COVER FROM PINTEREST
Cerita pernah dipublishkan di Wattpad dan republish serta kontrak dengan MangaTonn setelah melakukan beberapa revisi
Namanya Lolita, otaknya LOLA! Dia terlalu lamban dan tidak pantas jadi istriku. Seandainya bukan karena pernikahan bisnis. Aku tidak sudi menikahinya! Aku bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana hidupku ke depannya harus tinggal satu atap dengan wanita ini! Dia hanya merepotkan hidupku saja dan sangat memalukan saat bersamanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AzieraHill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31: Promise!
Axel POV
Aku terbangun saat merasakan tubuhku dipeluknya semakin erat. Lolita tertidur di sampingku yang juga memeluknya erat. Wajahnya terlihat sedih dan aku tak mampu mengatakannya kalau besok aku harus ke luar kota. Ternyata benar, jika kita mencintai seseorang, maka disitulah kelemahan terbesar yang kita miliki.
Entah perasaan seperti apa yang sedang menghantuiku saat ini. Rasanya berat meninggalkannya meskipun hanya 4 hari. Tidak melihatnya dan memeluknya sehari saja sudah membuatku sangat merindu. Mungkin teknologi dapat membuatku melihatnya, tapi teknologi tak akan mampu membuatku memeluknya.
4 hari adalah waktu yang cukup lama untuk awal pernikahan kami karena awal pertama kemarin kami keluar kota bersama dan kali ini aku tidak akan mungkin membawanya. Kecuali jika aku siap melepas kerja samaku dengan Irene, tapi itu mustahil karena saat ini aku pun baru bangkit lagi dari kebangkrutan yang Papa buat hingga kini bisa bertemu dengan istriku.
“Axel,” aku dengar igauannya. Aku pun mengusap keningnya pelan.
“Suttt suttt,” mencoba menenangkannya dan Lolita mulai kembali menyelami mimpinya. Aku pun menarik selimut sebatas dadanya dan berjalan ke arah kamar mandi. Tidak nyaman jika tidak membersihkan tubuh sepulang kerja meski ini sudah tengah malam.
……………………………………………………………………………
Lolita nampak melamun di meja makan. Suasana pagi ini pun semakin sepi dari sebelumnya dan tentu saja Reyes akan sulit bergabung untuk sarapan.
“Ada apa?” tanyaku menyentuh tangannya lembut.
Lolita menoleh ke arahku seraya menggelengkan kepalanya. “Hanya tidak enak badan.”
“Ingin ke rumah sakit?” tanyaku dan wanita itu kembali menggelengkan kepalanya serta kembali menyantap makanannya.
Aku pun melirik ke arah Bi Tikah. Dia mengangkat bahunya ke arahku seolah memberi jawaban kalau dia pun tidak tahu apa yang terjadi.
Apa ini soal semalam? Lolita bertanya sesuatu sebelum aku tertidur di dalam pelukannya. Apa dia sudah tahu kalau siang nanti aku akan ke luar kota, tapi dipikir-pikir bodoh sekali jika aku tak mengatakan apapun padanya. Sementara hampir 4 hari aku akan stay di sana dan meninggalkannya di sini.
“Aku akan keluar kota siang ini,” kataku.
Lolita nampak menghentikan sarapannya. Dia tersenyum kepadaku dan menarik tanganku. “Jaga dirimu.” Katanya cukup singkat lalu menepuk tanganku lembut dan berdiri dari bangkunya.
“Loli sudah kenyang, Bi. Reyes di mana?”
“Den Reyes ada di taman belakang, Non.”
Lolita nampak menganggukan kepalanya dan berjalan keluar dari ruang makan tanpa menoleh ke arahku sedikit pun.
Marahnya, senyumnya, diamnya malah membuatku tidak mengerti apa yang sedang dia rasakan. Aku kira, memberitahunya di hari H adalah langkah yang tepat agar dia tidak memohon ikut denganku, tapi ternyata perkiraanku salah. Lolita sudah mulai berubah menjadi wanita pada umumnya. Ada kalanya dia marah dalam diamnya.
Aku pun segera beranjak dari dudukku dan mengejarnya. “Lolita!” Aku menarik tangannya.
“Biar aku antar,” kataku dan Lolita menatap mataku sejenak sebelum akhirnya dia menganggukkan kepalanya.
“Aku ambil tas dan makanan yang sudah aku siapkan untuk Mas Aldi dulu,” katanya.
