Andini Mahalina Aditama seorang perempuan berusia 25 tahun yang menjadi yatim piatu sejak usianya 14 tahun. Setelah kedua orangtua nya meninggal akibat kecelakkaan pesawat terbang, kehidupan Andini tidak berjalan dengan baik - baik saja, Om nya yang dianggap orang yang bisa menyayanginya malah tega membuangnya, karena Om angkatnya ingin menguasai harta orangtua Andini, Andini di tinggalkan di panti asuhan pada malam hari, setelah itu hidupnya berubah jauh dari kemewahan. Setelah menikah dengan Andrian Wiratmaja, laki - laki tampan berbadan tinggi besar seorang Presidir Direktur. Andrian adalah cinta pertama Andini semasa SMP dan begitu sebaliknya, Andini merasa Kebahagian akan datang, Andrian rela meninggalkan hartanya, bahkan pangkat Presidir Direktur dan lebih memprioritaskan Andini, tetapi Papa Andrian tidak tinggal diam, Papa Andrian tidak rela jika Andrian menikahi Andini dan mencoba memisahkan Andini dengan Andrian dengan berbagai cara, sehingga Andini dan Andrian terpisah deng
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novia nur rohmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Andini sangat sedih ia diusir paksa, Andini tidak ada pilihan ia segera mengemasi pakaiannya dan kedua anak, sambil meneteskan air mata dan bingung harusnya pindah ke mana, suasana sudah semakin petang, ia tak lupa membawa foto suaminya.
" Andini, bisa cepet sedikit nggak, lelet banget sih." ujar Bu Susi
Bu Susi sangat sadis, dia sudah menerima uang senilai 50 juta dari Pak Wiratmaja agar segera mengusuir Andini.
" Iya Bu, tolong Bu pertimbangkan lagi, kasian kedua anak saya, ini juga sudah hampir malam grimis juga." ujar Andini meminta pertimbangan, kedua anaknya juga terus menangis
" Kamu tuli apa memang nggak punya telinga sih Andini, kalau saya suruh pergi ya pergi." ujar Bu Susi
Tanpa bela kasihan Bu Susi tetap akan mengusir Andini, karena sudah mendapatkan uang 50 juta. Andini sampai bersimpuh di depan Bu Susi.
" Bu tolong saya Bu, tolong beri kelonggaran, sampai besok pagi." ujar Andini meminta bela kasihan
" Nggak Andini, sana kamu pergi, atau para bodyguard saya yang akan menyeret kamu" usir Bu Susi
Bunga yang baru pulang dari kantor mendengar si kembar menangis segera turun dari mobil.
Dan menuju ke kontrakan Andini, untuk melihat apa yang sedang terjadi di dalam kontrakan.
Bunga masuk kedalam kontrakan karena memang pintunya terbuka lebar.
" Kenapa sih kenapa? Kok ribu - ribu?" tanya Bunga basa basi, Bunga juga sebenarnya sudah membenci Andini, karena menurutnya Andini yang memebuat pertungannya gagal dengan Arya.
" Teman kamu ini nggak tau diri, saya bilang harus pergi sore ini, masih aja nggak mau." ujar Bu Susi
"Loh memang nya ada apa Bu?" tanya Bunga
" Ada yang melaporkan ke saya, kalau Andini itu udah mencuri, saya ngga mau, ada pencuri yang tinggal di kontrakkan saya." ujar Bu Susi berbohong mencari alesan.
Andini dan Bunga kanget mendengarkan penjelasan dari Bu Susi.
" Tapi Bu, saya bukan pencuri, siapa yang bilang Bu?" tanya Andini.
" Mana ada maling ngaku, penjara bisa - bisa penuh." ujar Bunga menimpali
Mendengar penjelasan Bunga, Andini sangat sendih dan kecewa
" Ung, demi Allah aku bukan pencuri," ucap Andini
" Heh Ndin, kamu nggak inget aku gagal tunangan gara- gara siapa, gara - gara kamu, kamu itu pencuri pasangan orang, alias pelakor." ujar Bunga
" Denger nggak kamu Andini, udah ada saksinya dan itu temen deket kamu sendiri, mendingan sekarang kamu pergi." ujar Bu Susi
" Ung, itu cuman salah paham Ung, aku nggak ada hubungan apa - apa sama Arya tolong percaya Ung, demi Allah Ung, aku berani mati kalau aku ada hubungan sama Arya," ujar Andini dengan menangis terisak - isak.
Penderitaannya sekarang lengkap sudah sahabat yang dulunya selalu ada dan melindungi Andini sekarang berbalik malah menghinanya di depan orang lain.
" Udah ya Ndin, aku nggak akan pernah percaya lagi sama kamu." ucap Bunga, Bunga langsung pergi menuju mobilnya, Bunga juga menangis, sebenarnya dia kasian dengan Andin dan kedua anaknya, namun sakit hati kepada Andini membuat ia tega.
