NovelToon NovelToon
LUCIANA ALEXANDER

LUCIANA ALEXANDER

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Vampir
Popularitas:944
Nilai: 5
Nama Author: prel

"... selama aku masih berada didunia ini aku akan terus berusaha menjaga Luciana."

Perkataannya mengejutkanku. Selama dia masih berada didunia ini? Dia adalah seorang vampire yang hidup abadi, apakah itu berarti dia akan menjagaku selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28: Luciana

Bersantai didalam kamar, aku menyibukkan diri dengan membaca beberapa buku tentang pengobatan, aku ingin semakin mahir dalam bidang medis.

Sebenarnya aku masih belum percaya bisa berhasil menciptakan penawar racun bunga Azul. Ya, itulah nama asli dari bungan biru. Eve berkata, hanya para vampire murni yang mengetahui tentang bunga itu.

Eve sudah kembali. Dia bilang belum ada keputusan pasti mengenai persoalan para manusia yang membuat senjata mematikan bagi kaum vampire.

Setelah dibangun perbatasan, perselisihan diantara kaum manusia dan vampire seharusnya sudah selesai. Kami sudah memiliki wilayah masing-masing dan urusan masing-masing. Maka dari itu, kasus ini sedikit mengejutkan para petinggi vampire murni.

Eve juga berkata, bahwa mungkin akan ada pertumpahan darah jika para manusia sampai menyerang terlebih dahulu.

Menurutku, para manusia hanya mempertahankan wilayah mereka dari para penyusup, tapi entahlah aku juga tidak tau.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana para manusia bisa mendapatkan bunga Azul yang hanya tumbuh di wilayah para vampire. Bukan tanpa alasan Raja Carlos meminta wilayah bagian selatan, karena hanya disinilah bunga Azul bisa tumbuh.

Menurut penjelasan Eve, Raja Carlos tidak ingin para manusia sampai mengetahui keberadaan dan kebenaran tentang bunga Azul. Dan jika yang Eve katanya benar, mau tidak mau aku juga harus turut serta jika sewaktu-waktu terjadi perang.

Tetapi bagaimana? aku tidak bisa bertarung sama sekali.

Baiklah ini sedikit menggangguku.

Perkataan Stefan ada benarnya, mulai sekarang aku harus bisa menjaga diriku sendiri, aku tidak bisa terus mengandalkan orang lain. Mengandalkan dirinya.

Seketika aku teringat, bukankah dia mau mengajariku bertarung waktu itu.

Aku harus menagih janjinya, tidak peduli dengan keadaan canggung diantara kita berdua akibat pesta beberapa hari yang lalu.

Berjalan keluar kamar aku sedikit ragu dengan niat ku ini. Aku takut jika dia menolakku, tapi juga tidak ada salahnya mencoba.

Mengetuk pintu kamarnya perlahan, aku tidak mendengar ada suara dari dalam. Apa dia sedang pergi?

"Mecariku?"

Stefan berjalan dari arah depan. Dia memandangku datar tanpa ekspresi seperti biasanya.

"Iya, aku .."

"Apa yang kau mau?", Stefan memotong kalimatku

Ternyata benar, dia masih kesal

"Ajari aku bertarung"

Kataku terus terang tanpa mencoba basa-basi terlebih dahulu.

"Baiklah", dia setuju

Tunggu dulu, dia benar-benar mau?

Tapi, bukanya berjalan menuju ke gudang senjata, Stefan malah membuka pintu kamarnya. Dia masuk lalu hendak menutup pintu, saat menyadari aku masih berdiri ditempat dia terdiam sejenak,

"Aku akan berganti, tunggulah sebentar atau kamu ingin ikut masuk?"

Wajahku memanas mendengar perkataan Stefan. Aku tau dia sedang bercanda, tapi kenapa efeknya membuatku malu seperti ini.

Jika masih bisa merona, mungkin wajahku sudah semerah tomat sekarang.

"A-aku.. tidak, tentu saja tidak", aku segera pergi meninggalkannya,

Aku menjadi salah tingkah hanya karena candaan Stefan. Sebenarnya aku juga sering bercanda dengan William, tapi jika bersama Stefan kenapa efeknya berbeda.

Tunggu dulu, apa aku tertarik padanya?

