Ratu Esme Coventina Vasilica dieksekusi oleh suaminya sendiri, Raja Stefan Vasilica karena dituduh membunuh anak raja.
Anak raja yang berasal dari selir Jenna itu akan jadi putra mahkota dan akan duduk di tahta selanjutnya. Keputusan itu diambil karena Ratu Esme dinyatakan oleh tabib tidak akan bisa mengandung selamanya alias mandul.
Karena dianggap membunuh keturunan raja, Esme yang merupakan seorang ratu tetap tidak lepas dari hukuman.
Namun ketika ekseskusi akan dimulai, sebuah senyum licik dari Jenna membuat Esme merasa bahwa semua ini tidak lah benar. Dia sendiri tidak pernah merasa membunuh anak dari suaminya itu.
" Jika aku diberi kesempatan untuk hidup kembali, maka akan ku balas semua rasa sakit dan penghinaan ini."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 32
"Paul, jangan mati, jangan mati Paul."
Srek
Tap tap tap
Loyd langsung beranjak dari duduknya dan menghampiri Esme ketika wanita itu mengeluarkan suara. Loyd pikir Esme sudah bangun. Ternyata dia berbicara dalam kondisi tidur atau mungkin masih tidak sadar.
Loyd mengusap wajahnya kasar. Sebenarnya ada dengan wanita ini dan mengapa tiba-tiba menjadi begini.
Masih segar dalam ingatan Loyd bahwa Esme datang degan penuh keceriaan. Wajahnya menampilkan rasa semangat yang meluap-luap akan apa yang nanti mereka akan bicarakan.
Fyuuuh
Hembusan nafas kasar keluar dari bibir pria itu. Entah mengapa Loyd merasa sakit di dadanya saat melihat Esme seperti ini.
"Tidak, saya tidak melakukannya."
Lagi, Esme berucap dengan mata yang masih menutup. Loyd menjadi sangat penasaran apa yang Esme impikan saat ini.
"Sekali lagi saya katakan, bahwa saya tidak melakukannya. Meskipun saya akan mati besok, saya tetap tidak akan mengakui hal yang tidak saya lakukan."
Loyd semakin tidak tahan saja. Mendengar Esme berkata seperti itu, pria itu seolah ingin masuk ke alam bawah sadar Esme untuk mengetahui sebenarnya apa yang terjadi.
"Es, bangunlah. Apa yang terjadi padamu. Apa yang kau takutkan hmmm. Bangunlah Es."
Loyd meraih tangan Esme dan menggenggamnya dengan erat. Dia ingin menyampaikan bahwa semua akan baik-baik saja. Bahwa jika Esme membuka mata, tidak akan ada hal buruk yang mengenainya.
"Bangunlah, tidak ada yang menakutkan jika kau membuka mata. Semua lelah mu itu, semua rasa sakit mu tidak akan terjadi meskipun kau bangun. Es, paul masih hidup. Dia tidak mati dan tidak akan mati dalam waktu dekat ini. Maksudku, aku menjamin keselamatannya dan juga dirimu. Esme, bangun ya. Aku ... Aku berjanji akan melindungi mu. Kau tahu kan aku ini Kaisar, aku pemilik kekaisaran ini, jadi kau tidak perlu takut dan ragu, bangun ya, banyak orang menunggumu."
Loyd sungguh-sungguh dalam mengatakan hal tersebut. Sudah dua hari Esme seperti itu. Namun belum juga ada perubahan besar. Hanya saja memang demamnya sudah turun, dan bisa dikatakan bahwa Esme tak lagi deman.
Darah yang keluar dari leher pun juga sudah tidak keluar lagi. Dari kemarin penyihir berusaha keras untuk mencoba menghentikan darah itu. Salah satunya yakni dengan meminumkan air suci yang mereka ambil dari Kuil Agung.
Sebenarnya penyihir dan pendeta adalah dua elemen yang sangat kontras. Tapi Loyd tentu tak mau tahu soal itu. Jika benar air suci bisa membantu Esme, maka dia tidak peduli bagaiman pera penyihir itu harus bisa mendapatkannya.
Loyd melihat ke wajah Esme, mantan Ratu Vasilica itu nampak jauh lebih tenang dari sebelumnya, eskpresi wajahnya juga tidak terlihat kesakitan. Loyd pun mencoba melepas genggaman tangannya. Namun apa yang terjadi, Esme menggenggam dengan erat. Alhasil Loyd pun tidak jadi beranjak dari sana.
