NovelToon NovelToon
Tangisan Hati Istri

Tangisan Hati Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:23.1k
Nilai: 5
Nama Author: Cicih Sutiasih

Bayangan indahnya hidup setelah sah menjadi seorang istri, tidak dirasakan oleh Mutia Rahma Ayunda, ternyata ia hanya dijadikan alat untuk mencapai ambisi suaminya , Rangga Dipa .
Setelah menikah, Rangga yang berasal dari keluarga kaya,berusaha mewujudkan semua mimpinya untuk memiliki fasilitas mewah dengan mengandalkan istrinya. Rangga hanya menafkahi Mutia dengan seenaknya, sebagian besar uangnya ia pegang sendiri dan hanya ia gunakan untuk kepentingannya saja, Rangga tidak peduli dengan kebutuhan istrinya. Sampai mereka dikaruniai anakpun, sikap Rangga tidak berubah, apalagi ia masih belum bisa move on dari mantan pacarnya, Rangga jadi lebih mengutamakan mantan pacarnya dari pada istrinya.
Kehidupan Mutia sering kali diwarnai derai air mata. Mampukah Mutia bertahan, dan akankah Rangga berubah?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cicih Sutiasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terulang Lagi

"Akhirnya ketemu juga, sudah muter-muter, orang di sekitar sini kok pada tidak tahu sama Pak Rangga ya?",

"Aku tadi beberapa kali bertanya, padahal rumah ini tuh sudah sempat dilewati tadi", cerocos Minarti sampai ia tidak menyadari kalau tangannya kini sudah berada dalam genggaman tangan Rangga saat bersalaman tadi.

"Tidak apa, tapi senang kan?, sudah ketemu?, aku baru pindah hari ini, jadi pantas belum dikenal di sini, sekarang duduklah dulu !", persilahkan Rangga sambil menarik tangan Minarti menuju ruang tamu.

"Oh...maaf Pak...", Minarti menarik tangannya dari genggaman tangan Rangga, apalagi ia melihat Mutia yang sedang berdiri memperhatikan mereka.

"Oh...iya..., saya yang minta maaf, sampai lupa", senyum Rangga lagi.

"Wah..., ada tamu juga rupanya?", sambar Mutia begitu Rangga mengetahui kehadirannya.

"Sebentar..., ini kan pengendara motor yang kemarin itu ya?", tatap Mutia, ia masih mengenalinya.

"Iya..., dia itu Minarti", jelaskan Rangga.

"Sudah..., buatkan air minum sana, malah diajak ngobrol terus", Rangga berjalan melewati istrinya, diikuti oleh Minarti . Ia bahkan tidak menyalami Mutia yang merupakan tuan rumahnya.

Mereka langsung saja menuju ruang tamu dan asik mengobrol di sana.

"Tidak ada Sinta, datang lagi Minarti", gumam Mutia, ia berjalan menuju dapur. Belum juga selesai membuatkan minuman, Pak Dwi dan Bu Anggi menghampiri.

"Aduh maaf Mami tidak bisa lama-lama Mutia, Papi ada kerjaan mendadak, client sudah menunggu di kedai",

"Tinggallah sebentar lagi Pi..., Mi..., aku sudah selesai masak, kita makan dulu, lihat..., sudah siap semuanya", cegah Mutia, ia menunjuk ke atas meja makan.

"Iya Mi..., Pi..., Rani sudah lapar nih, kasihan Kak Mutia juga kan, masa sudah cape- cape masak, tidak dimakan", Rani tampak memelas.

"Baiklah..., kita makan dulu di sini saja Mi, Papi jadi ngiler melihat sambalnya", ucap Pak Dwi, sambil langsung duduk di kursi dekat Rani yang sudah duduk sejak tadi.

"Minuman buat siapa lagi?", tanyai Bu Anggi saat melihat Mutia mengangkat nampan berisi minuman dan kue basah.

"Ada tamu Mas Rangga Mi", beritahu Mutia.

"Sebentar ya Mi..., Pi...", ucap Mutia sebelum melangkah menuju ruang tamu.

Pak Dwi dan Bu Anggi saling pandang, "Tamu siapa lagi Pi...?",

Pak Dwi hanya mengangkat kedua bahunya karena ia pun tidak tahu siapa tamu yang datang hari ini.

"Mungkin teman kerjanya Rangga Bu", ucap Pak Dwi tampak cuek, ia langsung mengambil goreng tahu dan mencelupkannya ke dalam sambal sebelum melahapnya.