“Aku akan tunggu di depan,” ucapku, tapi tanganku Bi Tikah tahan. Aku menoleh ke arahnya yang tengah memperhatikan kepergian Lolita dari meja makan.
“Padahal kemarin Non Loli kelihatan girang banget, Den. Non Loli bahkan minta bibi untuk bantu beresin bajunya ke koper.”
“Koper?” tanyaku mengernyitkan alis dan Bi Tikah menganggukan kepalanya.
“Katanya aden mau kasih surprise ke Non Loli untuk ajak Non Loli jalan-jalan lagi kaya kemarin di Bali.”
Aku terhenyak mendengarnya. Loli, maafkan aku saying, tapi kali ini aku tidak bisa mengajakmu untuk pergi.
“Tapi bibi bingung kenapa Non Loli cemberut gitu ya,” ucap Bi Tikah seraya menggaruk kepalanya.
Aku jadi merasa sangat bermasalah. Apalagi mendengar Loli yang sudah menyiapkan baju untuk ikut pergi. Dia pasti sangat kecewa karena tidak aku ajak pergi.
“Axel,” Lolita tiba-tiba sudah muncul kembali. “Tadi Loli ke depan,” katanya dengan nada yang semakin terlihat tidak bersemangat.
Aku langsung mendekat ke arahnya. Memeluknya dari samping dan mencium keningnya. “Ayo kita berangkat,” ucapku dan Lolita mengangguk.
“Bi Loli berangkat,” ucapnya.
…………………………………………………………………………
Lolita tidak bicara apapun sejak tadi. Dia lebih banyak diam dan aku tahu kalau ini kesalahanku.
“Maaf,” ucapku masih fokus dengam kemudi.
Lolita menolehkan kepalanya dan perlahan dia mendekat ke arahku. Memeluk lengan kiriku yang masih mengemudi lalu menjatuhhkan kepalanya ke atas lenganku.
“Loli tidak tahu harus ngomong apa,” ucapnya membuatku ikut menyerapi kata-katanya.
“Berapa hari Axel akan keluar kota?” tanyanya masih dengan posisinya.
“4 hari, jaga dirimu baik-baik. Kau tahu aku selalu khawatir padamu.”
“Axel juga. Janji jangan pernah meninggalkan Loli.”
Aku mencium puncak kepalanya. “Aku pergi untuk bisnis, bukan untuk meninggalkanmu.”
“Axel pergi sendiri, itu artinya Axel ninggalin Loli.”
“Tapi aku akan kembali.” Jawabku lagi, tapi kali ini Loli tak menjawabnya. Dia hanya diam lalu kurasakan tubuhnya yang menjauh dari lenganku. Dia menatap keluar jendela mobil.
“Kenapa Loli tidak boleh ikut?” tanyanya dan inilah yang sebenarnya paling akun hindari. Aku tidak tahu harus menjelaskannya apa. Aku takut dia salah paham karena itu aku berusaha mengatakan padanya di hari H bukan dua hari atau satu hari sebelum keberangkatanku.
“Kau harus terbiasa menjadi istri yang ditinggal oleh suaminya ke luar kota. Aku bekerja untukmu, untuk keluarga kita. Aku tidak bisa selalu membawamu.”
“Axel keluar kota dengan siapa?”
“Dengan sekretarisku dan Damar.”
Loli terdiam lagi dan setelah itu tak ada lagi pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari bibirnya. Aku tahu dia sedih karena aku tinggal, tapi aku harus.
“Loli ingin ikut Axel,” ucapnya terakhir kali.
………………………………………………
MAAFKAN AKU YANG TELAT UPDATE :( KARENA LAGI SUPER SIBUK BANGET. TAPI AKU UPDATE 2 CHAPTER NIH. JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENNYA YA ^^
udh bbrpa kali ku baca msih ttp seru
btw ada yg tau judul novel
kalo gak salah namanya Amera
dia juga lola, menceritakan tentang anak perempuan suka sama most wanted di sekolah nya tapi otaknya agak lemot juga
kalo gak salah ibu nya jualan gorengan.
gitu deh
kalo ada yg tau tolong info in yah
benar yg di katakan oleh ibu nya axel seorang ibu yg baik akan selalu menyayangi dan mencintai anak nya seperti apa pun anak. .. bahkan meski bandel, ,, nakal, ,, dan sulit di atur pun karena rasa sayang ibu ke anak nya lebih dari apa pun. ..