Naina Hilda, gadis yang selalu menghitung mundur hari pernikahannya harus menerima kenyataan ketika kekasihnya memutuskan hubungan sepihak.
Sang kekasih menemukan tambatan hati yang lain yang menurutnya lebih sesuai dengan standarnya sebagai seorang istri yang pantas digandeng tangannya ketika kondangan.
"Maaf, Na. Perasaanku ke kamu, hambar."
Dua pekan sebelum ijab kabulnya terucap dengan sang pria.
Tenda dan katering sudah di pesan bahkan dibayarkan, untung saja undangan belum sempat disebar. Namun, bukan itu yang membuat tingkat stres Naina meningkat hingga ia lampiaskan pada makanan.
Naina baru tahu ternyata mantan tunangannya memiliki kekasih dengan spek idaman para pria. Tinggi, putih, langsing, glowing, shining, shimmering, splendid.
Apa kabar dengan Naina yang kusam, jerawatan dan gendut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisyah az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Kamu Sedih?
Mendengar itu, Naina malah tertawa sampai perutnya sakit. Dia menggelengkan kepalanya, lalu mengusap air mata yang keluar dari kedua sudut matanya.
Sedangkan Reno menatap Naina dengan heran, pasalnya dia tidak merasa jika ucapannya ada yang lucu.
Sementara itu, bagi Naina ucapan Reno sangatlah lucu. Bagaimana mungkin bisa Arga menyimpan perasaan kepadanya? Sementara selama ini mereka bekerja hanya sebagai atasan dan bawahan. Lagi pula, mana mau Arga bersama dengan Naina yang jelek dan juga gendut?
"Kenapa? Apa ucapanku ada yang salah?" tanya Reno.
"Enggak salah sih, Mas. Cuma lucu aja! Mana mungkin pak Arga mencintai aku, atau suka sama aku? Kami itu atasan dan bawahan Mas, jadi nggak mungkin lah kalau dia mempunyai perasaan, apalagi dengan fisikku seperti ini? Jelek, gendut, banyak jerawat pula. Sedangkan dia tampan, tajir, berkarisma sangat sempurna. Kamu ini ada-ada aja deh?" kekeh Naina sambil menggelengkan kepalanya.
"Perasaan itu tidak ada yang tahu akan berlabuh ke mana, Naina. Tidak perduli mau dia jelek, mau dia cantik ataupun sempurna. Tetapi jika hati yang sudah memilih, kita sebagai manusia bisa apa? Karena Tuhanlah yang menyetir hati kita, dia yang memegang kuncinya," jelas Reno.
Mendengar itu Naina terdiam, seketika tawanya luntur, karena apa yang dikatakan oleh Reno itu ada benarnya. Namun tiba-tiba kepala Naina menggeleng, menolak ucapan Reno.
"Tidak Mas! Itu tidak mungkin. Iya memang hati itu kuncinya dipegang sama Allah, tapi rasanya kalau pak Arga yang suka sama aku, dia mempunyai perasaan sama aku, Itu rasanya mustahil? Sudahlah, mungkin itu hanya perasaan kamu aja Mas, karena selama ini aku merasa pak Arga tidak melakukan apapun yang berhubungan dengan perasaan, selama kami kenal," jelas Naina.
Reno pun hanya mengalah, akan tetapi dia sangat yakin, jika feelingnya sebagai seorang pria itu tidak salah. Kalau Arga memiliki perasaan kepada Naina, hingga mobil pun sudah sampai di depan rumah Naina.
"Assalamualaikum," ucap Naina sambil mengetuk pintu.
"Waalaikumsalam, Naina!" seru Bu Linda dengan senang. Dia langsung memeluk tubuh putrinya.
Satu bulan lebih tidak bertemu dengan Naina, membuat Bu Linda merasakan rindu yang sangat berat. Walaupun selama ini mereka melakukan video call, tapi jika tidak bertemu secara langsung Rmrasanya ada yang kurang.
"Alhamdulillah, Ibu fikir kamu tidak jadi pulang, Nak? Ayo masuk! Tapi tunggu! Ini siapa?" tanya Bu Linda sambil menatap ke arah Reno.
"Ini Mas Reno, Bu. Dia anak pemilik dari kosan Kak Karina sama Kak Dewa. Kebetulan Mas Reno juga ada pekerjaan di Jakarta, jadi sekalian kami bareng," jawab Naina sambil memperkenalkan Reno kepada ibunya.
"Saya Reno Bu, temannya Naina," ucap Reno sambil mencium tangan Bu Linda.
"Ayo Nak Reno, masuk dulu! Nanti Ibu buatkan teh hangat," ujar Bu Linda. Namun Reno segera menggeleng.
"Tidak, terima kasih Bu. Ini sudah malam, tidak enak jika bertamu di malam hari. Mungkin besok saya akan ke sini lagi saat nanti menjemput Naina pulang, kalau begitu saya pamit dulu. Naina, saya duluan ya, ingat kita ke Jogja sama-sama. Saya nyelesain pekerjaan dulu," Jelas Reno dan Naina langsung menganggukan kepalanya.
Setelah Reno pergi, Naina dan juga Bu Linda pun masuk ke dalam rumah dan di sana Mayra sudah berganti pakaian.
"Si Babang ganteng ke mana? Nggak ikut masuk?" tanya Mayra saat keluar dari kamar mandi.
"Enggak! Dia ada kerjaan katanya," jawab Naina.
Sejak tadi tatapan Bu Linda terus saja mengarah pada putrinya. Dia benar-benar pangling, seperti tidak menyangka jika yang ada di hadapannya saat ini adalah Naina.
"Ya ampun sayang, ibu sampai kagum loh melihat kamu sekarang, sangat cantik. Ternyata usaha kamu selama ini tidak sia-sia ya, Nak," jelas Bu Linda sambil mengusap bahu Naina yang terbuka.
"Iya Bu, Alhamdulillah," jawab Naina sambil menyandarkan kepalanya di pundak sang ibu.
"Apa kamu sedih melihat pernikahan mereka?" tanya Bu Linda setelah beberapa saat mereka terdiam.
"Sedih? Kenapa Naina harus sedih Bu? Justru Naina sangat senang. Walaupun memang masih ada perasaan untuk Kak Ivan, tapi Naina bertekad untuk melupakannya." jawab Naina.
"Kenapa kamu senang?"
"Jelas aja senang dong Bu,karena kan Naina belum disentuh sama sekali sama Ivan? Beda dengan wanita itu, yang sudah dijamah lebih dulu!" Timpal Mayra sambil membawa teh hangat dan memberikannya kepada Naina.
"Ibu bangga sekali sama kamu, karena kamu mampu untuk menjaga martabat sebagai seorang wanita. Ya sudah, sebaiknya sekarang kamu istirahat ya! Ganti baju, ini sudah malam," jelas Bu Linda.
Naina mengangguk, setelah itu dia mengganti pakaiannya dengan setelan tidur, lalu masuk ke dalam kamar bersama dengan Mayra, karena saat ini Mayra menempati kamarnya.
BERSAMBUNG..M