Malam itu Rifanza baru saja menutup bagasi mobilnya sehabis berbelanja di sebuah minimarket. Dia dikejutlan oleh seseorang yang masuk ke dalam mobilnya.
Bersamaan dengan itu tampak banyak laki laki kekar yang berlari ke arahnya. Yang membuat Rifanza kaget mereka membawa pistol.
"Dia tidak ada di sini!" ucap salah seorang diantaranya dengan bahasa asing yang cukup Rifanza pahami. Dia memang aedang berada di negara orang.
Dengan tubuh gemetar, Rifanza memasuki mobil. Di sampingnya, seorang laki laki yang wajahnya tertutup rambut berbaring di jok kursinya. Tangannya memegang perutnya yang mengeluarkan darah.
"Antar aku ke apartemen xxx. Cepat!" perintahnya sambil menahan sakit.
Dia bukan orang asing? batin Rifanza kaget.
"Kenapa kita ngga ke rumah sakit aja?" Rifanza panik, takut laki laki itu mati di dalam mobilnya. Akan panjang urusannya.
"Ikuti saja apa kata kataku," ucapnya sambil berpaling pada Rifanza. Mereka saling bertatapan. Wajahnya sangat tampan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sadboy
"Aku dititipin kunci kamar unit kamu sama sekuriti di bawah," ucap Rajata yang baru saja tiba di kamar Shaka.
"Kamu apain dia sampai kabur begitu?" kekeh Rajata sambil meletakkan gelas kopi yang dia beli di depan apartemen ke atas meja.
Karena sudah tau kalo gadis tadi sudah kabur, jatah kopinya dberikan untuk sekuriti itu.
Tadi Rajata pergi agak menjauh lebih dulu untuk membeli persediaan makanan di kulkas anak teman daddynya yang kosong melompong.
Apesnya dia terjebak dalam insiden kecelakaan beruntun hingga agak lama baru bisa pulang.
Shaka meraih kopi yang masih panas itu, menyesap perlahan. Kedatangan Rajata hampir satu jam dari kepergian Lea.
"Makanya jangan gragas sama perempuan. Ngga semua perempuan suka dengan laki laki matang," sarkas Rajata mengejek, kemudian tergelak.
"Dia suka, kok. Tapi masih malu," jawab Shaka cuek.
"Kalo gitu ngapain dia pulang," tawa Rajata meremehkan. Tangannya mulai membuka tutup gelas kopinya.
"Biasa, kan, biar aku penasaran."
Hampir saja Rajata tersedak dengan kepercayaan diri Shaka yang over dosis.
"Dasar laki laki matang yang nggak laku laku. Ada aja alasannya," ejeknya lagi.
Shaka hanya tersenyum miring. Sudah biasa dia dikata-i seperti itu. Soalnya dia yang paling tua diantara yang lain.
Sebagian besar sudah menikah, termasuk kembarannya. Bahkan sudah punya anak.
Kini mereka berdua mulai konsen dengan kopi dan roti yang dibawa Rajata.
"Jangan bilang sama Oma Salma, ya. Nanti bisa tau semua," pesan Shaka mewanti wanti Rajata. Salma-omanya Rajata.
"Belum, sih. Tapi yakin kamu ngga bakal dicari mantannya Kimberly lagi? Udah aku bilang, jangan macam macam di sini," nasihat Rajata tegas. Walaupun usianya lebih muda tapi karena sudah tiga tahun ini selalu bersama, Rajata sudah ngga ada sungkan sungkannya.lagi.
"Aku ngga macam macam. Mantannya yang selalu datang. Salahku dimana?" tanya Shaka dengan tampang polosnya.
"Dasar. Senua cewe yang datang ditampung. Mahalan dikit kenapa, sih," ejek Rajata.
Baru Shaka terkekeh, kemudian meringis karena terasa nyeri di luka pada perutnya.
"Bang, jangan bilang lo belum move on, ya."
'Nggaklah. Ngawur," sangkalnya cepat.
"Bang Shakti sama Kak Sheila udah punya bayi, Bang Shaka masih jomblo," ejeknya lagi.
"Jombo ngatain jomblo." Shaka balas mengejek.
Rajata pun tergelak.
"Aku masih muda."
Shaka mendengus.
Beberapa menit kemudian.
"Raja, tolong cariin alamat apartemen gadis itu," ucap.Shaka tiba tiba. Taktik gadis itu manjur, sekarang dia sudah penasaran.
"Hah?"
"Bisa kelacak, kan, dari rekaman cctv atau plat mobilnya."
'Lama kalo gitu."
"Bentarlah, sehari juga bisa."
Dengan ogah ogahan Rajata mengeluarkan secarik kertas dari dalam dompetnya.
"Tadi aku nyuruh pengawalku nunggu di parkiran. Siapa tau musuh lo ke sini. Tapi dia malah ngasih tau lihat mobil gadis itu pergi. Aku suruh ngikutin aja."
Shaka tersenyum miring saat menerima secarik kertas yang terdapat tulisan nama apartemen dan lengkap dengan nomer unitnya.