Tidak, ini pasti hanya perasaan yang datang sesaat. Aku hanya terbawa perasaan, mungkin karena dia yang menyelamatkan hidupku, aku menjadi merasa berhutang budi padanya.

Aku menggeleng, tidak aku tidak tertarik padanya!

Membuka lemari pakaian, aku berganti dengan baju yang lebih memudahkan ku untuk bergerak. Sebuah celana hitam dan baju lengan panjang berwarna biru tua.

Seseorang mengetuk pintu, aku membukanya dan Stefan sudah bersiap, kami segera menuju ruang senjata.

Ruang senjata berada dilantai satu manor house, ruangan ini berisi persediaan senjata-senjata yang lengkap. Semua jenis senjata ada disini. Ruangan ini cukub besar, ada sebuah arena kecil berada ditengahnya.

Stefan menutup pintu lalu berjalan ke arah meja yang berisi satu set anak panah, dia memberikannya padaku.

"Cobalah",

Aku mengalungkan sekantung anak panah pada punggungku, kemudian mencoba membidik sasaran, Stefan mengamatiku.

Saat kulepaskan anak panahnya, tembakan ku meleset, ternyata ini lebih sulit daripada kelihatannya. Stefan mendekat lalu membenarkan posisi tubuhku.

Dia berdiri dibelakangku, punggungku menabrak tubuhnya yang terasa dingin, menggenggam kedua tanganku yang memegang busur dan panah, mengarahkannya pada sasaran.

"Fokus, bidik sasaran dan lepaskan anak panahmu", Stefan mengarahkan.

Anak panahku melesat tepat mengenai sasaran, aku tersenyum kagum lalu memandang Stefan.

"Vampire mudah mempelajari hal-hal baru, sekali kau bisa melakukannya, seterusnya pasti akan lebih mahir lagi"

Dia mengambil dua bilah pedang ramping, mengeluarkannya dari sarung lalu memberikan satu padaku.

"Baiklah serang aku!", Stefan menghunuskan pedangnya ke arahku, aku juga melakukan hal yang sama.

Aku bersiap kemudian melakukan gerakan menusuk ke arah perut kirinya, tapi dia menghindar. Tak berhenti, aku mencoba gerakan menebas dengan cepat dari segala arah, tapi dia masih saja bisa menghindar dengan mudah. Terus menepis serangan yang kuberikan hingga pedang terlepas dari genggamanku.

Tiba-tiba Stefan melempar pedang yang dia bawa ke sembarang arah.

"Serang aku dengan tangan kosong", dia tersenyum miring ke arahku.

Tanpa ragu aku berlari ke arah Stefan mencoba untuk meninju perutnya, Stefan memutar tubuh, meraih tanganku lalu menguncinya dibelakang punggungku.

"Kau harus merasa benci agar bisa mengalahkan musuhmu", bisiknya pelan di samping telingaku.

Baiklah, dia benar-benar sangat menjengkelkan. Tentu saja aku membencinya. Aku benci saat melihat dirinya bersama Emily.

Aku menghentakkan tanganku dengan kasar sampai terlepas dari kunciannya.

Kini dia yang menyerangku, aku menghindar lalu menepis seranganya.

Kami terus saling menyerang hingga aku tidak sengaja menarik kerah kemejanya, baju yang Stefan kenakan robek sepenuhnya dibagikan belakang.

"Oh ya ampun.."

Stefan menghadap ke arahku, melepaskan bajunya yang masih tersisa lalu melemparnya begitu saja.

Aku sedikit terganggu melihatnya tanpa baju seperti ini. Kulitnya seputih kertas serta gumpalan otot pada tubuhnya seolah menghipnotisku. Aku berusaha tetap fokus tapi rasanya sangat sulit.

"Kau melihat sesuatu" , ejek Stefan yang sepertinya menyadari sikapku

Mendengus kesal aku berlari ke arahnya hendak menyerang lagi,

Kenapa dia menjadi sangat menyebalkan seperti ini, batinku. Aku tidak boleh kalah darinya!

Aku menyerangnya bertubi-tubi sampai Stefan kehilangan keseimbangan.

Dia terjatuh dengan aku yang berada diatasnya.

Aku memegangi salah satu lengannya lalu menguncinya diatas lantai.

Nafas kami tersengal, tanda bahwa kami benar-benar mengerahkan seluruh tenaga yang kami miliki.

