Aruna, gadis pintar, tapi sangat lugu. Selama ini Aruna fokus belajar dan.belajar. Perpus adalah tujuannya saat jam istirahat.
Kiano adalah cowo tampan yang digilai banyak cewe. Dia adalah anak gaul yang pertemanannya hanya di kalangan orang orang kaya.
Aruna menjadi korban taruhan Kiano dan teman teman gengnya berupa uang sebesar lima puluh juta jika Kiano berhasil jadi pacarnya dalam deadline yang sudah ditentukan.
Tujuh tahun kemudian mereka bertemu sebagai dokter dan pasien. Kiano menderita asam lambung yang ngga kunjung sembuh. Teman temannya merekomemdasikan Aruna yang sudah menjadi dokter untuk memgobatinya.
Apakah Aruna mau? Yang jelas Aruna masih dendam pada Kiano.dan teman temannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Laki laki high quality
Siapa yang akan aku pulang ya? suster Uci melirik genit pada tiga laki berkualitas tinggi yang kini mengajaknya duduk bersama dengan posisi mengelilinginya.
Pikirannya sedang sibuk membandingkan, mana yang lebih tampan di antara Glen, Alva dan Reno.
Ketiganya bukannya ngga tau dengan tingkah centil suster yang menjadi asisten Aruna. Tapi ketiganya berusaha cuek. Mereka harus mencari banyak informasi dari sang suster tentang hubungan Aruna dengan Kiano yang sangat mencurigakan.
"Kamu tau tentang Kiano?" tanya Glen lembut membuat pipi suster Aruna merona.
Rasanya seperti melayang mendengar suara lembut dari laki laki tampan high quality, batin suster Uci dengan mata penuh binar.
"Tau dong," jawabnya cepat membuat ketiganya saling pandang dan sama tersenyum miring.
Reno yang terbiasa memperlakukan perempuan targetnya bagai putri, kenudian menggenggam lembut jemari tangan suster Uci.
Pipi suster Uci udah sepert kepiring yang direbus lama. Merah membara. Jantungnya pun berdebar semakin kencang.
"Apa yang kamu tau tentang dokter Aruna dan pacarnya Kiano," tanya Reno sok tau akan hubungan keduanya.
"Pacar? Katanya mantan?" tanya suster Uci heran dengan kening berkerut. Kemudian dia menganggukkan kepala mengerti.
"Pantasan pacar dokter Aruna marah. Rupanya bukan mantan, ya," ucapnya sambil tersenyum senyum.
Ketiganya kembali berpandangan tanpa kata tapi dengan pikiran dipenuhi banyak praduga.
"Pacarnya dokter Aruna tiap hari kirim bunga dan coklat ke rumah sakit. Tapi sudah beberapa hari ini ngga lagi. Rupanya cemburu dengan dokter Farel ternyata," ucap suster Uci kemudian tersenyum.lebar. Dia juga suka sekali dengan kenyataan yang dia dapatkan akhirnya. Karena dokter Aruna selalu menyembunyikannya. Ngga pernah mau cerita tentang kejelasan hubungan asmaranya.
"Padahal dokter Farel sering banget ditolak dokter Aruna," sambungnya lagi, masih dengan senyum lebarnya.
"Dokter Farel itu siapa?" kali ini Alva yang bertanya dengan suara lembutnya. Dia dan teman temannya tau, suster Uci telah tergila gila dengan mereka bertiga.
"Anak pemilik rumah sakit," jawab suster Uci polos.
Keriganya manggut manggut mengerti.
"Oiya, kita belum kenalan. Nama gue Alva, ini Reno, itu Glen," tukas Alva mengenalkan dirinya dan teman temannya.
Bibir suster Uci mengembangkan senyum manisnya.
"Nama lengkap saya Maruci, tapi biasa dipanggil Uci," tanggap suster Uci sangat pede.
Ketiganya hanya menganggukkan kepalanya.
"Pacar dokter Aruna sering ke rumah sakit dong," pancing Reno untuk menuntaskan rasa penasarannya.
