Pengawal Istimewa

Jasmin juga tampak begitu takut, dengan segera tiga pengawal Jasmin langsung berdiri di depan Jasmin untuk melindunginya.

"Nona Jasmin segera tinggalkan tempat ini, kami akan menahan mereka!" teriak salah satu pengawal Jasmin.

Akan tetapi seketika belasan pria itu sudah mengepung tempat itu sehingga Jasmin tidak bisa bergerak dari sana.

Salah seorang pengawal Jasmin juga langsung bergerak dan melompat menerjang salah satu orang. Seketika orang itu pun terpental akan tetapi pengawal Jasmin itu juga langsung di pukul oleh orang lain dengan tongkat bisbol.

"Tang" tongkat bisbol itu menghantamnya, hingga membuatnya terjatuh ke aspal tidak sadarkan diri.

Belasan orang itu juga mulai bergerak menyerang ke arah Jasmin. Dua pengawal Jasmin yang tersisa juga melawan mereka dengan sekuat tenaga.

Akan tetapi jumlah mereka tidak seimbang sehingga dia pengawal Jasmin seketika saja sudah tergeletak di jalan dengan luka yang parah.

Jasmin kini menjadi sangat takut, dirinya yang seorang wanita juga telah menunjukkan sisi lemahnya.

kemudian tiba-tiba saja terdengar suara teriakan seorang pria yang membuat belasan orang itu berhenti mendekati Jasmin.

"Berhenti," suara itu berasal dari Andika.

Kini Andika dan Yolanda juga sudah berada di sana. Sebelumnya Andika dan Yolanda yang akan kembali ke hotel melihat dari kejauhan bahwa Jasmin sedang dalam masalah, sehingga mereka langsung segera datang untuk menolongnya.

Jasmin juga terkejut dan tidak menyangka Jesica dan Andika datang untuk menolongnya.

"Sialan, beraninya kamu ikut campur," teriak salah seorang dari belasan pria berbadan besar berotot yang berjalan ke arah Andika sambil mengangkat tongkat bisbol di bahunya.

Akan tetapi pria itu langsung terkejut seketika melihat sebuah tinju menuju ke arahnya dengan sangat cepat.

"b

Bak" tinju Andika menghantam wajahnya dengan keras sehingga membuatnya langsung jatuh tergeletak tak berdaya.

Rekan-rekannya yang melihat itu juga terkejut dan kemudian menjadi marah. Mereka langsung menyerang Andika secara bersama-sama.

Sebuah tongkat bisbol melayang ke arah Andika, dengan segera Andika menangkap tongkat itu dengan tangan kirinya. Kemudian tangan kanan Andika langsung meninju dengan keras yang mengenai dada salah seorang. Dengan segera orang itu terhempas ke belakang menghantam keras beberapa rekannya, yang mengakibatkan mereka terkapar di aspal.

Dalam sekali pukul Andika telah berhasil mengalahkan beberapa orang dengan mudah. Para pria berbadan besar itu tidak menyangka bahwa Andika memiliki kemampuan sehebat ini.

Belum sempat yang lain bereaksi Andika melesatkan dengan cepat sambil melayangkan tinju dan tendangan.

Seketika terdengar suara jeritan yang menggema dan terlihat banyak tubuh terpental ke berbagai sisi.

Dalam sekejap kini belasan pria itu sudah tergeletak di aspal dalam kondisi terluka parah.

Jasmin yang melihat kemampuan Andika itu menjadi terkejut dan tidak menyangka Andika ternyata sehebat ini.

"Nona Jasmin, anda tidak apa-apa?" tanya Yolanda yang menghampiri Jasmin.

"Aku baik-baik saja."

"Terimakasih, atas bantuannya," sambung Jasmin berbicara kepada Andika. Terlihat Jasmin memandang Andika dengan rasa kagum.

"Nona Jasmin, sebenarnya siapa mereka, mengapa mereka hendak mencelakai mu?" tanya Yolanda.

Jasmin mulai menceritakan bahwa mereka adalah bawahan dari Jonathan. Jonathan merupakan bos mafia bawah tanah di kota ini. Tujuan mereka adalah mengincar perusahaan ku dan ingin mengambilnya secara paksa.

Mendengar itu Yolanda dan Andika juga terkejut. Lalu kemudian tiba-tiba saja Jasmin mulai meneteskan air mata dan menangis. Melihat Jasmin yang menangis membuat Yolanda dan Andika menjadi bingung.

"Nona Jasmin ada apa, mengapa anda menangis?" Yolanda tidak mengerti apa yang sedang Jasmin pikirkan.

Jasmin mulai mencoba untuk tegar dan kembali menceritakan semuanya bahwa ayahnya dahulu mati juga karena ulah dari Jonathan yang membunuhnya.

