NovelToon NovelToon
LUCIANA ALEXANDER

LUCIANA ALEXANDER

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Vampir
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: prel

"... selama aku masih berada didunia ini aku akan terus berusaha menjaga Luciana."

Perkataannya mengejutkanku. Selama dia masih berada didunia ini? Dia adalah seorang vampire yang hidup abadi, apakah itu berarti dia akan menjagaku selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35: Luciana

Berjalan mondar-mandir di dalam kamar, aku merasa khawatir dengan keadaan Stefan. Sudah dua hari semenjak aku mengobati luka pada bahunya. Aku tidak tau dia sudah pulih atau belum karena dia belum keluar kamar sama sekali.

Menggeram frustasi aku menghempaskan tubuhku ke atas tempat tidur. Haruskah aku pergi ke kamarnya? batinku. Sepertinya iya, aku harus melihat kondisinya.

Setelah mengganti gaun tidurku dengan gaun baru di lemari, aku menuju kamarnya yang berada tak jauh dari kamarku.

Berdiri di depan pintu kamarnya, aku berusaha menenangkan diri. Perbincangan kami terakhir kali membuatku sedikit gugup untuk bertemu dengannya.

Bersamaan saat aku ingin mengetuk pintu, Stefan lebih dulu membukanya. Membuatku sedikit terkejut, begitupun dirinya.

Stefan terlihat lebih segar, dan aroma ini, sepertinya dia baru saja mandi. Dia tak terlalu pucat seperti terakhir kali aku melihatnya. Sepertinya dia sudah pulih.

Aku hanya terdiam melihatnya, dan dia mengangkat alisnya menungguku berbicara.

"Kamu sudah pulih?", Tanyaku pada akhirnya, setelah beberapa saat hanya diam terpaku melihatnya.

"Ya", jawabnya

Kuamati dirinya, dia sudah bersiap dengan jubah dan sebilah pedang tersampir pada pinggangnya. Dia akan pergi.

"Kamu akan ke perbatasan lagi?"

Dia hanya mengangguk sebagai jawaban. Aku sedikit merenung, dia akan pergi, itu artinya aku akan sendiri lagi dirumah sebesar ini-sebenarnya tidak sendirian tapi tanpa Stefan aku pasti merasa kesepian.

Menghela nafas sesaat, aku ikut mengangguk lalu berjalan mundur sedikit menjauh dari pintu kamarnya agar Stefan bisa segera berangkat.

Dia mulai berjalan di lorong menuju pintu depan. Aku berbalik dan berjalan sedikit lunglai ke arah kamar.

Aku pasti akan sangat bosan setelah ini,

"Kamu mau ikut?"

Suaranya menggema disepanjang lorong, membuatku berhenti melangkah lalu dengan segera berbalik menghadapnya lagi.

Aku melesat cepat ke arahnya, "Bolehkah?",Aku balik bertanya dengan senyum diwajahku, mendongak melihat langsung dikedua matanya, sesaat aku tersadar bahwa Stefan begitu tinggi.

Dia mengangguk pelan sebagai jawaban, dan itu membuatku tersenyum lebih lebar lagi.

"Tunggu disini aku akan berganti dengan sangat cepat"

Stefan segera menggenggam tanganku saat aku hendak berbalik menuju kamar, "Ambil saja jubahmu, kau tidak perlu berganti" ucapnya.

Aku melihat diriku sendiri, gaun berwarna biru tua yang kupakai ini sepanjang mata kaki. Aku pasti kesulitan bergerak nanti saat diperbatasan.

"Kau tidak akan melakukan apapun disana, kau tidak perlu berganti", lanjutnya

Aku menuruti perkataannya, lalu kami segera berjalan menuju halaman belakang.

Hanya ada Ash di istal, itu berarti kami akan menungganginya bersama.

Stefan mulai memasang pelana pada tubuh Ash, sedangkan aku diam memperhatikan setiap gerakan yang dia lakukan.

Stefan menoleh memandangku, "Naiklah, aku akan duduk di belakang mu"

Aku mengangguk, dia membantuku naik lalu segera ikut duduk di belakangku. Kedua tangannya yang memegang tali kekang melingkari tubuhku, tubuhnya yang dingin menabrak punggungku.

Aku memejamkan mata sesaat, menghela nafas pelan aku terus berusaha agar tetap terlihat tenang. Berdekatan dengannya selalu saja membuatku sangat gugup.

Stefan menyentakkan kekang Ash sekali lalu Ash segera berlari menembus hutan. Angin menerbangkan helaian rambutku yang sengaja tak kuikat.

Tak ada perbincangan diantara kami, hanya larut dalam pikiran masing-masing. Hari ini cuaca tidak terlalu panas, kami tidak perlu memasang tudung jubah kami untuk menghalau sinar matahari.

"Kau duduk di depanku tapi aku masih bisa melihat jalan di depan dengan jelas", dia berujar sedikit tertawa disamping telingaku.

Aku mengerucutkan bibir lalu menoleh, sedikit mendongak untuk melihatnya-tindakan yang aku hindari sejak tadi. Tubuhku memang sangat kecil jika dibandingkan dengan tubuhnya.

Aku terus melihatnya sampai dia sedikit menundukkan kepalanya untuk melihatku. Wajahnya berada sangat dekat dengan wajahku. Dan tanpa diduga dia tersenyum, senyum yang sangat manis.