"Iya, sering banget. Cuma itu, setelah cemburu ngga pernah maen sama kirim kirim bunga dan coklat lag. Padahal coklatnya enak banget," terang suster Uci sambil menatap lekat wajah Reno.
Yang ini boleh juga, batinnya memutuskan. Dia sudah mendapatkan sasarannya.
"Boleh ketikkan no hpnya?" tanya suster Uci sambil memberikan hpnya pada Reno yang agak terkejut dengan keagresifan suster Uci.
Walaupun sudah menduga, tapi ngga nyangka, sang suster akan dengan sangat cepat beraksi. Apalagi sang suster centil menjatuhkan pilihan padanya. Reno menatap kesal pada kedua temannya yang seperti menahan tawa melihat 'keberuntungannya'
"Mas Reno," panggil suster Uci manja membuat kedua temannya membalikkan punggung untiuk melepaskan tawa tanpa suara mendengar panggilan itu.
Dengan malas Reno mengetikkan nomornya. Dia agak bergidik dengan nada panggilan sang suster.
Apa tadi? Mas Reno? batin Reno sangat ngga nyaman. Setelah meninggalkan suster ini, Reno berjanji dalam hati akan memblokir nomernya dan ngga mau berurusan lagi. Reno merasakan firasat ngga enak, sepertinya dia akan menjadi target yang ngga akan dilepaskan sang suster centil.
*
*
*
Regan merasa beruntung karena hpnya dan Kiano memiliki gps. Walaupun Kiano sudah jauh meninggalkannya, tapi Regan tau keberadaan temannya itu. Hatinya semakin resah, Kiano sepertinya masih terlalu cepat menyetir mobilnya.
Sementara itu di belakang, Lilo dan Arga sudah berada ngga jauh dari mobil Regan.
"Sepertinya Kiano masuk tol arah luar kita," tukas Lilo sambil terus menginjak gasnya semakin dalam.
"Mau kemana dia, ya?" gumam Arga sambil terus berpikir.
"Ngga nyangka, Kiano bisa suka juga dengan pilihan kakek," kekeh Lilo membuat Arga meliriknya sekilas.
Laen ditanya, laen dijawab, batin Arga memaki.
"Kenapa? Gue salah?" nyolotnya membuat Arga melengos.
Dalam hatinya Arga tertawa, karena Kiano terjebak dengan hatinya. Ngga nyangka, Kiano beneran suka sama.Aruna. Sejak kapan wooiiii? Ngga mungkin kan sejak taruhan itu berakhir? monolog Arga dalam hati.
Arga nengingat kembali tentang Kiano yang ngga pernah serius menjalin hubungan dengan perempuan perempuan yang mendekatinya. Memang sekarang Aruna bertambah cantik dan seksi, tapi gadis itu pasti masih menaruh dendam.dengan Kiano. Ngga nungkin akan menerima Kiano.Walaupun suka, pasti sudak ketutup dengan rasa bencinya.
"Wajar, sih, dokter itu sangat cantik dan seksi. Kalo Kiano ngga nau, gue akan bilang nenek, dokter itu buat gue aja," cerocos Lilo penuh percaya diri.
Lo mau mati? batinnya mengejek. Kalo Kiaano sudah suka dengan sesuatu, dia akan melibas semua penghalang tanpa terkecuali. Arga hanya tersenyum miring. Lilo juga ngga tentang rahasia taruhan mereka dulu.
Sementara itu Kiano terus melajukan mobilnya dengan sangat kencang. Jantungnya masih berdebar ngga menentu mengingat perbuatannya tadi pada Aruna.
Bodoh, bodoh bodoh. Entah sudah berapa kali Kiano memaki dirinya. Kenapa dia begitu jelas menunjukkan perasaannya. Perasaan cemburunya. Kiano semakin membenci dirinya yang ngga bisa menahan diri.
Walaupun ada rasa senang mendominasi hatinya, tapi Kiano ngga mau Aruna bisa menebak jauh isi hatinya. Dia ingin Aruna sadar, kalo dirinya sudah move on dari Aruna. Sekarang hanyalah rasa ingin menyenangi kakeknya saja. Ngga lebih.
