Dean Willis Granger cucu dari pemilik Rumah Sakit ternama Gr.Hospital. Menjadi cucu laki - laki satu - satunya dan belum menikah, membuat pria itu menerima beban tuntutan dan harus menerima akan perjodohan yang telah di atur sang kakek.
"ck ini sudah zaman modern tidak perlu perjodohan atau semacamnya" tolaknya dengan santai seraya memakai jas nya.
"Tidak, besok acara makan malam. Tidak ada penolakan Dean" ketusnya yang berlalu meninggalkan cucunya yang mematung.
***
Pertemuan dengan keluarga Ashton nyatanya merubah sudut pandang Dean. Gadis Nakal yang dia temui tempo lalu di sebuah bar nyatanya adalah calon adik iparnya. Sifatnya bertolak belakang dari saat pertama kali bertemu.
"Naomi, masih ingat denganku?" Kedua alisnya terangkat dan memberikan seringainya.
"S-siapa? Mau apa memgikutiku hah? Kau ini calon suami kak Grace!" memberikan ultmatum.
"Aku tidak berselera tidur dengan pria yang usianya lebih tua dariku" ejek Dean menirukan kalimat yang pernah diucapkan Naomi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jeonfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadisku Milikku
"Benar kan apa yang pernah aku katakan Dean? Kau memang menyukai Naomi" sepanjang perjalanan mengantarkan ke area parkir. Tak henti - hentinya Natasha mengejek dan menjahili adiknya akan hubungannya dengan Naomi.
"Emm.."
"Sudah berapa lama kalian tinggal bersama?" Tanya Natasha menggali informasi.
"Sekitar dua minggu lebih" sahutnya menanggapi. Natasha mengangguk anggukan kepalanya dengan gerakan bibirnya menyisaratkan senyum penuh arti.
"Apa kalian melakukannya?" Pertanyaan ambigu jelas membuat sepasang alis Dean mendekat. Menatap Natasha yang berjalan di sebelahnya.
"ck.." sahutnya menanggapi Natasha yang mengajukan pertanyaan jahil. "Dia masih sangat muda Dean, dia baru lulus kuliah. Dia bisa mengeksplore banyak hal termasuk karirnya" ucap Natasha memperingati Dean, memberitahukan akan sudut pandang yang dia miliki akan Naomi.
"Aku tidak sedang bersama gadis dibawah umur. Usianya sudah cukup bahkan untuk hamil" ucapnya tanpa rasa bersalah. Pandangannya lurus kedepan dengan kedua punggunh tangannya yang singgah di saku celana jeansnya.
"HEI !" Kagetnya karena jawaban frontal yang diucapkan oleh Dean.
***
Naomi berdiri di balkon. Menyangga tangannya, melihat pemandangan kota yang cukup ramai di weekend ini. Perasaannya berbunga - bunga mengingat ucapan Dean akan dirinya. Begitu lantang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Natasha.
*flashback*
"Aku menunggu salah satu dari kalian menjelaskan apa yang terjadi" ucap lagi Natasha setelah keduanya kompak diam tidak menyahuti. Dean yang juga masih dilanda kebingungan akan hubungan ini memberanikan menjawabnya.
"Seperti yang kakak lihat, bukankah sudah jelas?" sahut Dean menanggapi enteng pertanyaan tersebut. Melemparkan kesimpulan pada kakaknya.
"Aku ingin memiliki hubungan lebih dari sekedar teman, rekan kerja atau hubungan kakak adik." sahutnya dengan percaya diri. Dia tidak membawa Naomi dalam ucapannya, dia mendeklarkan diri akan keinginan dan perasaannya.
Naomi yang mendengar itu melirik ke arah sampingnya. Dean yang duduk di sofa ujung. Kegugupannya semakin menjadi - jadi, bahkan dia tidak bisa menyahuti atau menyanggah apapun yang di katakan Dean.
"Ah ha ha baiklah, aku hanya bertanya Dean. Aku hanya sedikit terkejut saja tentang ini. Naomi apakah Dean memperlakukanmu dengan baik?" Tanya Natasha dengab senyumnya.