"Tapi kok sepi, berapa orang memangnya yang datang", Bu Anggi tampak menengok ke arah samping dengan sedikit memiringkan kepalanya ke arah pintu yang menuju ruang tamu.

"Sudahlah Bu, kita makan saja dulu, kan kita sedang buru-buru, nanti saja menemuinya sekalian kita pulang saja", usul Pak Dwi. Ia langsung saja mengisi piringnya dengan nasi dan lauk pauknya.

" Wah..., ini enak sekali Mi, sambalnya mantap", ucap Pak Dwi begitu mengunyah tahu goreng.

Melihat itu, Bu Anggi urung untuk menyusul Mutia, apalagi perutnya juga sudah minta diisi, akhirnya Bu Anggi menyusul Pak Dwi dan Rani uang telah lebih dulu makan.

Sementara Mutia bergegas menuju ruang tamu , di sana ia mendapati suaminya dan Minarti tampak sedang asik ngobrol.

"Ini minumannya, silahkan !", ucap Mutia sambil menaruh nampan di atas meja.

"Mau sekalian makan mungkin?", tawari Mutia lagi.

"Terima kasih, tidak usah, jadi merepotkan", ucap Minarti sambil tersenyum.

"Mas..., mau makan dulu?, Papi dan Mami sudah di sana", Mutia beralih menawari suaminya makan.

"Nanti saja menyusul, tidak lihat apa, lagi ada tamu", ucap Rangga terdengar kasar, hingga membuat hati Mutia kembali terasa sakit.

" Ya sudah, aku makan duluan Mas, menemani Mami dan Papi", Mutia membalikkan badan menuju meja makan dengan perasaan yang tidak karuan.

Ucapan Rangga yang biasa terdengar menyakitkan olehnya.

"Mana Rangga?", tatap Bu Anggi saat melihat Mutia kembali seorang diri.

"Ada, masih mengobrol dengan tamunya, katanya kita makan duluan saja", ucap Mutia lirih sambil duduk di samping kursinya Rani.

"Siapa sih...?, tamu penting apa?", ucap Pak Dwi tampak penasaran.

"Ya sudah, kamu makan bersama kami saja, jangan menunggu suamimu, perutmu juga pasti sudah lapar",

Mutia hanya diam, ia mulai mengisi piringnya dengan nasi dan lauknya, lalu berusaha untuk menyantapnya, ia tidak ingin kedua mertuanya kecewa.

"Ini enak sekali Mutia, Papi menyukai sambalnya, sederhana, tapi rasanya istimewa, boleh dicoba dihidangkan di kedai bebek goreng Papi", puji Pak Dwi.

"Iya benar Pi, Mami juga suka sambalnya, kita boleh coba itu, siapa tahu banyak yang suka, kan bisa jadi ladang bisnis sampingan kamu", imbuh Bu Anggi.

"Aduh..., Alhamdulillah, Pi..., Mi..., padahal itu resep asal-asalan lho, tadi membuatnya juga buru-buru", senyum Mutia.

"Tapi ini asli enak lho, siapa tahu berawal dari yang asal-asalan bisa menjadi yang istimewa, bukan begitu Pi?",

"Iya..., ini kalau ada sisanya, Papi bawa deh, kita coba hidangkan di kedai, kalau responnya baik, nanti Papi yang akan order langsung ke kamu, bagaimana?",

"Boleh Pi...", senyum Mutia.

Setelah selesai makan, Mutia membungkuskan sambal untuk dibawa pulang ke kedai.

"Terima kasih Mutia, Papi dan Mami titip Rangga, kalau anak Papi berbuat macam-macam, cepat bicara ke Papi",

"Iya Pi...", senyum Mutia, padahal ia tidak akan melakukan itu, ia selalu menutupi semua perilaku buruk Rangga kepadanya.

"Kalian baik-baik di sini ya, sekarang kita akan jarang bertemu, tapi kalau ada sesuatu yang urgent, jangan sungkan-sungkan beritahu kami", ucap Bu Anggi, ia sudah bersiap untuk pergi, begitu juga Rani dan Pak Dwi.

"Iya Mi..., do'akan saja kami baik-baik di sini, Mutia yakin , kami pasti bisa, seperti Papi dan Mami", senyum Mutia.

"Mami percaya sama kamu",Bu Anggi mengelus lembut rambut menantunya itu.

"Kak Mutia, kalau sudah ada kabar dari dede bayi, beritahu Rani ya", celetuk Rani.

"Ah...iya, do'akan saja ya, dede bayinya masih otw", kekeh Mutia.

