NovelToon NovelToon
Di Gilir Keluarga Suami

Di Gilir Keluarga Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta Paksa / Romansa / Pembantu / trauma masa lalu
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: bryan.gibran

Namaku Refelin, Gadis 19 Tahun yang harus rela mengorbankan masa muda untuk menikah dengan anak majikan ibuku.

Tapi sayangnya, kisah kehidupan rumah tangga ku tak seindah yang ku bayangkan.
Semua pilu ku berawal dari pernikahan itu, Aku diperlakukan bagai piala bergilir, diperbuat seenaknya dan hanya dicari ketika sedang dibutuhkan saja. Aku tidak menyangka pernikahan ku dengan anak majikan ibuku itu akan menjadi momok menakutkan yang membuatku trauma seumur hidup.

Hancur sekali hidupku, Mampukah aku melewati semua beban ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bryan.gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 : - Kembali ke Rumah Ibu

"Akhirnya aku bisa kabur dari Pak Abra, Terima kasih Tuhan, Engkau masih melindungi ku" ucapku penuh syukur dan perasaan lega, jika kunci kamar hotel itu tidak diletakkan Pak Abra di atas meja, aku tidak tau sudah menjadi apa aku sekarang, mungkin hanya seorang wanita lemah yang kehormatan nya telah direnggut oleh ayah mertua sendiri. Tapi semua itu tidak terjadi, semesta masih memberikan ku jalan keluar, terbebas dari jerat nafsu gila ayah mertua ku.

Walaupun kini aku harus kembali merasakan dinginnya udara dijalanan yang sepi dan larut malam ini, tapi aku tetap harus bersyukur, lebih baik aku luntang lantung dijalanan ini daripada harus berduaan di kamar hotel bersama Pak Abra.

"Aku harus terus berjalan, bisa saja Pak Abra masih menemukan aku nanti" lirih ku dalam hati, aku menderap kan langkah kakiku semakin cepat, untuk menghindari hal-hal yang tidak aku inginkan.

***

Sepuluh menit berlalu aku berjalan menjauh dari lingkungan hotel, dari hotel itu tidak jauh lagi untuk sampai kerumah ibu, hanya sekitar empat puluh lima menit saja kalau berjalan kaki.

Aku tidak punya pilihan lain, aku harus kuat berjalan agar bisa sampai kerumah ibu, memesan ojek online pun tidak mungkin, selain tidak mempunyai uang, ponsel ku juga telah dibawa pulang ibu tepat pada hari perkawinan ku dengan Aldi waktu itu. Hal itu juga yang aku sesalkan dari ibu, saat aku rindu kepada kedua adik ku, hanya bisa kuingat kembali kenangan bersama mereka. Aku yakin mereka juga pasti bertanya-tanya pada ibu dimana keberadaan ku sekarang, karena sejak ibu meminta ku untuk menikah dengan Aldi, aku tidak pernah bercerita kepada adik ku.

Kerinduan itu sebentar lagi akan terbayar, dengan penuh semangat aku terus berjalan agar segera tiba dirumah Ibu dan bertemu dengan kedua adik ku. Aku khawatir, ibu tidak menjaga mereka dengan baik, menjual ku saja beliau sanggup, padahal aku anak perempuan ibu satu-satunya dan sudah mampu membantu menopang kebutuhan dirumah walau hanya sedikit, konon dengan David dan Danu yang masih duduk dibangku sekolah, dengan perubahan sikap ibu sekarang, bagi nya kedua adik ku hanya lah benalu yang selalu membuat pengeluaran membengkak.

Mungkin saat ini sudah dini hari, aku hanya bisa menerka saja karena aku tidak mempunyai jam tangan, raga dan mata ku tidak bisa berbohong, aku lelah dan mengantuk, tapi jika istirahat pun dimana?, tidak ada satu rumah pun yang dapat aku singgahi malam ini selain rumah Ibu.

Berusaha tegar dan mengingat kedua adik ku, aku terus berjalan menyusuri gelapnya malam. Tidak kurasakan lagi sakit di kaki ku yang mulai terasa kebas dan keram, ku abaikan sakit yang tidak seberapa itu demi bisa sampai kerumah ibu dengan cepat.

Terbersit sejenak dipikiran ku tentang Pak Abra yang kutinggalkan sendirian dikamar hotel, apakah dia tetap menginap dikamar itu hingga esok pagi, atau dia kembali pulang dan berlakon seolah diriku tidak ditemukan?, Terserah saja apa yang akan Pak Abra katakan tentang ku, aku hanya bisa berdoa semoga selamanya dijauhkan dari orang-orang tidak waras seperti keluarga Abra. Aku rasa seluruh penghuni rumah Pak Abra adalah monster, bisa-bisanya mereka menjadikan aku seperti piala bergilir, aku mungkin lemah dan miskin tapi harga diriku tidak akan kubiarkan di injak-injak begitu saja. Aku berharap tidak akan menginjakkan kaki kerumah neraka itu lagi.

