"Entahlah...aku harus berbuat apa dengan pernikahanku? Katanya cinta setengah mati, tapi kenyataannya cinta kita seolah akan mati. Aku tidak merasakan kehangatan yang semestinya. Aku lelah mengemis suamiku. Aku lelah..."
"Bantu aku untuk meraih jawaban untuk masa depan yang mesti kita lakukan. Aku tidak meminta banyak. Hanya ingin dibelai sayang sebagaimana sewajarnya seorang suami pada istri. Aku hanya butuh kamu sebagai teman berbicara ketika aku berkeluh kesah. Dan satu hal lagi yang membuatku jatuh sebagai martabat seorang istri, aku jarang disentuh." Seorang perempuan dengan kulit bersih kini memerah karena sejak sujud dia tergugu menangis. Dia hanya mampu berkeluh kesah pada sang Khalik di setiap sujudnya atas kondisi pernikahan yang sedang dijalaninya sekarang. Ya... sebagai manusia biasa dia pun kini merasa di titik terlemahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teti Kurniawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagai buah simalakama
"Lalu kenapa mama mempermasalahkan pernikahanku?" Pertanyaan Arsel semakin membuat dada Raisya agak sesak.
"Mama perlu tahu Arsel. Pernikahan itu bukan mainan yang bisa dilakukan dengan seenaknya. Mama sebagai orang tua kamu akan ikut berdosa jika kamu tidak benar dalam bertindak mengambil keputusan. Bukan masalah antara kamu dan Rey. Kalau kamu sunguh-sungguh, dan keluarga Zahira benar sungguh-sungguh mama tidak akan melarang pernikahan kalian. Masalah mama harus meluruskan dulu bersama keluarga Zahira. Jangan sampai pernikahan ini hanya diatas kertas. Kamu harus siap seandainya keluarga Zahira akan memutuskan kamu Arsel. Mama ingin yang terbaik untuk kamu. Kalau kamu mempunyai perempuan yang kamu cintai, sebaiknya lepaskan Zahira." Ucap Raisya menasehati Arsel.
"Aku mencintainya kok." Entah kenapa dengan mudahnya Arsel mengumbar kata cinta padahal bertemu dengan Zahira pun baru-baru ini. Bahkan keduanya pun masih asing satu sama lainnya.
Cinta? Hah..
Zahira hanya mendengus dalam hati mendengarkan Arsel mengucapkan kata cnta. Meski secara fisik Arsel adalah laki-laki tampan dan secara finansial pun menjanjikan. Tapi semua itu tidak membuat Zahira cepat jatuh cinta.
"Iya mama mengerti. Sekarang mama mau tanya sekali lagi, kamu denger kan barusan anak saya mencintai kamu? Apakah kamu juga mencintainya?" Tanya Raisya sunguh-sungguh. Dia tidak mau Arsel menyesal dan mengemis cinta pada perempuan yang sekarang sudah dinikahinya meski hanya sebatas di atas kertas.
Zahira menggelengkan kepalanya.
"Kamu lihat kan? Dia tidak mencintai kamu. Kamu harus melepaskannya. Meski mama sekarang datang pada orang tuanya, tapi kalau anaknya tidak mencintai kamu, semuanya percuma Arsel." Ucap Raisya ingin menyadarkan sikap Arsel. Raisya merasa Arsel seperti memaksakan hatinya juga kehendaknya untuk memaksa Zahira menjadi miliknya. Menurutnya itu bukan cinta, tapi sebuah obsesi ingin memiliki.
Arsel menatap tajam pada Zahira yang sudah berani merendahkan dirinya, apalagi di hadapan ibunya. Harga dirinya seperti dijatuhkan oleh perempuan di depannya itu.
"Baik. Jika itu yang mama dan kamu inginkan. Maka aku akan mengajukan tuntutan atas nama ayahmu yang telah mengkorupsi uang perusahaan." Ucap Arsel mengeluarkan kelemahan Zahira.
Raisya mengerutkan dahi.
"Apa maksunu?" Raisya yang tidak tahu menahu tentang keluarga Zahira dan siapa sebenarnya mereka semakin penasaran.
