menjadi lumpuh dan gila setelah kecelakaan mobil.
Ayah : “Ketahuilah tempatmu. Kamu akan menikah Abhie Yilmaz untuk menggantikan adikmu. Kamu tidak berhak untuk menolak, ingatlah statusmu.”
Alara: “Terima kasih karena bersedia mengorbankan dirimu demi cintaku~”
Siena tersenyum tipis: “Baiklah. Tapi kalian harus menyetujui dua syaratku, aku akan dengan senang hati menikah dengannya.”
Setelah itu, Siena masuk ke rumah keluarga Yilmaz tanpa membawa apapun. Didalam sebuah kamar yang gelap, tampak seorang pria yang duduk di kursi roda dengan marah membentaknya. “Enyahlah!”
Siena menyalakan lampu, membuka tirai jendela, dan mengulurkan tangan ke arah pria itu, "Halo. Ijinkan aku memperkenalkan diri. Aku istrimu, Siena.”
Saat pria itu melihatnya pertama kali, dia bersikap dingin. Seiring berjalannya waktu, dia menghargai wanita itu. Abhie menatap wanita yang tiba-tiba masuk ke dalam hidupnya. Wanita itu menggunakan segala kekuatannya untuk menjinakkan adik laki-lakinya yang liar dan kurang ajar.
Siena yang sabar dan penuh kasih menyembuhkan adik perempuannya yang penakut dan tertutup. Menggunakan semua yang dia miliki untuk mendukung keluarga dingin ini…Dia berdiri dengan angkuh menghadapi tekanan dan merebut kembali apa yang menjadi haknya.
Kemudian, Siena jatuh ke dalam jebakan. Sebelum dia tenggelam dalam kegelapan, dia melihat pria yang seharusnya berada di kursi roda berlari ke arahnya dengan cemas. Pria itu mencintainya dan memanjakannya. Saat dua orang yang bertemu karena takdir, cinta tumbuh tanpa harus diucapkan dengan kata-kata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meta Janush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33.
"Nyonya. Yilmaz, saat kamu menyerang tadi, gerakanmu tajam dan rapi. Apakah Anda mempelajarinya? Di mana kamu mempelajarinya? Bolehkah aku bergabung dengan kelas yang sama denganmu?”
"Nyonya. Yilmaz, bolehkah aku menambahkanmu di Whatsapp?”
Tidak ada yang tahu gadis mana yang pertama kali mengumpulkan keberanian untuk menanyakan pertanyaan ini. Seketika, semua sosialita yang sedang mengobrol dan mencari alasan untuk memulai percakapan terdiam. Mereka menunggu dengan penuh semangat dan penuh harap jawaban Siena.
Siena tertegun sejenak. Dia merasa seolah-olah sedang bersama sekelompok anak TK. Dia tertawa tak berdaya dan berkata, “Tentu saja.”
Dia mengeluarkan ponselnya untuk mencari kode QR-nya. Para sosialita sangat senang. Satu demi satu, mereka mengeluarkan ponsel mereka dan bergegas memindai kode QR Shen Hanxing untuk menambahkannya sebagai teman. Mereka sama sekali mengabaikan status mereka sebagai sosialita dan sikap elegan yang seharusnya mereka miliki.
Mereka bertindak seolah-olah mereka tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk menambahkan Siena ke kontak Whatsapp lagi jika mereka selangkah lebih lambat. Para sosialita menyodorkan ponsel mereka untuk menscan QR-code Siena.
Ketika Qiana melihat adegan ini, alarm peringatan berbunyi di hatinya. Dia menarik napas dalam-dalam dan berteriak, “Kakak iparku biasanya sangat sibuk. Kalian dapat menambahkannya di Whatsapp, tetapi jangan pergi menemuinya dan ganggu dia kapan pun kalian mau.”
‘Hmph, jangan berpikir aku tidak tahu apa yang kalian pikirkan. Ini kakak iparku, tidak ada yang bisa merebutnya dariku! Aku tahu kalian punya saudara laki-laki dan berniat mengenalkan kakak iparku dengan saudara laki-laki kalian! Tapi itu tidak akan terjadi.” bisik hati Qiana.
Valerie tidak mengatakan apapun. Tubuhnya yang kurus dan lemah sedikit gemetar seolah dia takut melihat pemandangan ini. Dia meletakkan dahinya dengan hati-hati di bahu Siena dan berseru dengan takut-takut, “Kakak ipar….”
Masalah psikologis Valerie lebih serius. Bisa menghadiri jamuan makan bersama Sienasudah merupakan langkah maju yang besar baginya. Siena telah memperhatikannya sepanjang waktu. Ketika Siena mendengar suara Valerie yang sedikit gemetar, dia tidak peduli tentang apa pun lagi.
Dia bertanya dengan prihatin, “Ada apa? Apakah kamu merasa tidak enak badan? Apakah kamu ingin mencari tempat untuk beristirahat?”
“Tidak, tidak perlu. Aku bisa menanggung ini,” Valerie menundukkan kepalanya. Bulu matanya sedikit bergetar. Wajah mungilnya yang pucat tampak rapuh dan menyedihkan. Dia jelas sangat takut, tapi dia berpura-pura kuat dan berusaha tegar. “Kakak ipar, a-aku baik-baik saja. Aku hanya perlu bersandar padamu, kakak ipar.”
“Aku akan membawamu ke suatu tempat untuk beristirahat dulu,” Sienag segera mengambil keputusan. Dia mengangguk pada sosialita di sekitarnya. "Aku minta maaf. Adikku sedang tidak enak badan. Aku akan mengobrol dengan semua orang di lain hari.”