Jasmin mencoba melaporkan hal itu kepada kepolisian, akan tetapi pihak kepolisian tidak bisa berbuat apa-apa karena Jonathan mempunyai dukungan dari orang-orang besar di kota ini.

Sambil mengingat dan menceritakan tentang kematian ayahnya, Jasmin kembali menangis, hingga air matanya mulai membasahi bajunya.

Yolanda yang mendengarnya juga langsung menjadi iba dan memeluk Jasmin.

Setelah beberapa saat Jasmin juga sudah tenang kembali. Kemudian Jasmin mulai menghubungi para pengawal untuk datang menjemputnya.

Tak lama dua buah mobil dengan beberapa pria menggunakan jas berwarna hitam telah tiba. Jasmin juga berpamitan kepada Yolanda dan Andika untuk kembali ke rumah.

Melihat Jasmin yang telah pergi sambil kawal oleh beberapa orang, membuat Yolanda merasa kasihan. Bagaimana mungkin Jasmin menjalani hidupnya seperti ini pikir Yolanda.

Yolanda dan Andika juga kembali menuju ke hotel. Hari telah larut malam kini mereka telah berada di dalam kamar.

Yolanda tampak sudah berganti pakaian dengan menggunakan pakaian tidur piyama. Mereka berdua telah berbaring di atas ranjang dengan hanya di batasi oleh sebuah guling.

Hati Yolanda tampak bergetar hebat, tidak tidak menyangka akan tidur satu kamar dengan Andika.

Andika tiba-tiba saja mengangkat guling dan menatap Yolanda, hal itu membuat Yolanda terkejut.

"Andika kamu mau apa, beri aku waktu, aku masih belum siap," ucap Yolanda secara spontan.

"Kamu berbicara apa, aku hanya ingin mengucapkan selamat tidur saja," jawab Andika.

Mendengar itu Yolanda seketika menjadi malu dan pipinya memerah.

"Maaf, aku kira..."

Melihat tingkah Yolanda ini, Andika tersenyum kecil. Yolanda yang seperti ini tampak begitu cantik dan imut.

Andika mulai membelai pipi Yolanda dengan lembut lalu berkata "Kamu tenang saja, aku akan selalu menjagamu dan menghargai mu."

Yolanda pun sedikit terkejut dengan perkataan Andika ini. Yolanda semakin merasa bahwa Andika adalah orang yang baik dan kelak mungkin bisa menjadi suaminya.

Setelah itu mereka berdua mulai memejamkan matanya untuk beristirahat dengan di batasi oleh sebuah guling.

Sementara di tempat lain, di sebuah rumah yang besar dan mewah, Jonathan sedang duduk di kursi dengan seorang pria besar dengan tinggi 2 meter serta ototnya yang sangat besar bak seorang raksasa. Pria raksasa itu bernama Bryan.

"Tuan Jonathan aku mendapatkan kabar bahwa belasan bawahan kita telah gagal dalam menangkap Jasmin," ucap pria raksasa itu.

"Apa, bagaimana mungkin?" Jonathan menjadi terkejut.

"Menurut keterangan mereka, ada seseorang yang sangat kuat telah mengalahkan mereka," jelas Bryan.

"Sialan, kalo begitu langsung saja, besok kamu segera tangkap Jasmin dan bawa kemari."

"Kita harus segera mendapatkan perusahaannya karena masih banyak perusahaan yang sudah ku incar setelah ini," tambah Jonathan.

"Baik tuan, saya paham."

pagi hari Jasmin sedang berada di ruang tamu rumahnya. Rumah Jasmin terdapat banyak pria yang menggunakan jas berwarna hitam yang merupakan para pengawalnya.

Jasmin menyadari dirinya selalu dalam bahaya sehingga dia banyak menyewa para pengawal demi menjaga kesehatan dirinya.

Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa dan langsung menghampiri Jasmin.

"Nona Jasmin gawat," ucap pria itu dengan nafas terengah-engah.

"Ada apa?"

"Nona Jasmin rumah ini telah di kepung, bahkan di luar hampir seluruh pengawal telah di kalahkan."

Mendengar itu Jasmin seketika menjadi khawatir, tampaknya Jonathan sudah mulai terang-terangan mengincarnya.

"Nona Jasmin, saya khawatir sebentar lagi mereka akan berhasil masuk ke sini," imbuh pengawal Jasmin.

Jasmin juga tampak bingung, jika dirinya sampai tertangkap, bukan hanya kehilangan perusahaannya saja, mungkin dirinya juga berada dalam bahaya.

Jasmin belum mau mati, sebelum Jonathan mati terlebih dahulu, karena Jasmin ingin membalaskan kematian ayahnya.

Jasmin mulai berpikir keras dan teringat kejadian kemarin di mana Andika telah menolongnya. Melihat kemampuan Andika yang luar biasa Jasmin berpikir mungkin Andika bisa menolongnya.