***

"Ru.. rumah ibu.. Akhirnya sampai juga" kata ku penuh senyuman, aku berjalan tertatih sambil memegangi lutut ku yang mulai terasa ngilu menuju teras rumah ibu, tidak sia-sia aku menahan sakit kaki ku untuk terus berjalan, kini rasa lelah ku berubah menjadi senyum.

Aku tidak sabar melihat wajah kedua adik ku, mungkin tidak mengapa kalau aku mengganggu tidur nyenyak mereka malam ini, pasti mereka akan senang melihatku.

Tok.. Tok.. Tok..

"David, Danu..!" Aku mengetuk pintu sembari memanggil nama kedua adik ku.

"David, buka pintunya, ini kakak" seru ku lagi karena tak kunjung ada seseorang yang datang membuka pintu.

"Ibuu" aku juga memanggil ibu, tapi sama saja, tidak ada respon.

Aku mulai resah dan pasrah, mungkin tidur mereka terlalu lelah sehingga tidak mendengar suara seruan ku. Aku bingung, ditengah rasa kantuk yang muncul kembali, aku tidak bisa masuk kedalam rumah untuk beristirahat, karena belum ada yang membukakan pintu untuk ku.

Aku pun berbaring diteras rumah ibu, terpaksa merebahkan tubuhku dilantai yang sangat dingin ini.

"Kak, kak Elin.."

Saat mataku mulai terpejam, aku mendengar seseorang membuka pintu dan memanggil namaku, aku langsung berdiri dan ternyata David membukakan pintu untuk ku.

Aku menangis haru, memeluk David melepas kerinduan.

"Kakak dari mana aja?, Aku sama Danu kesepian dirumah" ucap David masih memeluk ku.

"Maafin kakak ya Dav, kakak gagal menjadi kakak yang baik, kakak gak bisa jagain kalian" ucap ku.

"Kata ibu, kakak udah pergi ke luar kota dan gak akan kembali lagi, tapi saat aku mencoba menghubungi nomor kakak, dering handphone kakak berbunyi dari tas ibu, aku bingung kak" kata David, ternyata benar, ibu telah memberikan informasi yang tidak benar kepada kedua adik ku, mau tidak mau mereka percaya karena tidak ada kebenaran yang lain yang mereka ketahui.

"Gak perlu dibahas lagi tentang itu, yang penting sekarang kakak udah kembali kerumah ini. Danu dimana?" Tanya ku mengalihkan pembicaraan.

"Ada kak, tidur dikamar. Tadi aku mendengar samar-samar ada suara ketukan pintu, makanya aku keluar memeriksa, aku kira ibu, ternyata kak Elin" ujar David, aku seketika menaikkan alis kiri, sedikit bingung dengan apa yang David katakan.

"Ibu?, memangnya Ibu dimana?, kan dirumah bersama kalian" Tanya ku, penasaran.

"Pagi tadi sebelum kami berangkat ke sekolah ibu sudah pergi kak. Saat aku bertanya Ibu mau pergi kemana, ibu tidak memberikan jawaban apa-apa. Dua hari ini, sejak kakak gak ada dirumah ini lagi, sikap ibu semakin berubah, tidak ada rasa perhatian lagi kepada kami" ucap David, aku menghela napas dan mengelus dada, tidak heran jika ibu sering pergi-pergi karena ditangannya sedang ada uang tujuh puluh juta rupiah hasil menjual diriku kepada keluarga Abra, tapi kemana ibu pergi satu harian tidak pulang-pulang, ibu tidak ingat kalau dirumah ini masih ada dua anak yang perlu diberi kasih sayang dan perhatian. Perubahan sikap ibu semakin hari semakin membuat kepala pusing.

"Mungkin ibu kecapean karena sibuk bekerja, yasudah ayo masuk, tidur dan istirahat"

Lebih baik aku menyimpan rahasia tentang perlakuan ibu terhadapku, daripada David salah paham dan membuatnya sedih. Cukup aku saja yang menderita akibat keserakahan ibu ku sendiri.

Saat memasuki rumah, aku melihat kearah jam dinding sudah menunjukkan pukul 02.39 WIB, malam ini terasa sangat panjang akibat ulah orang-orang yang haus akan hasrat. Tapi Tuhan masih menjagaku, aku berhasil terlepas dari kamar Aldi, kemudian dari kamar hotel yang pesan Pak Abra, dan kini aku telah kembali ke rumah ibu.

Aku pastikan di hari yang sudah hampir pagi ini, aku akan tidur nyenyak, tapi mungkin saat hari sudah cerah, aku kembali dihadapkan dengan ibuku yang terkejut melihat aku tiba-tiba ada dirumah ini. Dimana pun ibu berada sekarang, semoga ibu senantiasa dilindungi dan dijauhkan dari keinginan duniawi.

1
bryan.gibran
Apa yang akan kalian lakukan jika berada di posisi Refelin?
Akbar Cahya Putra
Mantap banget, author! Jangan berhenti menulis ya!
Tōshirō Hitsugaya
cerita ini layak dijadikan best-seller, semangat terus!
bryan.gibran: thanks kak, ikuti terus update nya ya
total 1 replies
♞ ;3
Sama sekali tidak mengecewakan. Sebelumnya aku berpikir bakal biasa saja, ternyata sangat bagus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!