NovelToon NovelToon
Kintania Raqilla Alexander

Kintania Raqilla Alexander

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Diam-Diam Cinta
Popularitas:966
Nilai: 5
Nama Author: Lesyah_Aldebaran

Tidak semua cinta datang dua kali. Tapi kadang, Tuhan menghadirkan seseorang yang begitu mirip, untuk menyembuhkan yang pernah patah.

Qilla, seorang gadis ceria yang dulu memiliki kehidupan bahagia bersama suaminya, Brian—lelaki yang dicintainya sepenuh hati. Namun kebahagiaan itu sekejap hilang saat kecelakaan tragis menimpa mereka berdua. Brian meninggal dunia, sementara Qilla jatuh koma dalam waktu yang sangat lama.

Saat akhirnya Qilla terbangun, ia tidak lagi mengingat siapa pun. Bahkan, ia tak mengenali siapa dirinya. Delvan, sang abang sepupu yang selalu ada untuknya, mencoba berbagai cara untuk mengembalikan ingatannya. Termasuk menjodohkan Qilla dengan pria bernama Bryan—lelaki yang wajah dan sikapnya sangat mirip dengan mendiang Brian.

Tapi bisakah cinta tumbuh dari sosok yang hanya mirip? Dan mungkinkah Qilla membuka hatinya untuk cinta yang baru, meski bayangan masa lalunya belum benar-benar pergi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lesyah_Aldebaran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Lima Belas

Brian menggeser sedikit rambut Qilla yang menutupi wajahnya dengan gerakan yang lembut. "Lain kali, kabarin saya kalau kamu mau datang. Biar kamu nggak lelah keliling sekolah seperti tadi," katanya dengan suara yang lebih lembut daripada biasanya, membuat Qilla merasa sedikit terkejut dengan sentuhan itu.

Tatapan mata Brian bertemu dengan Qilla, dan untuk sejenak, mereka hanya saling menatap tanpa berkata apa-apa. Qilla merasa jantungnya berdebar sedikit, tidak terbiasa dengan kedekatan seperti ini.

"I-iya," jawab Qilla dengan suara yang hampir tidak terdengar, berusaha untuk tidak terlalu menanggapi sentuhan itu.

Qilla tiba-tiba cemberut kecil, merasa sedikit kesal karena harus mencari Brian tanpa informasi yang cukup. "Kenapa sih aku nggak punya nomor telepon kamu? Tadi aja aku keliling buat lihat satu-satu yang namanya Brian karena kata guru tadi nama Brian ada banyak di sini dan aku juga nggak tahu siapa nama panjangmu..."

Brian memandang Qilla sekilas sebelum menjawab singkat. "Minta."

"Minta apa?" Qilla bertanya, tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Brian.

"Nomor telepon saya," jawab Brian dengan nada yang datar.

Qilla menggeleng. "Aku juga nggak tau siapa nama panjang kamu, makanya aku kesusahan mencari kamu tadi."

Brian tersenyum tipis. "Brian Jayden Bartles. Ingat baik-baik."

Qilla mengangguk cepat, berusaha untuk mengingat nama panjang Brian dengan baik. Nama itu akan dia hafal mati-matian mulai sekarang. Meskipun Brian tidak terlihat ramah, Qilla merasa bahwa dia baik padanya, dan itu membuatnya merasa sedikit lebih nyaman. Wajah Brian masih datar, tapi Qilla tidak bisa tidak merasa sedikit takut sekaligus kagum pada calon suaminya itu.

Tiba-tiba, salah satu teman Brian yang sedang bermain basket memanggilnya dengan suara keras.

"Bro, cepat balik! Tim kita kalah nih!" Brian menoleh ke arah temannya, lalu kembali menatap Qilla sejenak sebelum mengangguk singkat.

"Aku harus pergi," katanya, menyerahkan rantang yang Qilla bawa tadi kepadanya. Qilla mengangguk. "Iya, silakan."

"Ingat, jangan pulang tanpa saya, tunggu saya di gazebo!" perintah Brian singkat sebelum berbalik dan berlari kembali ke lapangan basket.

Qilla menatap sosok Brian yang semakin menjauh, merasa sedikit terkejut dengan perintah itu. Tanpa sadar, Qilla tersenyum-senyum sendiri, merasa sedikit bahagia karena Brian memikirkan dia dan ingin dia menunggu.

Senyum itu melebar di wajah Qilla saat dia membayangkan pertemuan mereka selanjutnya di gazebo. Dengan langkah ringan, Qilla berjalan menuju gazebo, menunggu Brian dengan hati yang berdebar sedikit.

Beberapa menit kemudian, langkah kaki berat terdengar mendekati gazebo. Qilla mendongak dan mendapati Brian berjalan dengan santai menuju gazebo, handuk kecil tergantung di lehernya, dan wajahnya sedikit berkeringat setelah bermain basket.

Meskipun wajahnya masih terlihat datar, ada sedikit kesan rileks pada dirinya setelah berolahraga. Qilla menatap Brian dengan senyum lembut, merasa sedikit gugup tapi juga senang melihatnya.

"Sudah selesai?" tanya Qilla, berusaha untuk terlihat biasa saja.

Brian mengangguk singkat. "Sudah." Lalu dia duduk di sebelah Qilla di gazebo, mengambil napas dalam sejenak sebelum menatap Qilla dengan tatapan yang lebih lembut daripada sebelumnya.