Hal selanjutnya yang dilakukan Loyd adalah naik ke atas ranjang dan ikut merebahkan tubuhnya di sana.
"Apa kau ingin aku menemanimu hmmm? Baiklah, dengan senang hati. Dengan semang hati aku akan menemanimu. Tapi, akan ada bayaran untuk ini ya. Tenang saja, bayarannya tidak akan menyusahkan mu."
Loyd menghela nafasnya panjang. Dia mencoba untuk menutup matanya dan tampa ia sadari dirinya pun tertidur dengan pulas.
Sang kaisar biasanya kesulitan untuk tidur. Banyak hal yang dia pikirkan kadang membuatnya mengalami gangguan tidur. Tapi sekarang semua itu seolah terbantahkan. Nyatanya Loyd tidur dengan cepat dan bahkan tanpa memikirkan apapun.
Tap tap tap
Cekleek
Langkah perlahan masuk ke kamar Esme. Paul yang sedari kemarin berkutat dengan semua daftar orang guna mencari siapa yang melukai Esme, akhirnya bisa bergerak juga.
Bukan karena saking banyaknya nama orang-orang itu melainkan karena ia harus menuliskan dengan lebih rinci.
"Es, astaga! Hmppp."
Paul terkejut ketika melihat apa yang ada di depan matanya, namun dengan cepat dia menutup mulutnya sendiri. Jangan sampai dia membuat masalah dengan berteriak tiba-tiba apalagi sang kaisar nampaknya tidur dengan lelapnya.
"Baginda, mengapa bisa tidur di sini?" tanya Paul lirih. Dia kemudian secara perlahan menyentuh kening Esme untuk memeriksa kondisi sahabatnya itu. Nafas lega dikeluarkan dari mulut pria tersebut karena Esme sudah jauh lebih baik,
Ia berjongkok di sisi ranjang dan menatap lurus ke arah orang yang sudah lama ia kenal.
"Es, apa yang terjadi padamu. Kenapa kau begini? Aku bingung, aku bingung bagaimana harus menyampaikan ini kepada kedua orang tuamu. Kamu yang datang kemari dnegan semangat, kenapa tiba-tiba sakit dengan sebab tidak jelas begini. Siapa yang tega melakukan ini padamu. Haaah, jika aku tahu aku akan membunuhnya sendiri dengan tanganku."
Paul sungguh tulus berteman dengan Esme. Bahkan dia sudah menganggap bahwa Esme merupakan adik perempuannya sendiri. Air mata pria itu luruh. Hatinya sangat sakit, dan dia begitu sedih karena tidka bisa melakukan apa-apa.
"Aku ajudan yang bodoh bukan? Dan aku juga kakak yang tidak berguna. Aku salalu bilang kau bagaikan adikku, tapi aku sama sekali tak mampu membantumu saat seperti ini. Es, bangunlah. Bangun ya, aku merindukan cara kerjamu. Aku merindukan semangatmu. Bangunlah adikku."
Paul tak mampu menahan air matanya. Dia pun memilih beranjak dari sana lalu pergi meninggalkan kamar. Dia tak ingin mengganggu tidur sang kaisar karena tangisnya itu.
Hanya saja perhitungan Paul keliru. Loyd mendengar semuanya dengan sangat jelas. Kewaspadaan yang dimiliki Loyd begitu tinggi jadi saat Paul membuka pintu dan berjalan mendekat ke tempat tidur, ia sudah mendengar semuanya.
"Es, ada orang yang begitu menyayangimu. Bangunlah, dia sangat mengkhawatirkan mu. Sayangnya tulus padamu. Meskipun tidak ada ikatan darah, tapi dia bahkan lebih baik dari yang sedarah. Dan kau dengar kan bahwa Paul masih hidup. Dia tidak mati dan tak akan kubiarkan dia mati jika memang kau begitu peduli padanya. Bangunlah Esme."
TBC
Teman-teman, mohon maaf ya karena baru bisa up satu-satu. Bukannya tidak mau mengabulkan permintaan teman-teman untuk Up double, hanya saja memang terbatasnya kemampuan karena mengerjakan yang lain.
Nanti coba Othor usahakan ya. Terimakasih yang sudah setia menunggu dan membaca.
sekarang daku malah tidak sabar nungguin kebenaran tentang dirinya yang mandul, dan si jenong hamil mungut kecebong seorang budak /Sly//Smirk/