Gadis kecil yang licik! Bagaimana mungkin mereka tidak tahu kalau pengecut kecil dari keluarga Yilmaz ini begitu licik! Dia sebenarnya berpura-pura terlihat lemas dan menyedihkan untuk mendapatkan simpati Siena. Anak yang licik!
Para sosialita mengertakkan gigi dalam hati, namun di permukaan, mereka harus menunjukkan senyuman yang patuh dan bijaksana. Mereka setuju dan berkata, “Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Kesehatan Nona Kelima keluarga Yilmaz lebih penting. Nyonya Yilmaz, kita akan ngobrol dengan Anda di lain hari.”
Qiana juga benci kalau Valerie telah mencuri perhatian Siena, tapi dia merasa senang karena sosialita lainnya akhirnya tidak mengganggu Siena lagi. Qiana memutar matanya dan meraih lengan Siena. Dia bertanya dengan gelisah, “Kakak ipar, aku… aku ingin tinggal bersama kalian juga. Apakah itu tidak masalah?"
Rambut panjangnya sedikit keriting, dan saat dia menundukkan kepalanya, ujung rambutnya rontok secara alami. Dia tampak bersalah sekaligus sedih. Siena memikirkan tentang bagaimana Qiana telah mengalami banyak hal sebelumnya; Qiana disalahpahami oleh orang lain, dan dia bahkan dikhianati oleh sahabatnya.
Hati Siena langsung melunak. Dia berinisiatif memegang tangan Qiara, "Tidak apa-apa."
Hati Qiana langsung berbunga-bunga karena gembira. Entah mengapa, kakak iparnya ini membuatnya merasa nyaman dan hangat. Dia ingin selalu berada didekat kakak iparnya yang keren ini.
Tatapan Zihan menjadi gelap saat dia melihat kedua saudara perempuannya bertengkar secara terbuka dan sembunyi-sembunyi seolah-olah mereka berada di harem, memperebutkan perhatian dan kasih sayang sang suami. Dia meminum anggur di gelasnya dan mengerucutkan bibirnya, "Membosankan."
Jimmy mencibir, “Munafik.”
Waktu berangsur-angsur berlalu. Pada pukul sepuluh malam, musik lembut yang diputar di ruang perjamuan berangsur-angsur berhenti. Acara utama perjamuan ini akhirnya akan dimulai.
Tuan Besar keluarga Zuard kembali ke aula banuet dan dengan megahnya memperkenalkan maestro biola pemenang penghargaan, Tommi Warsa, di atas panggung. Tommi adalah seorang pria paruh dewasa yang bahkan belum mencapai usia 40 tahun. Meski penampilannya tidak luar biasa, temperamennya sangat baik.
Dia memiliki aura halus seorang seniman, membuat orang merasa sangat nyaman. Meski baru saja meraih penghargaan internasional yang sangat berharga, ia tetap rendah hati dan tenang. Setelah mengucapkan beberapa patah kata di atas panggung, dia memainkan musik dan kemudian meninggalkan panggung.
Meskipun dia tidak mengatakannya secara eksplisit, semua orang yang datang ke sini tahu bahwa dia ingin mengambil murid. Jika Tommi memilih mereka, itu akan menjadi keuntungan yang sangat baik bagi para sosialita ini. Oleh karena itu, mereka berusaha semaksimal mungkin untuk menunjukkan bakatnya.
Tommi mendengarkan penampilan semua orang dengan sangat sabar. Setiap kali seorang sosialita selesai tampil, dia akan memberikan petunjuk dengan serius. Meskipun dia lembut, tidak sulit untuk melihat bahwa dia memiliki standar yang sangat tinggi dalam penampilan biola.
Setelah menunggu beberapa saat, tidak ada yang naik ke panggung untuk tampil. Ekspresi Tommi sedikit menyesal. Saat dia hendak berdiri dan mengatakan sesuatu, sebuah suara lembut dan indah terdengar dari bawah panggung, “Saya juga ingin meminta Maestro Tommi untuk memberi saya beberapa petunjuk, tetapi saya tidak tahu apakah saya mendapat hak istimewa untuk naik ke panggung dan tampil untuk Anda.”
Mengenakan gaun kecil dan riasan tipis, Alara tampak seperti bunga teratai di air jernih saat dia berdiri. Dengan senyum murni dan polos di wajahnya, dia menatap Alara dengan penuh harap.
Tommi tersenyum hangat dan duduk kembali di kursi. Dia mengangkat tangannya dan berkata, “Silakan.”
Alara tampak polos dan mencolok di mata orang-orang. Dia sengaja berdandan untuk perjamuan malam ini untuk menonjolkan kekuatannya. Saat dia berdiri di atas panggung, mata semua orang berbinar.
Alara sangat berbakat bermain biola, dan keluarga Ghazy rela mengeluarkan banyak uang untuk menyewa guru biola untuk melatihnya. Dengan penampilannya yang sudah cantik, begitu ia memainkan biola, pesonanya semakin tak tertahankan. Orang-orang mau tidak mau ingin melihatnya. Mereka akan merasakan gadis kecil ini secantik peri.
Alara tahu bahwa ini adalah kesempatan langka baginya untuk tampil di masyarakat kelas atas. Dia juga menarik napas dalam-dalam dan menarik busur biola. Ruang perjamuan berdering dengan nada-nada mengharukan.
mau main² ditenggelamkan lah kalian diair got🤭🤭🤭