My Little Angel

Marvel terlihat serius memeriksa laporan 6 bulan terakhir, dibantu oleh Alan.

Ya, Alan secara khusus di minta untuk menjadi asisten Marvel dan membantu mengatasi masalah di perusahaan cabang.

"Tidak ada yang aneh dengan laporan-laporan ini, tapi kenapa perusahaan bisa rugi besar? Apa ada yang melakukan korupsi? Jika benar, kita harus meminta keterangan dari bagian keuangan, kan?" seru Marvel

"Saya sudah bertanya langsung pada bagian keuangan. Bahkan mereka memberikan rincian pengeluaran dan pemasukan dan tidak ada yang salah dengan semua itu," sahut Alan.

Marvel semakin bingung, jika semua terbukti benar, kenapa mereka bisa mengalami kerugian? padahal tidak ada yang salah dengan laporan-laporan yang mereka periksa. Bahkan semua sudah sesuai. Atau jangan-jangan ada pengkhianat?

Entah mengapa pikiran Marvel langsung tertuju pada karyawan yang ia temui tadi pagi.

"Aku ingin data karyawan dari bagian pemasaran!!" perintah Marvel

"Baik tuan." Alan mengotak-atik laptopnya, mencari data karyawan yang diinginkan Marvel. Sebenarnya, ia penasaran, kenapa tiba-tiba Marvel meminta data karyawan? Atau jangan-jangan pria itu mencurigai seseorang?

"Ini tuan." Alan memutar laptopnya, menghadap kearah Marvel dan menunjukkan data karyawan di bagian pemasaran.

Marvel terlihat serius membaca satu persatu data tersebut. Sampai ia membaca data milik seorang pria yang bernama Bima. "Apa kau mengenalnya?" tanya Marvel.

Alan melihat data yang di tunjukkan oleh Marvel. Dia terdiam, sambil mengingat-ingat karena wajah pria itu serasa tidak asing baginya. "Saya tidak yakin, tapi sepertinya saya pernah melihatnya. Tapi saya lupa ... " ucapan Alan terhenti. Ingatan nya kembali pada beberapa tahun silam, dimana pertama kali ia bertemu dengan pria itu.

"Saya ingat tuan. Dia adalah tuan Bima Wibowo dari perusahaan Wibi Group. Beberapa tahun yang lalu, tuan Kevin meminta saya untuk membuat bangkrut perusahaan tuan Bima," terang Alan

"WHAT?" pekik Marvel

"Iya tuan, saat itu tuan Bima dan istrinya sudah berani menghina nyonya Flora. Itu sebabnya tuan Kevin bertindak sejauh itu."

Marvel menyandarkan punggungnya dan menghela nafas panjang. Pantas saat itu Flora mengatakan jika Fiona tidak pantas untuknya. Ternyata Fiona sudah melakukan kesalahan yang fatal dengan menghina kakak iparnya itu.

Ya, Bima Wibowo adalah suami Fiona, wanita yang sangat Marvel cintai. Tapi setelah hinaan yang ia dapatkan, ia tidak tahu lagi kabar Fiona. Terakhir ia mendengar jika Fiona sudah menikah dengan pengusaha kaya bernama Bima Wibowo.

"Ternyata kau masih sombong setelah pulang ke tanah air. Aku jadi penasaran dengan kehidupan mu sekarang setelah perusahaan suamimu hancur," seringai Marvel dalam hati. Tidak hanya itu, ia jadi penasaran kenapa Bima bisa bekerja di perusahaan cabang milik keluarganya.

"Aku ingin kau panggil dia kemari sekarang juga," perintah Marvel

''Baik tuan." Alan beranjak dari tempat duduknya dan menjalankan perintah dari Marvel. Ya, kini dia ingat tentang Bima. Tapi dia baru tahu jika pria itu sekarang bekerja di anak perusahaan NA Company. Dilihat dari data Bima, pria itu baru satu tahun bekerja di perusahaan NC Group. Alan hanya tahu jika Bima sudah menyinggung Kevin tapi ia tidak tahu jika Marvel juga mengenal Bima.

"Fiona, bahkan sampai detik ini aku masih merasakan sakit saat kau menghinaku. Andai waktu itu kau menolakku tanpa mengeluarkan kata-kata kasar, aku mungkin masih bisa menerimanya. Tapi kau tidak hanya menolakku, kau juga menghinaku dan mempermalukan ku di depan umum," geram Marvel.

Tok Tok Tok

"Itu dia," seringai Marvel. Dia membenarkan posisi duduknya dan memintanya untuk masuk. "Masuk!!"

Pintu terbuka, pria yang lebih tua darinya itu masuk dengan kepala menunduk. "Ma-maaf tuan, ada apa anda mencari saya?" tanya Bima

"Kau, kalau tidak salah kau adalah Bima Wibowo dari perusahaan Wibi Group. Perusahaan mu bangkrut atas campur tangan kakakku. Tapi sekarang kau justru bekerja di perusahaan cabang milik keluarga ku. Katakan!! Apa tujuanmu?" tanya Marvel tanpa basa-basi dengan ekspresi dingin di wajahnya.

Glek

Bima menelan ludahnya kasar. Tubuhnya gemetar hebat karena takut dengan tatapan tajam Marvel yang seolah ingin mengulitinya.

"KENAPA KAU DIAM SAJA, HAH? JAWAB!!" bentak Marvel

"Ma-maaf tuan. Sa-saya memang pemilik perusahaan Wibi Group yang bangkrut karena tuan kevin. Ta-tapi saya masuk ke perusahaan ini karena saya membutuhkan pekerjaan. Sa-saya tidak mempunyai tujuan apapun selain ingin mencukupi kebutuhan sehari-hari saya dan anak semata wayang saya," terang Bima dengan nada tergagap.