"Iya, kak Dean sangat baik" jawabnya mengangguk. Memberikan jawaban yang cukup singkat akan pertanyaan yang dibumbui jiwa kepenasaran Natasha.
"Ah iya baguslah. Jika dia tidak berperilaku baik kamu bisa mengatakan padaku Naomi. Aku yang akan mendisiplinkannya" ucap Natasha dengan senyum penuh arti. Melemparkan tatapnya secara bergantian antara Naomi dan Dean.
"ck..." Dean menatap Natasha dengan tatapan tajamnya. Natasha menanggapi itu dengan memberikan senyum yang penuh arti.
*kembali ke kini*
"Lalu status kita apa? Kenapa dia tidak jelas begini?" gumamnya dengan menggeretak kesal.
*grepp*
"Tidak jelas bagaimana?" berkat lamunannya, Naomi tidak menyadari jika Dean sudah kembali masuk ke dalam apartement. Memeluk perutnya dari belakang, menjadikan bahu Naomi sebagai penyangga dagunya.
"T-tidak. Kak Natasha sudah pulang?" Tanya Naomi mengalihkan topik pembicaraan.
"Hmm.. sudah. Katakan dulu tadi tidak jelasnya bagaimana?" desak Dean mencari jawaban akan kalimat yang diucapkan oleh Naomi.
"Kak Dean fikir sendiri saja. Masa pria tidak tahu" desisnya kesal. Wajahnya sudah menekuk dan kehilangan senyumannya.
"Bukankah aku sudah mengatakan keinginanku tadi hmm?" Dean mempererat pelukannya. Mengecupi pipi Naomi dan juga lehernya.
"Tidak romantis sekali, mengatakan apanya begitu. Terasa sekali kesenjangan generasi" celotehnya mengomel dalam desisan yang masih bisa di dengar. Dean terkekeh mendengar omelan Naomi.
"Aku mengatakan jujur dan sesuai dengan isi hatiku. Sekarang mungkin masih terlihat main - main bagimu kan? Tapi bisakah untuk percaya kedepannya aku akan berusaha untuk itu?" Dean membalikan tubuh Naomi untuk menghadapnya. Memegang kedua punggung lengannya dan menatap lekat.
"Apa aku harus mempercayai lagi pria yang lebih tua dariku? Dia bisa saja bertindak seenaknya" ucap Naomi dalam hati. Berperang dengan keraguannya sendiri.
***
"Kau sudah pulang? Bagaimana dengan anak itu? Apa dia baik - baik saja?" Pertanyaan beruntun menyergap kedatangan Natasha yang baru saja kembali. Dia langsung mendudukan diri di sofa ruang keluarga. Menatap kakeknya dengan senyumannya.
"Ya dia baik - baik saja, bahkan lebih baik dari yang kita kira" ucap Natasha memberikan informasi akurat pada kakeknya.
"..."
"Kakek tidak perlu mengkhawatirkannya! Dia sudah dewasa kek. Dia juga butuh privacynya sendiri." Ucap Natasha yang masih berbelit - belit dengan kalimatnya. Dia tidak mengatakan dengan gamblang akan informasi itu.
"Apa ada sesuatu yang disembunyikan anak itu? Sesuatu yang kakek tidak ketahui?" Sahutnya lagi dengan pertanyaan beruntun. Menuntut Natasha untuk lebih memberikannya penjelasan.
"Entahlah, kakek cari tahu sendiri saja!" ucap Natasha yang lalu pergi meninggalkan kakeknya.
***
"Gaji pertamakuu" ucapnya dengan senang setelah melihat saldo masuk ke rekeningnya.
"Senang sekali?" Tanya Dean yang melirik Naomi. Dia sedang menyetir, mengajak Naomi ke sebuah tempat yang dia tidak katakan dengan jelas sebelumnya.
"Iya tentu, aku akan metlaktir kak dean ice cream" ucapnya dengan kekehan. Dean tertawa kecil karena tingkah Naomi yang begitu antusias.