Andini dengan terpaksa meninggalkan kontrakkanya yang sudah ia tempati hampir 3 tahun, banyak kenangan di dalam kontrak kan itu, kenangan bersama mendiang suaminya.
Andini berjalan dengan mendorong setroler dan menggunakan payung untuk memayungi kedua Anaknya yang sudah tertidur, Andini hanya membawa baju seadanya, bajunya yang lain ia tinggal, karena tidak mungkin ia bawa dan tidak bisa ia bawa. Andini sangat bingung harus tinggal di mana jam neunjukkan pukul 20.30 dia bingung harus berjalan ke arah mana.
Andini berfikir siapa yang tega telah menyebar fitnah sampai - sampai ia harus di usir oleh Ibu kontrakan.
" Ya Allah semoga orang yang sudah menfitnahku segera sadar dan kau ampuni dosannya." ucap Andini sambil mencari tempat untuk beristirahat.
Andini memutuskan untuk berhenti di masjid, mungkin hanya masjid tempat sementara untu ia dan kedua anaknya beristirahat.
Andini sudah masuk kedalam masjid dan memindahkan kedua anaknya di dalam masjid untuk ditidurkan, kedua anaknya sudah dipastikan merasa hangat karena sudah ia selimuti. Air matanya tidak berhenti menetes saat memandangi Anaknya yang sekarang berusia 2 tahun lebih harus ikut merasakan kepahitan kehidupan dan, ikut merasakan dinginya udara malam.
" Sayang maafin Bunda ya Nak, kalian harus merasakan dinginya udara malam dan rintik hujan, Bunda janji bunda akan membahagiakan kalian dan memberikan tempat yang layak untuk kalian, tapi untuk malam ini kita istirahat di masjid dulu ya Nak, besok pagi baru Bunda akan mencari tempat yang layak untuk kalian berdua, Anak Bunda walaupun kita di sakiti orang lain, kita harus tetep berbuat baik ya sayang." ucap Andini lirih kepada kedua buah hatinya
Andini memutuskan untuk mengambil air wudhu dan sholat isyak, setelah sholat isyak, Andini tak lupa berdoa dan berzikir meminta pertolongan allah agar di mudahkan dan di lancarkan segala urusanya.
" Ya Allah, kalau memang ini sudah menjadi takdirku hamba iklas, berikan lah hamba kemudahan dan rezeki yang halal serta anak anak yang sehat dan berikan hamba kekuatan dan keteguhan dalam mengahadapi segala rintangan." Andini berdoa sambil meneteskan air matanya.
Andini memutuskan untuk tidur sambil memeluk kedua anak nya.
**
Pak Wiratmaja sangat bahagia akhirnya apa yang ia inginkan terwujud, Andini sudah berhasil di usir, dia sudah tidak khawatir lagi akan Andini.
" Akhirnya berhasil juga usaha ku." ucap Pak Wiratmaja yang sangat bahagia
" Usaha apa Pa?" tanya Andrian yang mendengar ucapan Pak Wiratmaja yang sedang duduk ruang keluarga sambil menonton tv.
" Usaha kerja sama sama perusahaan lain Andrian." ujar Pak Wiratmaja.
" Oh gitu, yaudah Andrian mau ke kamar dulu ya Pa." pamit Andrian.
**
Ke esokkan harinya, Andini terbangun dari tidurnya, dari semalam memang yang banyak minum hanya Arshaka, sementara Arsyla hanya banyak diam, minum tapi cuman sesekali dan paginya Arsyla malah demam.
" Sayang, Arsyala anak Bunda, kepalanya panas banget ya Allah." gumam Andini khawatir
" Bun Bun, Atit kepalanya adek." Ucap Arsyla
" kita berobat ya sayang, biar Arsyla cepet sembuh." Ucap Andini dengan rasa sangat khawatir.
Andini segera membawa Arsyla ke klinik terdekat untuk memeriksa Arsyla, Andini berjalan tergopoh - gopoh, akhirnya Andini menemukan Klinik Ibu dan anak. Andini langsung mendaftar kepedaftaran klinik.
" Mba saya mau mendaftrkan anak saya Mba atas nama Arsyla Naila Putri Andrian, dengan keluhan demam." ujar Andini.
" Baik Bu, ini nomer antriannya ya, ibu mendapatkan anatrian ke 11 dan sekarang sudah berlangsung antrian nomer 07.
" Iya Mba, makasih ya." ucap Andini
" Bun, aku masih ngantuk." ucap Arshaka
"Abang tidur di stroler ya." ucap Andini
Arshaka hanya menggukkan kepalanya.
Arshaka ia letakkan di stroler dan Arsyla ia gendong.
" Arsyla anak Bunda, anak kuat, kita cari obat ya sayang biar Arsyla cepet sehat lagi dan mau minum banyak lagi sayang." ucap Andini yang duduk diruang tunggu.