Bulan Pembantu Licik

Bulan menyeringai sinis menatap punggung Jeremy yang berlalu pergi. Akan tetapi kepergian majikan laki-lakinya itu terlihat oleh seorang pembantu lain yang kebetulan berada tak jauh dari lorong kamar Bulan.

"Jeremy itu tak berguna. Dia hanyalah suami-suami takut istri sedangkan Hansel adalah anak tercintanya Hana, sudah jelas kalau Hana lebih merasa terpukul jika kehilangan anak semata wayangnya," batin Bulan.

Sesuai dengan janji gadis cantik itu dengan sang pangeran, maka bersiaplah dia menuju tempat persembunyian di mana mereka akan bertemu dan menghirup udara malam hari.

Rok mini di atas lutut membalut dengan indah paha kecil Bulan yang ramping dan mulus di padukan dengan kaos crop top di atas pusar membuatnya terlihat body goal bak model internasional.

"Malam ini kamu sangat cantik," ucap Hansel menatap Bulan dari atas sampai bawah.

Gadis cantik itu tersenyum manis bak gula. "Sudah jangan gombal terus. Kita harus segera pergi sebelum ketahuan," sahut Bulan sembari membuka pintu lalu duduk di sebelah Hansel yang ikutan masuk ke dalam mobil.

Setelah mereka lolos dari sang penjaga rumah. Hansel dengan cepat menginjak gas mobil agar segera sampai ke tujuannya. Ya, tak memakan waktu lama selama di perjalanan Hansel memarkir mobilnya di depan coffe shop.

"Ini di mana lagi? Seingatku bukan tempat yang waktu itu," tanya Bulan.

Pangeran di sampingnya tersenyum lembut. "Nanti juga kamu tahu sendiri," sahutnya. "Kita keluar sekarang yuk. Aku sudah di tungguin di dalam," tambah Hansel.

Bulan menganggukkan kepala. Mereka berdua masuk ke dalam dan langsung di sambur oleh salah satu pelayan. Pelayan itu mengarahkan mereka pada tempat duduk paling depan persis di atas panggung kecil namun aestetik yang menambah kesan bukanlah coffe shop kelas murahan.

"Hansel, kenapa kita duduk paling depan? Bukannya lebih nyaman agak kebelakang," ucap Bulan pelan.

"Sudah tenang saja. Di sini lebih enak, agar kamu bisa melihatku dengan jelas," sambung Hansel.

Di saat mereka berdua sedang menikmati makanan yang sebelumnya sudah mereka pesan, seorang wanita seksi mendatangi meja mereka dengan gayanya bak wanita kelas atas.

"Hai Marvin, boleh aku duduk di sini?" tanya gadis itu.

"Tidak," jawab Hansel dingin tanpa melihat wajah gadis itu.

Bulan hanya keheranan dan terdiam. Dirinya tidak mau mencampuri urusan gadis itu dan Hansel. Dia menyibukkan diri memakan makanan yang ada di depannya sembari berkata di dalam hati, gadis secantik itu, kenapa Hansel mengabaikannya? Pakai nama palsu pula. Dia sebenarnya normal gak sih.

"Kenapa? Apa karena ada dia?!" protes gadis itu seraya menunjuk ke arah Bulan.

Seketika Bulan menatap wajah gadis itu sengan tatapan tidak suka lantaran merasa di tuduh.

"Pergi, kamu dari sini sekarang juga atau ku panggil satpam agar kamu di seret keluar," tegas Hansel.

"Awas kamu," gumam gadis itu seraya menarik salah satu sudut bibirnya ke atas kemudian dia segera kembali ke tempat duduk semula berkumpul kembali dengan gengnya lantaran kesal dengan ucapan Hansel yang setahu dia namanya adalah Marvin.

"Hansel kenapa kamu mengacuhkannya?" tanya Bulan.

"Karena gak penting harua meladeni wanita model dia," balasnya datar. "Sudah waktunya," tambah Hansel.

Pria itu 'pun mendorong kursinya kebelakang lalu berjalan naik ke atas panggung. Dirinya duduk di atas kursi seraya memegang mik di iringi dengan seorang gitaris dan pemain musik yang lain.

"Apa yang sedang dia lakukan?" ujar Bulan menatap Hansel di depannya.

"Mari kita sambut suara emas Marvin yang akan menyanyikan sebuah lagu di malam hari ini untuk menghibur kita semua," ucap pembawa acara.

"Oh iya, aku lupa 'kan dia pernah cerita kalau ada salah satu cafe di mana dirinya bisa menjadi seorang penyanyi yang dulunya sebelum ke luar negeri secara diam-diam melakukan hobi itu," tutur Bulan seraya mengangguk-nganggukkan kepala. "Di balik nantinya yang akan menjadi presdir ternyata ada hal lain yang di sembunyikan," batin Bulan.

Hansel mulai memegang microfon itu sembari mengetesnya, lalu semua pemain musik itu mulai mengalunkan setiap nada. Pria itu melantunkan sebuah lagu dengan suara khasnya yang lembut lantaran lagunya romantis, sesekali dirinya melihat ke arah Bulan sampai membuatnya salah tingkah dan grogi.

"Hansel ngapain siu harus melihat ke arahku," ucap Bulan pelan sementara gadis yang berada di ujung selalu mengamati tingkah Bulan karena masih terbakar amarah akibat penolakan dari pria yang di sukainya, Hansel.

Bersambung 😀