"Eh apa aku tlaktir minum saja di bar?" Tawarnya dengan jahil. "Naomi" Dean mengeluarkan dengan suara rendahnya dan penuh peringatan.
"Hehe iya aku kan hanya bercanda saja" sahut Naomi dengan candaannya.
"Kak memangnya kita mau kemana? Kenapa tidak kembali ke apart dulu? Masa jalan - jalan pakai baju kerja begini?" Protesnya yang merasa momen tidak pas. Seharusnya dia bisa mempersiapkan diri dulu jika akan jalan - jalan.
"Tidak perlu, kita akan mampir dulu ke butik" ucap Dean memberitahukan ruler perjalanan. "Butik? Kak Dean mau beli baju"? Tanyanya yang hanya bisa menebak - nebak.
"Hmm"..
***
Dean membawa Naomi ke sebuah butik yang sudah dia reservasikan sebelumnya. Dia juga mendapatkan bantuan rekomendasi dari kakaknya untuk melakukan ini.
Naomi sempat terhanyut dalam kebingungannya, dia yang ternyata mendapatkan pelayanan yang baik. Dean diam - diam memesankan dresa untuk Naomi, sebuah dress berwarna pink pastel dan aksen blink di bagian dadanya. Dress cantik yang dipadu padankan pada bagian tubuhnya.
Rambutnya di gerai, mendapatkan riasan dari penata rias yang berada di butik sana. Rambut bergaya semi curly menjadi pilihan yang cocok.
"Kak.. kita mau kemana memakai ini?" Tanya Naomi yang tidak kunjung mendapat jawaban. Dean hanya membalasnya dengan tersenyum.
Dia membawa Naomi kembali ke mobilnya dan melanjutkan perjalanan. Pria itu membawa Naomi ke sebuah restaurant. Restaurant yang cukup terkenal bernama Under The Sea Restaurant - Ephemera. Bernuansa suasana dark blue, pemandangan ikan - ikan cantik berwarna warni menghiasi hampir di seluruh penjuru ruangan.
Naomi cukup tercengang dan di buat takjub. Ini kali pertamanya dia datang ke restaurant ini. Dean menggenggam tangan Naomi dengan erat, membawanya melangkah pada ruang private room.
"Silahkan duduk!" Dean dengan gentle menarik kursi yang akan diduduki Naomi. "Terima Kasih'' sahut Naomi menanggapi. Dia nampak anggun dan cantik.
Dean memandangi Naomi cukup lekat dengan senyumnya yang tidak kunjung putus. Gadis itu merasa grogi akan tatapan mengunci Dean.
"K-kenapa melihat aku terus?" Ucap Naomi yang merasa terus diawasi.
"Cantik, kamu cantik sekali Naomi" pujinya yang membuat rona di pipi Naomi muncul.
Hidangan telah datang diantarkan pelayan, Naomi masih fokus pada pemandangan di sekelilingnya. Aquarium yang cantik dan cukup megah dengan tatanan warna yang senada.
Tidak menunggu lama ada dua orang penyelam yang datang dan say hai, melambaikan tangannya pada Naomi.
"Wah apa ada pertunjukannya?" Tanya Naomi yang senang. Kedua penyelam itu membuka banner yang mereka bawa bertuliskan "Maukah kamu menjadi kekasihku Naomi?" Gadis itu terkejut dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Kak..."
"Naomi aku tidak tahu kamu menyukai ini atau tidak. Aku ingin membuktikan keseriusanku dengan status yang sempat kamu pertanyakan. Maukah menjadi kekasihku? Menjadi Gadisku ?" Ucap Dean memegang kedua tangan Naomi.
"Emm..aku suka ini, jadi ya" ucap Naomi pelan dengan rasa malunya. Dean tersenyum senang mendengar jawaban tanpa ragu yang keluar dari bibirnya.
Dean mendekatkan wajahnya dan mendaratkan ciuman di bibir Naomi. Mengecapnya dengan lembut, keduanya saling bermain lihai. Naomi mengalungkan kedua tangannya pada leher Dean. Menikmati permainan bibir antar keduanya.
thor