"Bagus" , dia tersenyum

Aku melepas tangannya, menegakkan tubuh duduk diatas perutnya.

Aku berhasil, aku menang.

Tersenyum miring melihatnya, aku bermaksud membalas perbuatannya padaku. Tapi dia hanya memandangku dengan tenang.

Dia bangkit terududuk dengan aku yang kini berada di pangkuannya.

Baiklah, ini posisi yang kurang nyaman dilihat.

Saat aku hendak menjauh darinya, dia malah mencegahku, Stefan diam dan terus saja memandangku dengan aneh.

Ada apa dengannya?

"Stefan?",

"Kau cantik",

Keningku berkerut mendengar perkataan Stefan, dia seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Aku memang cantik", aku berkata sedikit tertawa, berusaha mencarikan suasana.

Tapi tanpa diduga, Stefan malah mendekatkan wajahnya, matanya yang semula melihat kedua mataku perlahan turun memandangi bibirku.

Apa dia akan menciumku?

Oh tidak,

Stefan terus mendekat, aku yang tak tau harus bagaimana hanya bisa memejamkan mata, menunggu apa yang akan Stefan lakukan selanjutnya.

Sampai akhirnya aku merasakan, bibir Stefan menyapu bibirku dengan lembut. Sangat lembut sehingga membuatku merasa terlena.

Beberapa saat masih seperti ini, sampai salah satu tangan Stefan memegangi belakang kepalaku. Dia menariku lebih dekat lagi.

Aku merasakan seperti ada sekumpulan kupu-kupu yang terbang dari dalam perutku.

Aku membuka mata, melihatnya memejamkan mata dan terus melakukan kegiatannya. Tapi aku tidak membalas sama sekali, masih cukup terkejut dengan apa yang terjadi.

Ini tidak pantas. Kami harus segera berhenti, aku tidak ingin terjadi hal yang lebih dari ini.

Memaksa diri aku mendorongnya menjauh, meskipun sangat sulit dilakukan.

Aku melihatnya menatapku dengan sayu, aku menutup mulutku tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Stefan terkejut, baiklah dia sudah tersadar.

Aku berdiri sambil terus menutup mulutku, menggeleng sekilas lalu aku berlari keluar.

"Luciana!"

Stefan meneriaki namaku, tapi aku terus berlari.

"Sial!",

Kudengar Stefan mengumpat dan mencoba berlari mengejarku.

Aku memasuki kamar, menguncinya dari dalam lalu bersandar pada pintu. Aku terus memegangi dadaku, nafasku memburu berusaha memelankan debaran yang kurasakan akibat perlakuan Stefan.

Salah jika aku berpikir bahwa jantung seorang vampire sudah berhenti berdetak, buktinya sekarang jantung berdebar tak karuan.

Dia menciumku, dia mengambilnya. Ciuman pertamaku.

"Luciana"

Suara Stefan diluar kamarku sembari terus mengetuk pintu berharap aku membukanya.

"Luciana maafkan aku, kumohon dengarkan penjelasanku",

Dari nada bicaranya, dia terdengar sangat merasa bersalah. Bagaimana tidak, aku langsung lari begitu saja darinya.

Bukannya tidak suka, tapi ini terlalu cepat. Aku masih belum siap.

"Aku ingin sendiri Stefan", jawabku pada akhirnya.

Aku memang hanya ingin sendiri, merasakan debaran yang masih saja bersarang pada jantungku. Merasakan perasaan baru yang tumbuh dalam diriku.

Apakah Stefan menyukaiku?

Apakah dia memiliki perasaan padaku?

Tanpa sadar senyum merekah diwajahku. Senyum bahagia. Aku sangat bahagia sampai-sampai rasanya ingin meledak.

Apakah Stefan juga merasakan hal yang sama seperti apa yang kurasakan?

Sisa hariku hanya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang terus berkeliaran pada kepalaku.

...~~...

#oke ini adalah part paling tolil😭

aneh banget nulis yang beginian but mau begimane lagi, biar ada seru"nya dikit ygy,

Tapi tetep ngrasa tolil banget nulisnya 😭😭 maapin kalo kaku banget aku nulisnya 😭

1
Roxy-chan gacha club uwu
Bener-bener hidup!
Hebe
Berasa kayak lagi nonton film seru deh! Kapan launching filmnya thor? 😁
prel: haduuuh minta doanya aja deeh😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!