"Ayahnya bekerja di perusahaan keluarga Alberto sebagai kepala keuangan. Dan baru-baru ini ditemukan bukti bahwa ayahnya sudah menggelapkan uang perusahaan. Dan itu tidak sedikit. Makanya aku datang ke rumah sakit ingin bertemu dan memastikannya. Tapi setelah aku melihat dan mendengarkan penyakitnya aku terenyuh ingin membantunya. Selain ingin membantu aku juga menyukainya. Apa salah aku ingin menolongnya padahal ayahnya sendiri telah berbuat curang di perusahaan? Lalu kurang apa aku padamu hah? Kurang baik? Iya? Lalu sekarang kamu seenaknya bilang tidak mencintaiku. Baik.. kita lihat saja nanti." Ucap Arsel dengan muka merah padam menahan marah pada Zahira.
"Memaafkan saya.. pak Arsel. Saya tidak bermaksud begitu. Kalau ayah saya benar salah, mari kita buktikan. Dan masalah pernikahan ini bapak sendiri yang menawarkan diri. Saya mohon maaf.. jika bapak ingin mengajukan gugatan karena abi saya dianggap salah silahkan. Tapi masalah pernikahan ini tolong dipikirkan kembali! Karena awalnya kan saya setuju hanya sebatas memenuhi keinginan abi." Zahira sama-sama tidak mau mengalah dan tidak ingin semua dimanfaatkan demi kepentingan Arsel. Karena Zahira pun tidak mempercayai apa yang dikatakan Arsel. sepenuhnya. Masa iya baru ketemu langsung menyatakan cinta. Justru setelah tahu hubungan Arsel dan Reymon bersaudara Zahira jadi mencurigai niat tidak baik dalam hati Arsel.
"Sudahlah! Untuk sementara waktu kamu lepaskan dia. Sebaiknya semuanya dikembalikan pada asalnya. Kamu batalkan pernikahannya! Dan masalah perusahaan, biarlah perusahaan yang melakukan!" Ucap Raisya ingin menyelesaikan masalah pernikahan Arsel.
"Dan mama nanti akan datang kepada orang tuanya untuk mengembalikan Zahira baik-baik. Dan jika ada masalah keuangan yang kamu keluarkan, nanti mama ganti semuanya." Jawab Raisya sambil melihat Arsel.
"Mama tidak adil. Mama hanya bertindak hal ini karena Reymon kan? Baik. Aku akan lakukan sesuai dengan keinginan mama. Dan mama jangan harap mulai sekarang aku akan kembali pada mama." Arsel berdiri sambil hatinya yang sakit. Lalu pergi meninggalkan kamar yang ditempati Raisya.
"Arsel.. Arsel... " Panggil Raisya sambil memegang kepalanya. Raisya berusaha turun dari ranjang tapi badannya malah limbung.
"Tante.. " Zahira langsung menahan tubuh Raisya.
Arsel teus pergi meski Raisya memangil-manggil. namanya.
Arsel pergi dengan membawa kemarahannya.
"Ya ampun.. aku harus bagaimana lagi?" Raisya tertunduk sambil menutup wajahnya.
"Tante tenang! Jangan banyak pikiran! Mungkin pak Arsel butuh waktu untuk berpikir. Kita tidak bisa terus menekannya." Ucap Zahira sambil. mengusap punggung Raisya.
"Mmm.. " Jawab Raisya mengiyakan.
"Sebaiknya tante istirahat dulu saja! Biarkan saya menemani tante dulu disini." Zahira tak bisa meninggalkan Raisya sendirian di apartemen meski itu milik anaknya. Khawatir jika ada apa-apa dengan Raisya.
"Tak apa-apa. Aku bisa pulang sendiri. Kamu Pulanglah! Jangan khawatirkan tante!" Ucap Raisya tak mau merepotkan Zahira.
"Tapi.. tante.. " Zahira tak bisa memenuhi keinginan Raisya, apalagi dalam keadaan seperti ini.
"Tak apa. Masih ada anak tante yang lain dan sopir yang akan menjemput tante kesini. Pulanglah kamu dengan aman! Jangan pikirkan tentang tante. Nanti setelah semuanya baik tante akan menemui orang tua kamu." Jawab Raisya memberi penjelasan pada Zahira.
"Baiklah kalau begitu. Saya akan memenuhi keinginan tante meski saya tidak tega meninggalkan tante sendirian di sini." Zahira benar-benar tidak tega meninggalkan Raisya dalam keadaan seperti itu.
"Jangan khawatir! Tante bisa jaga diri. Lagian ini ada di apartemen anak tante. Dia pasti akan kembali kok." Ucap Raisya tersenyum.
"Baiklah tante saya pergi dulu! Assalamu'alaikum." Zahira mengambil telapak tangan Raisya untuk salam. Lalu pergi dari kamar itu untuk meninggalkan apartemen Arsel.