Dia bahkan baru tahu jika Perusahaan ini adalah milik keluarga Dirgantara setelah ia bekerja beberapa hari kemudian. Tidak dipungkiri, dia sempat mempunyai niat balas dendam pada Kevin. Namun, ia sadar jika perbuatannya lah yang membuat hidupnya seperti sekarang. Dan dia mencoba memperbaiki diri demi anaknya.

"Mencukupi kebutuhanmu dan anakmu? Lalu istrimu?"

"Sa-saya sudah bercerai dengan istri saya, tuan. Setelah tahu saya bangkrut, dia langsung meminta cerai. Tapi saat itu dia sedang hamil. Jadi, setelah ia melahirkan, dia memberikan anak itu padaku dan pergi begitu saja." Bima menunduk sedih mengingat hal yang paling menyedihkan dalam hidup nya. Walaupun ia bangkrut, asal istrinya mau berada di sisinya, ia tidak akan tersiksa. Tapi dia baru tahu jika istrinya menikahi nya karena uang. Setelah ia bangkrut, ia di buang layaknya sampah.

Marvel tidak melanjutkan interogasinya. Dari sini ia cukup tahu kehidupan wanita yang dulu pernah singgah di hatinya. "Benar-benar wanita gila," batin Marvel.

"Apa kau tahu jika perusahaan mengalami kerugian? Aku sudah mengecek semuanya tapi tidak ada yang mencurigakan. Aku sempat berfikir kaulah pelaku nya karena bagaimanapun kau mempunyai dendam pada keluargaku," terang Marvel.

"Ti-tidak tuan, saya sama sekali tidak melakukan itu. Sungguh!!" seru Bima meyakinkan Marvel. Dia memang tahu jika ada masalah di perusahaan ini, tapi dia bersumpah jika bukan dia pelakunya.

"Baiklah, kau boleh pergi."

"Te-terima kasih tuan." Bima membungkuk hormat sebelum keluar dari ruangan Marvel.

"Huft ... " Marvel menghela nafas panjang. Dia tidak menyangka jika Fiona begitu kejam. Wanita itu benar-benar gila harta. Dia bersyukur tidak bersama wanita itu. Tapi bukan berarti dia memaafkannya begitu saja.

Marvel melirik kearah jam dinding yang mana sudah menunjukkan pukul 1 siang. Yang artinya, sebentar lagi Angel akan pulang sekolah.

"Aku malas menjemput bocah itu. Tapi jika ia mengadu ke kak Flora, maka habislah aku." Marvel beranjak dari tempat duduknya dengan malas. Ia meraih kunci mobilnya dan berpesan pada Alan untuk menghandle perusahaan terlebih dahulu karena ia akan menjemput istri kecilnya.

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, Marvel sampai di depan sekolah SMA 1 HA Dirgantara. Dia turun dari mobil dan menyadarkan punggungnya di pintu mobil sambil melipat lengan kemeja nya. Dia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya dan berdecih pelan.

"Aku paling tidak suka menunggu," gerutu nya. Dia mengeluarkan ponsel dan memainkannya sejenak sambil menunggu Angel. Dan tidak lama setelah itu, terlihat semua siswa-siswi keluar dari pintu gerbang.

Marvel menyimpan ponselnya dan memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana. Dengan postur tubuh yang atletis dan pose seperti itu, membuat setiap mata tak berkedip memandang nya.

"Astaga, tampan sekali. Siapa dia?"

"Kira-kira dia mau menjemput siapa ya?"

"Kyaaa ... Aku ingin punya pacar seperti dia."

Begitu bisik-bisik para ciwi-ciwi yang terlihat salah tingkah saat melewati Marvel. Tapi pria itu hanya diam dengan tatapan datar tanpa melirik mereka sedikitpun.

"Ck, mana bocah itu?" gerutu Marvel. Dia melihat kesana-kemari dan tidak berapa lama, bocah yang ia maksud baru saja keluar dari gerbang. "Itu dia." Marvel menghampiri Angel dan langsung menarik tangannya begitu saja.

"E-eh ... Apa yang kau lakukan?" pekik Angel

"Aku tidak suka menunggu. Kita pulang sekarang!!" ajak Marvel. Dia membukakan pintu mobil untuk Angel, baru kemudian ia mengitari mobil dan masuk dibelakang kemudi.

"Siapa yang menyuruhmu menunggu? Aku kan sudah bilang tidak perlu menjemput ku," gerutu Angel.

''Jika aku tidak menjemput mu, kau akan mengadu pada kak Flora dengan dramamu itu." Marvel menyalakan mesin mobil dan melaju meninggalkan sekolah Angel.

"Kalau begitu, bisa kau antar aku ke toko buku? Ada beberapa buku yang ingin aku beli," ujar Angel yang mendapat tatapan protes dari Marvel.

"Jangan salahkan aku, aku sudah bilang jangan menjemput ku. Lagipula tokonya tidak jauh dari sini."

Marvel berdecak pelan. Mau tidak mau, ia harus mengantar Angel. Setelah sampai, ia langsung memarkirkan mobilnya. "Aku akan menunggu mu di cafe sebelah," ujar Marvel.

"Oke." Angel turun dari mobil diikuti Marvel yang langsung menuju ke cafe.

"Sudah menunggu dia pulang, sekarang aku harus menunggu lagi. Menyebalkan sekali," gerutu Marvel pelan. Dia mencari tempat duduk dekat jendela, namun dari arah belakang, tiba-tiba seseorang menerobos dan merebut tempat duduknya.

"Hei, apa yang kau ... " Ucapan Marvel terhenti saat orang itu menoleh menatap dirinya.

"Kau ..."