Tanpa berkata apa-apa, Brian tiba-tiba membungkuk dan menggendong Qilla dalam posisi bridal style, membuat Qilla terkejut dan tidak siap.

Refleks, tangan Qilla melingkar di leher Brian untuk menjaga keseimbangan, dan matanya membulat karena terkejut. Wajah Qilla mendekat ke dada Brian, dan dia bisa merasakan detak jantung Brian yang stabil.

Qilla merasa sedikit panik dan malu, tidak tahu bagaimana harus bereaksi terhadap tindakan Brian yang tiba-tiba ini.

"A-apa yang kamu lakukan?" Qilla bertanya dengan suara yang tercekat, berusaha untuk tidak terlalu menanggapi kedekatan ini.

Brian tidak menjawab, dia hanya terus berjalan sambil menggendong Qilla, membuat Qilla semakin penasaran dan merasa sedikit terganggu.

Aksi mengejutkan itu langsung menarik perhatian seluruh siswi-siswi di sekitar, membuat mereka berhenti dari aktivitas mereka dan menatap dengan tak percaya.

Beberapa siswi terlihat melongo, tak percaya bahwa Brian, sosok dingin yang selama ini menjadi pangeran di sekolah itu, tiba-tiba menggendong seorang gadis asing yang belum mereka kenal.

Brian memang dikenal sebagai pria yang tak tersentuh, dingin, cuek, dan irit bicara. Pria itu tidak pernah terlihat dekat dengan perempuan manapun, apalagi menjalin hubungan. Itulah sebabnya banyak yang jatuh hati padanya karena pesona misteriusnya yang tak mudah digapai.

Siswi-siswi di sekitar gazebo tidak bisa tidak merasa penasaran dan sedikit iri dengan gadis yang digendong oleh Brian.

Mereka bertanya-tanya siapa gadis itu dan bagaimana dia bisa mendapatkan perhatian dari Brian yang selama ini begitu tertutup.

Beberapa dari mereka bahkan terlihat kesal, merasa bahwa Brian telah memecahkan citranya sebagai pria yang tidak mudah didekati.

Sementara itu, Brian terus berjalan dengan Qilla di gendongannya, seolah tidak peduli dengan perhatian yang sedang dia dapatkan. Qilla sendiri merasa sedikit malu dan tidak nyaman, tapi juga merasa sedikit spesial karena menjadi pusat perhatian Brian.

Begitu tiba di ruang OSIS tempat Brian biasanya menghabiskan waktu di sekolah, pria itu membuka pintu dengan satu tangan sambil masih menggendong Qilla, lalu perlahan menurunkan Qilla di sofa empuk yang ada di dalam ruangan.

Qilla buru-buru berdiri, merasa sedikit tidak stabil setelah digendong begitu lama. Wajahnya merah padam, entah karena malu, kesal, atau mungkin keduanya.

Qilla tidak bisa tidak merasa sedikit frustrasi dengan tindakan Brian yang tidak biasa ini, tapi di sisi lain, dia juga merasa sedikit terkesan dengan keberanian Brian yang tidak peduli dengan pendapat orang lain.

"Apa yang kamu lakukan tadi?" Qilla bertanya dengan suara yang masih sedikit bergetar, mencoba untuk menutupi rasa malu dan kesal yang dia rasakan.

Brian hanya menatapnya dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak, tidak memberikan jawaban atas pertanyaan Qilla.

Suasana pun menjadi hening sejenak, hanya suara detik jam dinding yang terdengar, menciptakan suasana yang agak tegang antara mereka. Sampai akhirnya Brian membuka tutup rantang dan mengendus aroma makanan di dalamnya, lalu tersenyum tipis.

"Kamu yang masak?" tanya Brian, suaranya sedikit lebih lembut daripada sebelumnya.

Qilla merasa sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, tapi kemudian mengangguk. "Iya, aku dan ibu yang masak. Ibu juga yang suruh aku anterin ini ke kamu."

Brian mengangguk, lalu mulai menyantap makanan yang ada di rantang dengan lahap, seolah-olah dia sangat lapar.

Qilla menontonnya dengan senyum kecil, merasa sedikit lega karena Brian menyukai makanan yang dia bawa.

"Enak?" tanya Qilla, tidak bisa tidak merasa penasaran dengan reaksi Brian.

Brian mengangguk, "Iya, enak." Jawabannya singkat, tapi Qilla bisa melihat kepuasan di matanya.

1
kalea rizuky
orang kaya pasti demi harta biar g kemanaa tuh makanya di jodoin sedari kecil hadeh pak buk egois demi harta anak di korban kan meski akhirnya cinta klo enggak apa gk hancur masa depan anak katanya orang kaya tp kayak orang desa aja kelakuan
kalea rizuky
panass
kalea rizuky
koo ortunya ijinin anak nya nikah muda pdhl orang kaya knp thor
kalea rizuky
meleleh ya qil/Curse//Curse/
kalea rizuky
jd mereka uda nikah g ada flashback nya apa thor
wait, what?
yah, belum lanjut kah? :(
wait, what?
Ditunggu lanjutannya yaa kak
wait, what?
rekomendasi banget sih untuk kalian baca, seruu banget
wait, what?
seruuuu banget, aku sangat suka sama cerita nya. Ditunggu kelanjutannya
Shoot2Kill
Thor, jangan bikin kami tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutannya 😂
Shion Fujino
Menyentuh
Mabel
Wah, cerita ini anjreng banget! Pengen baca lagi dan lagi!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!