NovelToon NovelToon
Dermaga Cinta Arumi

Dermaga Cinta Arumi

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan Tentara / trauma masa lalu
Popularitas:282k
Nilai: 5
Nama Author: Safira

EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan di tempat lain artinya plagiat. Tolong laporkan🔥


Baru dua bulan menikah, Arumi Safitri harus rela mengikhlaskan kepergian suaminya yakni Letda Laut (P) Yuda Kusuma yang meninggal dalam tugas. Pahami jati diri sebagai prajurit angkatan laut bahwa air yang memiliki semboyan wira ananta rudira, yaitu tabah sampai akhir.

Hidup Arumi selepas kepergian suaminya, diterpa banyak ujian. Dianggap pembawa sial oleh keluarga suaminya. Ada benih yang ternyata telah bersemayam di rahimnya, keturunan dari mendiang suaminya. Beberapa bulan kemudian, Arumi terpaksa menikah dengan seorang komandan bernama Kapten Laut (E) Adib Pratama Hadijoyo hanya karena kejadian sepele yang menyebabkan para warga salah paham dengan mereka berdua.

Bagaimana kehidupan pernikahan Arumi yang kedua?

Apakah Kapten Adib menjadi dermaga cinta terakhir bagi seorang Arumi atau ia akan menyandang status janda kembali?

Simak kisahnya💋
Update : setiap hari🍁

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 - Sudah Sadar

Adib menunggu dengan cemas di depan ruang perawatan Arumi. Para dokter tengah memeriksa istrinya.

Ceklek...

Pintu kamar perawatan istrinya pun terbuka. Adib segera berjalan menuju sang dokter.

"Bagaimana kondisi istri saya, Dok? Apa Arumi sudah sadar?" tanya Adib dengan perasaan harap-harap cemas.

"Bu Arumi sudah sadar, Pak. Namun saya sarankan untuk pelan-pelan mengajaknya berkomunikasi. Pasien yang baru terbangun dari koma biasanya butuh adaptasi dan memahami kondisi terbaru terutama perihal batinnya," saran dokter.

"Terima kasih banyak, Dok. Saya mengerti," jawab Adib seraya tak henti-hentinya berucap syukur pada Tuhan dalam hatinya.

Selepas dokter pergi, Adib pun perlahan masuk ke dalam kamar perawatan istrinya.

Ceklek...

Ketika sudah masuk, Adib melihat Arumi memang telah membuka matanya. Aruminya sudah sadar. Hatinya sungguh lega dan bahagia. Namun sejenak ia dapat menangkap sebuah kesedihan di mata Arumi. Akan tetapi penyebabnya apa, ia belum mengetahuinya atau menebaknya.

Arumi duduk bersandar pada dinding tempat tidur pasien di ruang perawatan. Matanya menatap nanar pada luar jendela kamar perawatannya. Cuaca di luar tampak mendung seperti suasana hatinya saat ini.

Entah mengapa melihat langit terhampar luas di luar jendela kamar perawatannya, membuat jiwanya semakin luas.

"Ma, kamu sudah bangun." Adib perlahan menyapa istrinya. Ia pun mendaratkan b0kongnya di sebuah kursi yang berada di dekat ranjang Arumi. Saat ini ia sudah berada di hadapan Arumi.

Perlahan ia menggenggam penuh kelembutan telapak tangan Arumi yang tak terkena selang infus. Lalu ia menciumnya lembut penuh cinta. Arumi masih terdiam menatap pemandangan di luar jendela.

"Ma, kok Abang enggak disapa balik? Mama belum salim tangan Abang," rengek Adib sengaja memancing reaksi istrinya yang masih mematung dan belum memandangnya.

Tak lama Arumi pun tersadar dari lamunannya. Ia mengalihkan pandangannya dan saat ini sorot matanya menatap sosok laki-laki yang ada di hadapannya sekarang. Ah, dia terlupa jika dirinya sudah menikah dengan Adib. Sungguh hatinya merasa bersalah telah mengabaikan suami barunya ini.

"Bang,"

"Hem,"

"Maaf," ucap Arumi tiba-tiba seraya mencium telapak tangan Adib penuh takzim.

