Two Hearts One Love

Setelah Rayyan keluar dari ruangan Reza. Reza segera menghubungi nomor Ayah Vino. Reza menjadi sangat khawatir dengan keadaan Hana. Ucapan Rayyan yang kembali mencoba mengancamnya tadi dengan membawa Hana. tentunya membuat Reza begitu mengkhawatirkan adik kembarnya itu. Reza tidak ingin Hana ikut terseret masalahnya dengan Daddy Rayyan.

Dering pertama saja, ayah Vino sudah mengangkat panggilan Reza. Ayah Vino pun langsung mengabarkan pada Reza jika sejak semalam Hana menghilang. Putri kesayangan nya bahkan belum juga di temukan hingga siang ini.

Reza mengepalkan kedua tangannya, amarahnya seakan ingin meledak saat itu juga setelah Ayah Vino mencoba menjabarkan bagaimana dan sejak kapan Hana mulai menghilang. Reza tentunya tahu persis, siapa dalang menghilangnya Hana saat ini.

"Reza akan menemui Pria brengsek itu, Ayah... Tolong rahasia kan tentang menghilangnya Hana dari bunda! Reza tidak ingin bunda khawatir." Pinta Reza pada ayah Vino. Sebelum Reza menutup sambungan teleponnya.

"Keterlaluan....! Aku benar-benar sudah muak dengan semua yang sudah kau lakukan pada keluargaku." Geram Reza yang sudah muak dengan segala tingkah laku Rayyan padanya dan juga keluarganya.

Reza bergegas keluar dari ruangannya menuju ruangan Lee.

Reza harus mendiskusikan banyak hal bersama Lee sebelum benar-benar mengibarkan bendera perang terhadap Daddy Rayyan.

Di ruangan tempat Lee bekerja, terlihat Lee tengah duduk termenung menatap layar laptopnya. Beberapa menit yang lalu, Lee mendapat kabar jika ia diminta untuk menemui keluarganya siang ini di Mansion keluarga Lee. Keluarga Lee memang memiliki mansion mewah di Negera tercinta ini yang mereka tempati ketika tengah berkunjung ke negara ini.

Noona Hyun Na juga bahkan meminta Lee untuk tidak lagi bekerja bersama Reza. Lee diminta untuk memimpin perusahaan milik keluarganya sendiri.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak mungkin pergi meninggalkan sahabatku di saat seperti ini." Gumam Lee yang tengah merasa dilema.

Lee menghela nafasnya bertepatan dengan Reza yang menerobos masuk kedalam ruangan Lee.

"Lee,,,, ada hal penting yang harus kita diskusi kan sekarang juga!" Ucap Reza dengan wajah yang terlihat panik.

Melihat wajah sahabatnya yang terlihat begitu panik. Lee kembali menghela nafasnya.

"Sepertinya, ini adalah jawaban dari pertanyaan ku tadi." Gumam Lee dalam hati.

******

Hana baru selesai membersihkan tubuhnya di bantu oleh beberapa orang wanita yang memaksanya.

Saat ini, Hana tengah duduk termenung dengan empat orang wanita yang berdiri tak jauh dari Hana duduk. Tubuh Hana dibalut dengan hanya memakai sebuah bathrobe yang menutupi tubuhnya. Tubuh Hana terasa lelah dengan tenaga yang terkuras habis karena terus berusaha menolak dan melakukan perlawanan saat kelima wanita itu memaksanya melakukan banyak perawatan tubuh.

Meskipun Hana sering melakukan perawatan tubuh di salon langganannya, namun kali ini Hana menolak bahkan melawan karena merasa aneh dengan semua hal yang mereka lakukan pada Hana. Hana sendiri sampai saat ini masih belum mengetahui tujuan kelima wanita itu memberikan banyak perawatan wajah dan tubuh padanya.

"Nona Hana,,,, silahkan nikmati makan siang Anda, nona...!" Ucap seorang wanita yang masuk kedalam ruangan kamar Hana sembari mendorong sebuah troli berisi berbagai macam jenis makanan lezat.

"Bawa kembali makanan itu, aku sama sekali tidak lapar!" Jawab Hana dengan wajah kesalnya.

Meski perutnya terasa perih karena belum terisi makanan apapun sejak pagi tadi, namun Hana memilih untuk terus menahannya.

"Tuan besar, meminta anda untuk menghabiskan seluruh makanan ini!" Ucap wanita itu lagi.

Hana yang mulai tersulut emosi langsung beranjak dari duduknya, mendekat ke arah troli makanan itu dan mendorong troli itu cukup kencang.

Beruntung isi di dalam troli makanan tersebut tidak tumpah, hanya trolinya saja yang terdorong jauh menjauh dari Hana.

"Aku tidak perduli dengan apa yang tuan besar kalian perintahkan...! Katakan juga padanya untuk segera datang menemui ku. Jangan hanya bersembunyi di balik kalian yang mau saja mengikuti semua perintah konyolnya itu." Umpat Hana dengan penuh emosi menatap bergantian kelima wanita yang tengah berdiri sembari menundukkan wajahnya.

Sejak memaksa Hana untuk melakukan perawatan tubuh dan wajah tadi, kelima wanita tersebut selalu saja berkata jika tuan besar lah yang memberi perintah pada mereka.

"Maaf Nona, kami hanya menjalankan perintah dari tuan besar." Ucap salah satu dari kelima wanita yang masih berdiri sembari menundukkan wajahnya itu.

"Siapa sebenarnya tuan besar kalian?" Tanya Hana dengan kilat emosi yang kembali meledak.

Namun, emosi Hana yang memuncak tersebut, tidak membuat kelima wanita itu mau menjawab pertanyaan Hana tentang siapa sebenarnya tuan besar yang mereka maksudkan. Hingga kemudian terdengar suara pintu ruangan kamar tersebut yang dibuka dari luar.

Begitu pintu besar ruangan itu terbuka, tampak seorang pria tampan berjalan masuk kedalam ruangan tersebut.

Pria tampan itu berjalan perlahan mendekat pada Hana yang kini tengah berdiri sembari menatapnya dengan tatapan penuh amarah.

"Anda......" Hana tak mampu melanjutkan kalimatnya karena begitu emosi saat melihat Rayyan Narendra putra berdiri tepat di hadapannya.

"Apa kabar, putri cantikku?" Sapa Rayyan dengan menyunggingkan senyum tipisnya.

Keduanya yang merupakan Ayah dan putri kandungnya kini berdiri saling menatap dengan tatapan yang berbeda.

Hana dengan tatapan dan kilat amarahnya yang hampir meledak sementara Daddy Rayyan menatap Hana dengan tatapan yang tidak bisa dideskripsikan.

"Tatapan dan wajah cantik itu,,,,, ah..... Aku jadi semakin merindukan wanitaku!" Gumam Rayyan dalam hati.

*****

Bersambung ..... ❤️