Selalu saja, Rani yang bisa membuat Mutia tertawa.

Bu Anggi dan Pak Dwi pun ikut tersenyum bahagia.

"Rangga, kami pulang dulu", Pak Dwi menghampiri Rangga di ruang tamu. Pak Dwi menatap tajam ke arah Minarti, ia merasa baru melihatnya, begitu juga dengan Bu Anggi.

Setelah berpamitan, mereka pun pulang meninggalkan rumah barunya Rangga, walau dengan perasaan yang tidak enak, karena ternyata Rangga sudah kembali membawa teman wanita baru.

Mutia mengantar sampai ke pintu,ia menutup kembali pintu setelah mobil mertuanya menghilang di ujung jalan.

Betapa kagetnya Mutia saat ia tidak mendapati suami dan tamunya di tempat semula.

"Kemana mereka?", gumam Mutia.

"Mutia...Mutia...", terdengar suara Rangga memanggilnya.

"Iya...", Mutia segera menuju sumber suara, ternyata Rangga dan Minarni kini sudah berada di meja makan.

"Tolong buatkan sambal lagi, ini kok habis", perintah Rangga.

"Sebentar Mas, tadi sambalnya dibawa pulang Papi", Mutia dengan cepat membuatkan sambal kembali untuk Rangga dan Minarti.

"Sudah sana, cuci piring saja, ngapain ikut duduk di sini, mau menonton orang makan?", ucap Rangga saat melihat Mutia ikut duduk di samping Minarti.

"Iya baik Mas, maaf ya Minarti menunya seadanya", ucap Mutia sambil tersenyum sebelum beranjak menuju wastafel.

Lagi-lagi, hati Mutia terasa teriris, sambil mencuci piring ia bisa menyaksikan suaminya makan bersama wanita lain dirumahnya, mereka tampak akrab, walau ini merupakan pertemuan kedua mereka.

1
Uthie
Keep dulu 👍🤗
Atisirait Siraitati
bagus ya karena dari cerita tentang kehidupan.rumah tangga yg mungkin pernah lita alami
Atisirait Siraitati
kenapa sih nhk sekaligus bab nya banyak tanggunh amat sih bacanya
Cicih Sutiasih: maaf ya kak, aku nulisnya terburu-buru, karena harus berangkat kerja juga
total 1 replies
Woro Hestiningsih
cerita yg menarik
Cicih Sutiasih: Terima kasih sudah mampir, mohon dukungannya
total 1 replies
Aghitsna Agis
hamidum mutia
Aghitsna Agis
udah mutia lepaskan aja rangga jgn dikasuh hati kg tambah ngekunjak merasa punya istri manut terus jd seenaknya kan dekarang muti sudah punya kerjaan lanjut
Aghitsna Agis
rangga gunta ganti aja jgn nyeselmkalau jena pemyakit hiv, mutia cuekin aja rangga nga tos hidup nga nyusajin suami niar fia nyesel.lanjut up lg
Cicih Sutiasih: Terima kasih Kak, selalu mengikuti kisah Mutia, aku kerja dulu, up nya besok pagi ya
total 1 replies
Aghitsna Agis
mydah2an mutia ditempatkan dikatirnya oa hasbi jd biar aman kemutia dan hanif soalnya kalau jd art dikhawatirkan dania cemburu trs memfinah mutia yg nga nga jdnya brrabe lanjut up lg mka
Cicih Sutiasih: Terima kasih Ka, sabar ya, aku baru pulang kerja, istirahat dulu, nanti up nya agak sore
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah pergi aja.mutia biar ada rasa menyedar cinta tinggal vinta klau fiinjak injak debagai istri tidak dihargai.makanya jgn.mencintai lebih baik dicintai jd rangga merasa duatas angin
Cicih Sutiasih: Nanti ada saatnya Mutia menangis karena bahagia, Rangga perlahan akan berubah kok, akan ada kejadian-kejadian yang menimpa Rangga, yang membuatnya sadar atas perilakunya kepada Mutia, jadi ikuti saja terus kisahnya/Rose//Rose/
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah tinggalin aja muti
Aghitsna Agis
tuh rangga lihat sinta melihat kamu malah.mundur bukannya menolong malah ttp sinta yg menolongnya apa nga malu lanjut
Rina ariyanti
Luar biasa
Cicih Sutiasih: Terima kasih
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal. 3 like mendarat buatmu. semangat ya
Cicih Sutiasih: Terima kasih, mohon komenannya juga, mungkin ada alur atau nama tokoh yang keliru
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!