Bayangan Aruna yang dipeluk laki laki brengsek itu kembali memenuhi isi kepalanya. Membuat emosinya menggelegak. Secepat kilat Kiano menginjak.gas sangat dalam dan menyalip truk pengangkut pasir di depannya. Tapi dia kaget akan sorotan lampu truk di depannya. Untungnya Kiano dengan sigap membanting stinya menjauhi truk..Tapi karena mobil yang dibawanya sangat kencang, akhirnya mobil itu menjadi oleng dan lajunya sulit dikendalikan
BRAAAKKK!
Mobil Kiano pun menabrak pagar pembatas jalan tol dan berputar beberapa kali sebelum terguling di badan jalan. Seketika beberapa kendaraan berhenti mendadak menghindari tabrakan beruntun. Untung saja tidak begitu banyak kendaraan yang melewati tol saat ini. Padahal biasanya cukup rame.
"KIANO!" pekik Regan dengan jantung seperti di pacu melihat mobil Kiano menabrak dan bergulingan beberapa kali. Keringat dingin mengalir d keningnya. Punggung bajunya pun basah. Regan segera meminggirkan mobilnya dan berlari keluar mendekati mobil Kiano dengan perasaan cemas luar biasa.
"KIANO,!" teriak Lilo dan Arga bersamaan. Keduanya saling pandang dengan wajah pucat.
Lilo dan Arga pun segera keluar dari mobil begitu Lilo sudah memberhentikan mobilnya. Bahkan Arga sudah menelpon ambulance sambil berlari menyusul Lilo yang sudah mendekati Regan. Di tangan Lilo sudah ada tabung pemadam kebakaran portable karena dia melihat kap depan mobil Kiano sudah mengeluarkan asap.
Reno yang sudah berniat pergi karenga ngga tahan akan kegenitan suster Uci melirik hpnya yang bergetar di tangannya.
Nama Arga muncul di sana. Reno baru sadar kalo ketiga teman dekatnya ngga berada bersama mereka.
"Sebentar," pamitnya sambil berdiri dan langsung menjauh diiringi tatapan heran kedua temannya.
"Mau kemana?" tanya suster Uci berusaha menahan langkahnya tapi ngga dipedulikan Reno.
"Dadynya telpon. Tenang saja. Reno masih single, kok," kompor Alva dengan cengiran khasnya. Glen melebarkan senyumnya ketika melihat wajah suster di depannya terlihat sangat senang dengan informasi yang di sampaikan Alva.
Sambil mengangkat telpon, Reno yang mendengar ucapan Alva, menyumpahi temannya agar segera mendapat karma dalam hati.
"Ada apa?" tanya Reno ngga ramah karena memendam kesal.
"Kiano kecelakaan. Gue share lokasi," sahut Arga dengan suara panik yang ngga bisa disembunyikan.
"Serius Lo?" kaget Reno ngga percaya. Tapi yang di dapatnya hanyalah sambungan telpon yang diputus.
"****!" makinya dengan sangat amat gusar. Perasaan cemas menyelimuti rongga dadanya. Suara panik Arga mengganggu pikirannya. Ketika dia akan menelpon balik, sebuah pesan masuk membuatnya segera menyimpan hpnya dan menghampiri dua teman dekatnya yang sangat menyebalkan. Arga mengirimkan lokasi kecelakaan Kiano.
"Kamu pulang dengan supir kakek ya," ucap Reno masih berbaik hati pada suster Uci sebelum berpaling pada Glen dan Alva.
"Ikut gue," lanjutnya tanpa menunggu jawaban ketiga orang itu yang masih menatapnya heran.
Reno melangkah cepat disusul Alva dan Glen.
"Ada apa?" tanya Glen sambil menjejeri langkah Reno.
"Kiano kecelakaan."
Alva dan Glen saling pandang. Wajah keduanya langsung pias. Tanpa kata lagi ketiganya melangkah cepat meninggalkan rumah kakek Kiano.
"Yaah, ditinggal," gumam suster Uci kecewa..Tapi ngga lama kemudian, suster Uci tersenyum senang.
"Untung sudah punya nomer telponnya," gumamnya lagi sambil terus menyoroti punggung ketiga laki laki high quality nya yang semakin menjauh.