"Maaf untuk apa? Kan Mama enggak ada salah apapun sama Abang,"

"Maaf, sudah banyak merepotkan Abang. Maaf, belum bisa jadi istri yang baik buat Abang."

"Iya, dimaafkan. Asalkan Mama mau kabulin permintaan dari Abang dulu,"

"Permintaan apa?" tanya Arumi lirih.

Adib pun menyampaikan keinginannya agar Arumi ikut dirinya pindah ke kota J. Sebab, Adib berdinas di sana. Terlebih beberapa bulan lagi dirinya akan diangkat menjadi Mayor sekaligus mendapatkan jabatan baru. Ia ingin Arumi menemaninya selalu dalam lika-liku kehidupannya sehari-hari sebagai prajurit angkatan laut.

Tentu saja Adib juga ingin sekali memperkenalkan Arumi sebagai istrinya di hadapan rekan-rekan sejawatnya di sana. Rekan-rekan yang selalu memberi predikat untuk dirinya sebagai jomblo abadi.

"Gimana, Ma? Apa kamu mau ikut aku pindah ke sana?"

Arumi masih terdiam. Hatinya mendadak tak karuan kala mendengar nama sebuah kota yang penuh kenangan baginya dengan seseorang yang sosoknya masih tersimpan baik di hati hingga saat ini. Laki-laki iseng yang hobi pakai masker.

Kenapa harus ke kota J ?

Apa dia masih tinggal di kota itu ?

Apa dia masih ingat aku atau sudah lupa ?

Apa dia sudah menikah ?

Enggak mungkin dia masih menungguku. Di dunia ini masih banyak wanita yang lebih dari dirinya.

"Pasti dia sudah memiliki istri sekarang ini. Ah, kenapa aku terus memikirkannya?" batin Arumi.

Rasa bersalah sekaligus rindu semakin bercampur aduk di hatinya. Namun seketika ia tersadar bahwa kini dirinya sudah menikah dengan Adib. Maka ia harus melupakan laki-laki itu.

Ia tak ingin mencurangi laki-laki yang baik seperti Adib. Suaminya ini tak bersalah dan sudah banyak menolongnya. Ia juga melihat ada cinta untuknya di mata sang suami.

Arumi dalam kondisi mata menunduk. Tak lama ia pun mengangkat pandangannya dan menatap sang suami.

Arumi pun menganggukkan kepalanya. Tanda bahwa ia setuju dengan permintaan suaminya tadi. Senyuman lebar seketika terbit di wajah Adib.

"Mama setuju?"

"Iya, Bang. Aku akan ikut ke mana Abang pergi," jawab Arumi lirih seraya berusaha tersenyum.

Secara refleks Adib pun langsung berdiri dan memeluk Arumi.

"Makasih banyak, Ma. Love you," bisik mesra Adib di telinga Arumi sekaligus ciuman hangat mendarat di pipinya.

Seketika pipi Arumi merah merona antara terkejut dan tersipu malu. Namun ekspresi wajahnya hanya bisa terbengong akibat tingkah Adib yang mendadak padanya. Adib langsung tersadar bahwa tindakannya barusan pasti mengejutkan Arumi.

Entah mengapa ia hilang kontrol sehingga langsung mencium pipi Arumi. Respon tubuhnya seketika naik drastis seiring dengan rasa bahagia yang membuncah di hatinya. Terlebih berdekatan dengan Arumi maka voltase cintanya semakin membumbung tinggi.

Sudah banyak rencana masa depan yang telah ia susun dalam benaknya jauh-jauh hari di kota J bersama Arumi dan anak-anaknya kelak. Sehingga ia tak bisa lagi menutupi rasa bahagia tersebut.

"Maaf, Ma. Aku tadi refleks. Aku bahagia karena kamu menyetujui permintaanku. Sekali lagi aku minta maaf," ucap Adib.

Ia tak ingin membuat Arumi terkejut atau merasa terpaksa berdekatan fisik dengannya. Ia ingin semuanya berjalan mengalir seperti air. Dan akan sangat bahagia jika Arumi sendiri yang membuka diri dan hati untuknya. Maka dengan sukarela ia akan menyambut serta membalas cinta Arumi tersebut untuknya beribu-ribu kali lipat.

