Suamiku Adalah Musuhku

Hari pernikahan akhirnya tiba. Summer akhirnya sudah memperbarui kontrak kembali dengan Axel, tidak ada kekhawatiran lagi yang menumpuk di dalam benaknya selain memikirkan bagaimana mencari restu dari kakaknya. Kedua orang tua Summer tampak bersemangat dan berseri-seri melihat putri mereka satu-satunya akan segera melepas masa lajangnya.

Mengenakan gaun pengantin yang sangat cantik dan juga mewah membuat Summer tampak bak putri raja. Banyak sanak saudaranya yang hadir dalam perhelatan tersebut yang memuji kecantikan Summer. para tamu undangan sudah mulai memenuhi ruangan, kebanyakan tamu orangtua Summer dan juga Axel. Rekan bisnis keluarga Axel pun tampak hadir satu persatu.

Saat Summer masih berada di ruang ganti, ia sangat mengharapkan kehadiran Emilia sebagai salah satu bridesmaidnya. Namun sepertinya itu hanya angan-angannya saja. Sampai saat ini ia masih belum juga mendengar kabar dari sahabatnya tersebut.

Sementara itu, Axel sedang bersama dengan Toni di ruangannya. Axel terlihat sangat gugup. Terlihat jelas dari raut wajahnya. Toni yang melihatnya, merasa bahwa sepertinya Axel sungguh-sungguh akan menikah. Toni berpikir bahwa Axel benar-benar jatuh cinta pada Summer.

“ Apakah kau sangat gugup? Bukankah ini semua hanya akting saja?" Ucap Toni dengan heran.

“ Ti-Tidak. Aku sama sekali tidak gugup. Aku hanya ingin acara ini cepat berakhir, itu saja. Mana ada aku gugup. Toh ini cuma formalitas aja.“ Jawab Axel menyangkal.

“ Ck, sangat jelas terlihat di wajahmu.“ Toni terlihat menggodanya lagi. 

Axel memandang ke cermin yang saat itu berada tepat di sebelahnya. Dia mulai mengatur raut wajahnya agar tidak terlihat jelas bahwa dia benar-benar sedang gugup. Tidak hanya itu saja, Axel bahkan mencoba mengontrol ekspresi wajahnya agar tidak terlihat senang ataupun sedih. Dia mulai menampilkan wajah arogannya serta mengeluarkan  kharisma dalam dirinya. Axel terlihat sangat tampan menawan dengan balutan tuxedo berwarna hitam gelap. Aura ketampanannya terlihat begitu jelas terpancar. terlihat bahwa dia adalah seorang keturunan dari keluarga yang kaya raya. 

Axel saat ini sama sekali belum melihat tampilan Summer yang menggunakan gaun pengantin. Kemudian terbesit dalam benaknya ingin melihat Summer di ruang ganti mempelai wanita. Axel mengatakan kepada Toni bahwa dia akan berkeliling melihat keadaan. Dia tidak ingin jujur kepada Toni karena dia tahu bahwa Toni pasti akan mengejeknya. Setibanya di depan ruang ganti Summer, Axel melihat sekeliling untuk memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang melihat dirinya memasuki ruangan Summer. 

Ketika dia membuka pintu dan melihat ke dalam, betapa terkejutnya Axel. Dia seperti melihat peri yang baru turun dari langit. Kecantikan yang terlihat alami terpancar dari wajah Summer, balutan gaun pengantin berwarna putih, membuat Summer tampak berkilau dan menawan.

“ Oh, Shit! Cantik banget!" Seru Axel tanpa sadar. Summer yang menyadari kedatangan Axel, hanya menatap Axel dari cermin yang ada di hadapannya saat itu. 

“ Heh, Ngapain kamu kesini? Bukankah kamu tidak boleh masuk kesini?" Summer berkata ketus sambil menatap sinis ke arah Axel.

“ Hah? Tidak ada apa-apa. Aku hanya kebetulan lewat dan memastikan kau tidak melarikan diri.“ Jawab Axel sedikit acuh lalu pergi begitu saja.

Summer heran melihat tingkah Axel yang tidak biasa. Padahal sudah tertulis dengan jelas di depan pintu bahwa ini adalah ruang ganti mempelai wanita.