Dia akui, anak teman daddynya memang gercep banget.
"Makasih."
"Sama sama." Rajata menyesap kopinya lagi.
"Kata oma....., om dan tante lagi nyariin jodoh buat kamu, bang. Soalnya udah kelewat matang tapi belum juga nikah nikah," lanjutnya lagi.
Shaka ngga menanggapinya. Dia masih mengingat penampilan gadis itu yang memang dia yakini, tinggalnya ngga jauh dari minimarket.
Rajata mencibir.
"Jangan maen maen, bang. Umur lo udah pantasnya punya anak."
Shaka tertawa tapi tertahan, karena luka di perutnya cukup terasa ngeri saat otot otot perutnya ketarik waktu tertawa.
*
*
*
Tiga tahun yang lalu.
"Shaka, kalo aku menikah dengan Sheila, kamu bakal sakit hati?" tanya Shakti saat dia sedang.cuti dari kerjaannya.
Orang tuanya memang melimpahkan wewenang semua perusahaan di luar negeri padanya. Sedangkan kembarannya Shakti berbagi perusahaan dengan Sean di dalam negeri
"Nggak. Kapan kamu mau nikahi Sheila?"
"Sekarang. Mumpung kamu pulang."
"Oke."
Shaka menutupi perasaannya sangat rapat waktu itu.
Dia ngga terlalu sakit hati, karena setahun sebelumnya Sheila sudah mengatakan hubungannya dengan Shakti.
'Kita sudah lama saling mengenal. Aku pernah pergi dari kalian karena aku bingung, siapa sebenarnya yang ada di dalam hatiku. Tapi akhirnya aku lebih membutuhkan Shakti."
Waktu itu Shaka melebarkan senyumnya.
"Shakti itu baik, kamu akan bahagia jika bersamanya. Dia juga sudah siap berkomitmen."
Sheila terdiam beberapa saat lamanya sambil mengalihkan tatapnya dari Shaka yang sedang menatapnya.
"Kamu ..... masih belum mau berkomitmen?"
"Target menikahku umur tiga puluh lima."
"Oooh....."
Maaf, batin Shaka.
Setelahnya Shaka hanya bisa menyesalinya. Tapi dia juga ngga mungkin menjadi saingan Shakti.
Kebahagiaan Shakti juga kebahagiaannya. Hanya daddynya yang mengerti perasaannya.
Shaka tau Shakti sangat memuja.Sheila. Gadis itu hampir serba bisa. Bisa masak, bisa mengatur perusahaan, juga atlet berkuda.
Dulu Shaka juga sempat mau menjadi atlet berkuda juga, tapi dia mundur di detik terakhir. Semua olah raga yang menggunakan kekuatan yang dia kuasai, dia tinggalkan.
Dia lebih memilih golf agar bisa bersama Shakti. Shaka tau Shakti akan mencoba sampai batas yang dia punya untuk bisa seperti.dia. Dan Shaka ngga mau itu terjadi karena dapat membahayakan nyawanya.
Dia pun berubah semakin tengil dan berdekatan dengan banyak perempuan agar di mata Sheila, Shakti lebih baik darinya.
Jawaban Shaka yang asal asalan soal kapan menikah, kini hampir menjadi kenyataan. Sekarang umurnya sudah menginjak tiga puluh dua tahun.
Dia pun sudah punya beberapa orang keponakan, dari Shakti dan juga Sean yang bahkan melangkahi dia dan kembarannya.
Wajar maminya mulai sibuk mencarikan jodoh untuknya. Tapi Shaka sama sekali ngga minat. Dari dulu maupun sekarang.
Flashback on
"Memangnya ada, ya, mam, gadis gadis yang suka calon suaminya punya banyak pacar?" kekehnya waktu itu.
Maminya hanya tertawa.
"Dulu daddy juga begitu. Pasti nanti kamu akan ketemu juga yang bisa nerima kamu apa adanya."
"Tapi mami, kan, dulu pernah ninggalin daddy."
"Bukan karena daddy pemain perempuan, tapi ada alasan lain."
"Ooo... Tapi sekarang aku masih belum mau terikat dengan perempuan, mam.'
Edna-maminya menghela nafas.
"Jangan bilang sama mami kalo kamu patah hati karena Sheila." Hatinya bakal hancur, karena Sheila sudah dianggapnya sebagai anak perempuannya sejak lama. Sebelum dinikahi Shakti.
"Ya, nggaklah, mam. Sheila bukan kriteriaku."
Edna tersenyum.
"Syukurlah. Mami bisa sedih kalo kalian terlibat cinta segitiga."
Shaka menggenggam tangan maminya lembut.
"Mami ngga usah khawatir. Oke, mami boleh kenalin calon calon mami. Tapi aku berhak menolaknya kalo.ngga cocok, ya."
"Tentu, sayang." Edna mengusap puncak kepala putranya dengan lembut.
"Mami sayang banget sama kamu."
"So do I, mam."
Endflashback
fix ya rifa emg gadis yg mau di jodohin sm shaka
Gimana reaksi mereka y'jadi penasaran.
sehat selalu thorrr