"Enggak apa-apa, Bang. Apa yang ada pada diriku sudah halal untuk Abang. Justru aku yang meminta maaf karena hingga saat ini belum menjadi istri seutuhnya untuk Abang," jawab Arumi lirih dan terdengar sendu.

"Abang paham kok. Pelan-pelan saja kita nikmati pernikahan ini. Abang berharap kamu bisa jujur untuk hal apapun sama Abang. Mama minta apa, jangan lupa selalu katakan sama Abang. Punya keluhan apa atau mungkin Abang ada salah, selalu utarakan. Jangan dipendam di hati. Oke?"

"Iya, Bang. Semoga ke depan, Arumi bisa menjadi istri yang baik dan menyenangkan buat Abang. Jika menurut Abang, Arumi kurang cantik dalam berdandan atau punya salah, tolong tegur. Aku akan berusaha memperbaikinya. Semoga Abang selalu jujur, setia padaku dan pernikahan kita. Walau semua ini diawali keterpaksaan, tetapi bagaimana pun juga sebuah pernikahan bukan untuk main-main. Mahligai sakral di hadapan Tuhan dan kita sudah berjanji di hadapanNya. Apa Abang setuju?"

"Yes, setuju pakai banget Ma."

Kini suasana di dalam kamar perawatan tersebut sudah mencair antara sepasang suami istri yang saling melempar senyum. Adib pun menyuapi Arumi dengan telaten. Setelah selesai makan siang, Adib duduk di atas brankar Arumi yang memang berukuran besar. Adib menggenggam erat tangan istrinya.

"Bang, aku boleh tanya sesuatu?"

"Tanyakan saja, Ma."

Arumi menghela napasnya sejenak.

"Apa selama aku koma, ada orang lain yang berkunjung ke sini? Tamu misalnya?" tanya Arumi dengan hati-hati.

"Memangnya kenapa, Ma?"

"Ketika koma, aku mendengar dari kejauhan ada seseorang yang memanggilku."

"Memangnya dia panggil Mama apa? Siapa dia?" pancing Adib sengaja. Ia sudah paham ke mana arah pembicaraan Arumi kali ini.

"Ehm..."

Bersambung...

🍁🍁🍁

1
Yunia Afida
seneng nya❤❤❤😍😍😍
Yunia Afida
ikut terharu ni🥺🥺🥺🥺akhirnya kalian bersatu di dermaga yang sama
Yunia Afida
langsung ada sountrack lagu karena cinta ni, arumi sudah tahu bang
Yunia Afida
yang diperiksa opo lo
Yunia Afida
wahhhh adib bakal dapat kejutan ini,
Yunia Afida
semoga kalian bahagia selalu ya, kira kira email apaan itu
Yunia Afida
arumi tahu kalo adib lelaki iseng, dan lelaki yang mencintainya dengan tulus
Yunia Afida
mama rita kapan nongol nya itu
sitimusthoharoh
lanjut
Jar Waty
lanjut kak
Nena Anwar
Adib jangan lupa pake gaya kepiting kepedesan ya karena itu salah satu gaya favorite othor 😅😅🤭
Asih Sunarsih
lanjut kak
Yunia Afida
jaket
Yunia Afida
akhirnya arumi tahu siapa lelaki bermasker itu ya, dia adalah suamimu adip
Yulia Dhanty
ya ampun sumpah teh berlinang air mata baca d part ini... ikut bahagia akhirnya cinta mereka bersatu
@⍣⃝కꫝ🎸BuNdAιиɑ͜͡✦🇵🇸
jangan sampai mabuk laut saat sedang on action yaa... 🤭🤭🤭🙈🙈🙈🙈
Yayuk Bunda Idza
happy honeymoon.. semoga dedek Yudhis gak melakukan ujuk rasa
Yunia Afida
cari masker kali
Yunia Afida
cari cinta nya
Ruwi Yah
aduh udah tegang bacanya malah digantung jadi nggk sabar nunggu bab selanjutnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!