Aku segera memalingkan wajahku darinya, pipiku memanas hanya karena melihat dia tersenyum. Bahkan jantungku sudah mulai berirama sejak tadi.

Astaga, apa aku begitu menyukainya?

"Aku hanya bercanda", bisiknya didekat telingaku yang membuatku tersenyum tanpa melihatnya.

Gedung perbatasan mulai terlihat dari kejauhan. Sangat ramai. Terlihat banyak prajurit vampire yang sedang melakukan aktivitas masing-masing.

Ash memelankan langkanya lalu berhenti. Stefan melompat turun, disusul diriku yang turun dibantu olehnya, ia memegang pinggang ku dan aku berpegangan pada pundaknya. Wajah kami bertemu, saling menatap untuk sesaat. Hanya sesaat seolah waktu berhenti membiarkan aku tenggelam pada kedua manik mata birunya.

"Selamat datang, Lord Alexander dan Lady Alexander", Seorang prajurit vampire mendatangi kami, membungkuk hormat lalu mengambil alih Ash.

Sapaan prajurit itu membuatku sedikit tersipu. Dia menyebut nama kami seperti kami adalah sepasang suami-istri.

Stefan mengangguk sesaat lalu mulai melangkah menuju bagian depan gedung, aku mengikutinya.

Aku merasakan belasan pasang mata melihat kami berjalan beriringan. Ada yang penasaran, ada juga yang tersenyum lebar melihat kami.

Dari kejauhan, aku melihat William sedang berbincang dengan seorang pria berambut hitam yang sedikit panjang.

Dan pria itu menoleh, dia adalah Hugo.

"Apa yang akan dilakukan seorang Lady dengan gaunnya di tempat seperti ini?", Suara William terdengar saat kami menghampiri mereka.

"Aku hanya melihat-lihat", jawabku

Stefan menanggalkan jubahnya, akupun melakukan hal yang sama, seorang prajurit membawa jubah kami dan segera berderap pergi.

Aku memandangi ketiga pria di hadapanku yang sedang berbincang, dan aku tak mengerti apa yang mereka perbincangkan. Mereka semua memakai setelan yang serupa, kemeja lengan panjang dan rompi. Mereka terlihat sangat menawan.

Tubuhku terlihat semakin kecil saat berada diantara mereka. Hugo yang tertinggi diantara yang lain, meskipun Stefan dan William cukup tinggi untuk ukuran seorang pria.

Aku berjalan menjauh, melihat sekeliling.

Tempat ini masih sama seperti saat aku kemari terakhir kali. Ada sekitar 6 prajurit berjaga di gerbang perbatasan yang tertutup rapat, padahal aku ingin berjalan diatas jembatan besar yang menjadi penghubung wilayah vampire dan manusia.

Aku mengurungkan niatku berjalan kesana, mereka pasti tidak mengizinkan aku terlalu dekat dengan gerbang.

"Selamat pagi Lady Luciana",

Seseorang menyapaku, Pria berambut merah ini terlihat tak asing bagiku. Dia membungkuk hormat.

Aku teringat, dia adalah prajurit vampire yang terinfeksi racun waktu itu. Aku tersenyum ke arahnya.

"Selamat pagi, bagaimana kabarmu?", Jawabku.

"Sangat baik Lady, berkat anda", dia tersenyum

Aku mengangguk lalu dia berpamitan dan berjalan pergi.

Aku berjalan lebih jauh ke samping bangunan, tempat dimana para prajurit berlatih bertarung. Ada sebuah lapangan dan beberapa arena disini, banyak senjata berjajar di tenda-tenda berukuran sedang dipinggir lapangan.

Pohon-pohon di sisi lain lapangan memiliki tanda yang digunakan untuk belajar memanah, beberapa vampire berkuda ditengah lapangan dan yang lain bertarung di arena kecil yang telah disediakan.

"Jangan pergi terlalu jauh"

Aku menoleh mendengar suara William, dia dan Stefan berjalan santai ke arahku. Aku pun menghampiri mereka.

"Apa aku bisa melakukan sesuatu disini?", Tanyaku, sebenarnya aku sangat ingin ikut berlatih bersama para prajurit itu.

"Tidak ada", jawab mereka hampir bersamaan.

"Duduk saja disana dan perhatikan mereka", Stefan menunjuk sebuah bangku panjang dipinggir lapangan.

Aku mengeluh ingin memprotes, ayolah lalu apa gunanya aku kesini jika tidak melakukan apa-apa?

"Eve akan marah pada kami jika terjadi sesuatu padamu", William menyahut "duduk saja bersantai disana, kita akan kembali sore nanti"

Mereka berdua berjalan pergi menuju bangunan utama, meninggalkan aku sendiri.

Menghela nafas, aku berjalan menuju tempat duduk yang Stefan maksud.

Aku duduk melihat vampire lain yang sedang melakukan kegiatan masing-masing, sedangkan aku hanya berdiam diri.

Jika sudah begini, tidak ada bedanya disini maupun di manor house, aku masih bosan hanya saja ditempat yang berbeda.

Tapi apa boleh buat, sepertinya memang lebih baik aku menuruti perkataan mereka. Pakaian yang aku gunakan juga tidak cocok, jika aku memaksa ingin turun ke lapangan, aku tidak ingin vampire lain menertawakan ku.

...~...

1
Roxy-chan gacha club uwu
Bener-bener hidup!
Hebe
Berasa kayak lagi nonton film seru deh! Kapan launching filmnya thor? 😁
prel: haduuuh minta doanya aja deeh😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!