Benih Twin'S CEO Kejam

Gara yang tiba di depan kamar hotelnya, ia masuk membuka sepatu lalu duduk di sofa. Gara mengambil laptop dari bawah meja, ia membuka web dan mencari seluk beluknya keluarga Ghina tetapi informasinya hanya seputar biodata wanita itu saja.

Tidak puas hal itu saja, Gara mencari nama Elgard namun yang muncul begitu banyak nama, tidak hanya satu.

“Ga, lagi kerja apaan?” Vara pun datang dari kamar si kembar lalu duduk di samping Gara yang meringis.

“El-gard? Kenapa kamu mencari nama ini?” tanya Vara. Gara menjelaskannya sambil ia membuka satu persatu puluhan akun dalam pencariannya.

“Sial, tidak ada satupun yang cocok.” Desah Gara merremas rambutnya kesal.

“Coba deh kamu foto kalung itu terus kirim ke web, siapa tahu muncul informasi baru.” Usul Vara.

“Oh iya, kenapa aku tidak kepikiran itu?” Gara segera mengeluarkan hape dan kalungnya.

Ckrek!

Setelah itu, ia menggunakan google lens. Hanya hitungan detik, tertera artikel yang menjelaskan semua. Vara dan Gara melongo mengetahui kalung itu berhubungan dengan Mafia Maxico. Gara lalu menekan link yang tercantum namun link itu butuh password.

“Gara, link ini punya keamanan, sebaiknya kita tidak usah membukanya. Kita mungkin bisa dilacak oleh mereka.” Saran Vara takut.

“Tidak, Vara. Link ini bisa memberitahukan kita siapa orang tua kami sebenarnya.” Tolak Gara bersikeras. Dengan keahlian hackernya, Gara meretas sistem keamanannya. Banyak kode acak yang keluar tapi sistem tidak bisa memecahkannya hingga pada akhirnya kunci dari link itu terbuka.

“Wow, kau hebat, Gara!” seru Vara lalu wanita itu mengernyit melihat Gara diam.

“Hm, kenapa, Ga? Ada masalah?” Vara takut diincar mafia.

“Coba kau lihat ini.” Tunjuk Gara ke kolom password yang menampilkan kode acak tapi seolah ditata sedemikian rupa.

“Angka yang terselip di huruf-huruf ini mirip dengan kelahiran kakak Seina.”

“Emang kak Seina lahir di bulan dan tanggal berapa?” tanya Vara.

“Februari, tanggal 31. Hari itu di mana kami juga dibuang ke laut.”

“Apa? Dibuang ke laut?” Kaget Vara. Gara lalu menceritakan separuh kisah Seina yang Gara pernah dengar bahwa Seina didorong ke tepi tebing hingga jatuh ke laut. Tapi untungnya, Seina bisa berenang dan ia menyelamatkan nyawa Gara.

“Terus kenapa kalian tidak ke tempat orang tuamu lagi?” tanya Vara.

“Justru orang tua kami yang mendorong kami, Vara. Walau sampai sekarang Kak Sei amnesia gara-gara traumanya itu, dia masih ingat wanita yang mendorongnya adalah Ibu kami. Hari itu adalah hari ulang tahun kak Sei ke enam tahun. Hanya itu sisa ingatannya.”

Jelas Gara dengan nada marah karena tidak kuat membayangkan lika liku kehidupannya setelah mereka selamat. Seina terombang ambing layaknya perahu di atas ombak laut.

Ia pernah diculik, diju*l, jadi bud*k, bahkan Seina kecil hampir dilecehkan oleh bandit. Tapi beruntung ada nelayan yang baik hati yang mau merawat mereka sampai Seina beranjak dewasa dan menjalani hidupnya sendiri hingga mereka bertemu Jovan.

Vara menepis air matanya yang sempat turun namun hatinya sudah menangis. Ia sedih mendengar cerita Gara, terlebih lagi Seina yang tangguh menjalani hidupnya seperti itu dan kasih sayangnya pada Gara.

“Tapi, Ga. Bagaimana kamu yakin wanita itu adalah Ibu kalian? Bisa saja kan dia seorang pembantu?” ucap Vara merasa tidak yakin. Ia tidak percaya ada Ibu yang setega itu kepada anaknya sendiri.

“Wajahnya mirip denganku.” Gara menatap Vara dengan dingin lalu mengepal tangan. Ia memang tampan, tetapi ketampanannya itu membuatnya sakit hati.

Vara pun terdiam, dia kehabisan kata-kata. Sedangkan Gara lanjut mengakses link itu.

Dari link itu, semua informasi yang Gara cari tertera di sana. Ditambah foto-foto keluarga memperjelas asal usul kalung itu.

“Lihat deh, anak kecil ini kayak mirip banget sama si kembar.” Vara menunjuk foto anak laki-laki yang merupakan Jovan. Ada pula foto Renata dan Robert yang masih muda dan satu keluarga lain. Tapi yang menjadi perhatian Gara adalah dua anak kembar di foto lain yang memakai kalung giok itu.

“Ra, ini... mirip Kak Seina deh!” Gara sontak mengenali salah satu anak kembar itu. Vara tercengang lalu menatap Gara.

“Sebentar, jangan-jangan kalian ini punya hubungan dengan keluarga Elgard? Kak Sei adalah kembaran anak laki-laki ini terus kau belum lahir waktu gambar ini diambil? Lihat deh, wanita ini mirip sama kamu.” Kata Vara.

“Bisa jadi tapi, coba lihat foto ini deh.” Gara menarik ke samping artikelnya itu dan Vara melongo ada satu keluarga lain.

“Anak perempuan ini mirip Ghina dan pria tinggi di belakangnya ini mirip sama wanita yang di belakang Kak Seina. Kayaknya pria dan wanita ini saudara kembar juga.” Jelas Gara.

“Wow, jika ini benar, artinya Kak Seina emang udah dari turun temurun menghasilkan anak kembar.” Heboh Vara. Sedangkan Gara fokus mengamati wanita hamil di belakang Ghina kecil. Ada rasa terketuk di hati Gara melihat foto keluarga Ghina.

“Untuk memastikan kalian ada hubungan dengan mereka atau tidak, kayaknya kalian harus melakukan tes DNA dulu.” Usul Vara.

“Tidak, Vara. Aku tidak butuh mereka,” tolak Gara.

“Lalu apa yang akan kau lakukan?”

“Balas dendam.”

Vara seketika merinding mendengarnya.

“Jangan deh, Ga. Mereka mafia. Aku takut.” Saran Vara lalu berdiri untuk mengambil air.

“Kak Jem, apa itu mapia?” bisik Jelita pada Jeremy. Terlihat anak kembar itu baru saja menguping, kecuali Jhansen masih tidur.

“Bisa jadi makanan.”

“Ihhh Kak Jelemi jananlah ikut-ikutan kakak Jen.” Omel Jelita mendengarnya.

Tengah malam ini, semua sudah tidur di kamar masing-masing, begitu juga Seina sudah di samping Ghina. Perlahan Ghina membuka mata. Ia arahkan pandangannya pada Seina yang tidur di sofa dengan wajah tampak lelah.

“Ell.. sha, apa itu kamu...?” Lirih Ghina.