" Bukankah dia seharusnya tahu ini ruanganku dan seharusnya dia tidak bisa masuk begitu saja. Ah, entahlah. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang ia pikirkan." Keluh Summer.

Acara akan segera di mulai, Summer mulai bersiap keluar dari ruang ganti dengan dibantu oleh beberapa panitia acara. Perasaan Summer semakin tidak karuan karena akan segera memasuki babak kehidupan yang baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Summer bersiap menaiki panggung yang megah dengan diiringi oleh ayahnya menuju tempat dimana Axel berdiri menunggu kedatangannya di ujung altar. Tangannya sedikit gemetar karena ia bisa melihat begitu banyak pasang mata melihat ke arahnya.

Summer mulai berjalan selangkah demi selangkah menuju altar dimana ia bisa melihat Axel sedang menatapnya. Dengan disaksikan begitu banyak orang Summer melangkah maju sambil memegang buket bunga di tangannya.

" Pernikahan ku saat ini mungkin saja yang selalu diidam-idamkan oleh banyak wanita yang ingin menikah kelak. Ini seperti mimpi bagiku." Ucap Summer dalam hatinya.

Sampailah ia di depan Axel, ayahnya yang memegang tangannya sebelumnya, melepaskan dan memberikannya kepada Axel. Summer hanya terdiam menyaksikan proses yang berlangsung. Bahkan tak ada senyuman sedikit pun dalam wajahnya. Dalam benaknya saat itu, ia masih memikirkan tentang Hakim.

Sepanjang ia melihat ke arah meja tamu, ia sama sekali tidak melihat keberadaan kakaknya. Summer merasa sedih namun Hakim cukup keras kepala dan tetap memilih untuk tidak datang karena memang dia tidak menginginkan pernikahan ini terjadi.

" Mungkin saja saat ini ia sudah kembali lagi ke luar negeri tanpa sepengetahuanku." Pikir Summer.

Acara berlangsung begitu khidmat. Pembacaan ikrar janji pernikahan oleh pemuka agama terdengar ke seluruh penjuru ruangan yang sangat megah itu. Tanpa sadar kedua mata Summer mulai berkaca-kaca, bukan karena terharu, hanya saja ini terasa seperti mimpi dan terjadi begitu saja.

Akhirnya setelah segala prosesi acara selesai dilakukan, resmilah kami sebagai sepasang suami istri. Dan biasanya di akhir prosesnya, kedua mempelai akan saling berciuman. Mereka berdua mulai saling menatap satu sama lain. Baik Summer ataupun Summer sama-sama terlihat gugup, meskipun ini bukan pertama kali bagi Axel mencium seorang gadis, tetap saja ia merasa gugup.

" Apakah ciuman pertamaku harus ku lepas dengan dia?“ Kata Summer dalam hati sambil memandang ke arah Axel.

Tiba-tiba saja Axel menghampirinya lalu menarik pinggang Summer hingga merapat ke tubuhnya. lalu dia mencium Summer tepat di bibirnya. Summer pun terkejut dan hanya bisa terdiam sambil membelalakkan kedua matanya.

Summer tidak percaya bahwa Axel kembali melakukan hal semena-mena lagi tanpa persetujuan sebelumnya. Summer merasakan bibir Axel yang begitu tipis serta lembab beradu dengan bibirnya yang tampak tebal karena dilapisi liptint yang begitu pekat. Ia merasakan betapa lembutnya sentuhan itu sampai membuat dirinya terlena dibuatnya.

Sorak sorai serta tepuk tangan dari bawah panggung menggema di seluruh ruangan. Mereka yang menghadiri acara tersebut serasa menyaksikan adegan romantis seperti di film romansa.

“ Apa ini? Mengapa begitu lembut? Apakah dia rajin merawat bibirnya? Apakah ini rasanya berciuman?" Kata Summer dalam hatinya.

Tak lama kemudian, Axel melepaskan lengannya yang sedari tadi memeluknya, begitu pula bibir lembutnya. Summer pun menjadi salah tingkah di buatnya. Aku melihat Axel yang masih tetap tenang sambil tersenyum ke arah semua orang yang memperhatikan mereka.

" Tak di sangka Axel memainkan perannya dengan sangat baik." Pikir Summer menatap Axel yang berada persis di sampingnya.