NovelToon NovelToon
Kimi'S Destiny

Kimi'S Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Bad Boy / Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Mafia / Cintapertama / Playboy
Popularitas:521
Nilai: 5
Nama Author: V3a_Nst

Hidup dengan berbagai peristiwa pahit sudah menjadi teman hidup bagi seorang wanita muda berusia 22 tahun ini, Ya ini lah aku Kimi Kimura..
Dari sekian banyak kilasan hidup, hanya satu hal yg aku sadari sedari aku baru menginjak usia remaja, itu adalah bentuk paras wajah yg sama sekali tidak ada kemiripan dengan dua orang yg selama ini aku ketahui adalah orang tua kandungku, mereka adalah Bapak Jimi dan juga Ibu Sumi.
Pernah aku bertanya, namun ibu menjawab karena aku istimewa, maka dari itu aku di berikan paras yg cantik dan menawan. Perlu di ingat Ibu dan juga Bapak tidaklah jelek, namun hanya saja tidak mirip dengan ku yg lebih condong berparas keturunan jepang.
Bisa di lihat dari nama belakangku, banyak sekali aku mendengar Kimura adalah marga dari keturunan jepang. Namun lagi-lagi kedua orangtua ku selalu berkilah akan hal tersebut.
Sangat berbanding terbalik dengan latar belakang Bapak yg berketurunan jawa, begitu pula dengan Ibuku.
seperti apakah kisah hidupku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V3a_Nst, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18 - Diterima

***

Sedangkan di luar kamar mandi. Dada William seakan sedang menggedor paksa pemilik raga. Jantungnya masih berdentum keras. Ia memejamkan mata untuk mengulang kembali apa yg beberapa detik lalu ia tatap tanpa berkedip. Ia nikmati tiap lekuk tubuh sang wanita pujaan.

"Hhsssttt...." Desis William menahan gejolak dalam dada. Ingin rasanya ia kembali mendorong pintu membuka dan mengajak sang wanita bergelut dalam gairah dunia. Namun hal itu berulang kali ia tepis dengan kasar. Ia tidak ingin Kimi pergi menjauhi dirinya, karena tindak bodoh sesaat menuruti nafsu binatang. Melesat keluar dari kamar mandi adalah pilihan terbaik saat ini. Dengan perasaan campur aduk, William memilih menyiapkan kembali menu sarapan yg sempat tertunda akibat jeritan pertama Kimi.

***

Drrtt..drrtt..

Getaran yg berasal dari benda pintar milik William bergerak perlahan di atas meja. Atensi William teralihkan dari roti panggang diatas tangan menjadi keponsel diatas meja.

'Daddy'

Yg tertera dilayar adalah James sang ayah tercinta. Ia percepat gerakan mempersiapkan sarapan bersama lalu sedikit berlari menuju ponsel.

"Hallo Daddy.."

"Hallo nak, kenapa tidak kekantor?" Jawab James tenang didalam panggilan.

William terdiam sejenak. Ia berpikir apakah kata yg pas untuk menjawab pertanyaan sang ayah.

"Aku di apartemen Daddy, disini ada Kimi."

William memilih berkata jujur saja, walau di seberang panggilan sempat terlonjak akibat ada nama Kimi yg disebut sang putra. Mengingat belum ada satu pun wanita yg pernah berkunjung selain istri tercintanya saja. Wajar ia terkejut mendengar hal tersebut.

"Okay, jangan macam-macam Willy."

Tut!

Panggilan langsung diputus James setelah petuah singkat di ucapkan. William menarik ujung bibir teringat langsung pada moment dimana ia sedang menahan sekuat tenaga hasrat diri pada Kimi. Melihat layar ponsel sudah kembali pada layar awal. Dirinya segera meletakkan kembali benda pintar tersebut.

Ceklek...

Pintu kamar utama William terbuka perlahan. Atensi William tertuju langsung pada langkah malu-malu Kimi. Ia tersenyum manis. Ingin menghampiri tetapi tidak jadi, mengingat Kimi sudah hampir dekat pada dirinya. Jadilah ia hanya menarik kursi meja makan, agar Kimi langsung duduk tanpa hambatan.

Mata yg sempat melihat isi dalam tubuh Kimi, spontan membayang di benak William. Ia menggelengkan kepala dengan cepat untuk sekedar menghilangkan pikiran mesum dirinya.

"Silahkan.."

"Emm.. t-terimakasih Liam."

Kimi masih tidak berani menatap William, ia hanya menunduk dan memilih mengikuti saja apa yg sudah disiapkan oleh si empu apartemen.

"Kamu suka ini tidak? Aku buatkan roti panggang isi selai serikaya."

"S-suka."

William tersenyum melihat kegugupan Kimi. Tanpa di minta, William memotongkan roti tersebut dan langsung berniat menyuapi sang wanita gugup. Kimi terkesiap, ia sontak memegang kedua tangan William mencegah pria itu.

"T-tidak perlu Liam, aku bi-bisa sendiri."

Kembali terkekeh, William membiarkan apa yg menjadi keinginan sang wanita.

Hening. Suasana kembali hening, yg terdengar hanya suara adu denting alat makan yg mereka gunakan.

***

Sarapan telah selesai, kini Kimi sedang memaksa William untuk membantunya membersihkan alat makan yg mereka gunakan sebelumnya.

"Aku bisa Kimi.. aku bukan anak manja." Ucap William sambil menyabuni piring.

Kimi tida peduli, ia tetap berada di samping William ingin terus mengambil peran pria itu. Namun tentu saja itu adalah perbuatan sia-sia, mengingat tangan William lebih panjang dari sang wanita. Jadilah Kimi pasrah saja sambil terkekeh di samping William. Dalam hati ia berkata takjub pada pria tampan di sebelahnya ini. Ia tidak menyangka William bisa mandiri walau hidup dalam gelimangan harta.

"Kenapa? Semakin kagum denganku?"

"Cih! terlalu percaya diri." Jawab Kimi mengelak, ia menahan senyum yg ingin merekah lebih lebar. William tergelak, wajah Kimi seperti itu semakin tampak menggemaskan dilihat olehnya.

"Oh iya.. ponselku dimana ya Liam. Kemarin diklub aku tidak membawanya." Ingat Kimi kemudian panik.

"Sudah dibawakan Alex, mungkin waktu datang tadi, dia ingin mengembalikan tas kamu. Itu ada disana." Jawaban William yg kembali menimbulkan semburat merah di pipi Kimi. Hal itu terjadi karena selintas adegan didalam kamar terulang kembali. Dengan segera Ia membalikkan badan menuju tempat yg di tunjukkan William.

Membuka tas miliknya, disana ada ponsel dengan daya yg sudah habis total.

"Yah, habis baterai." Keluhnya sembari mencari tempat pengisi daya yg bisa ia gunakan.

"Di balik televisi ada Kim, coba saja dilihat."

Kimi menoleh cepat ke arah pria itu, William masih sibuk dengan piring kotornya, tetapi kenapa dia bisa tahu niat Kimi yg ingin mengecas daya ponsel.

Kimi menoleh sekeliling ruangan, ia mengira pasti ada cctv yg beredar disini. Setelah melihat kesegala penjuru tidak ada satu pun yg ia temukan. Bulu kuduknya merinding dan langsung memilih berlari menuju televisi.

William terkikik pelan. Sungguh apapun tingkah laku Kimi selalu menggemaskan bagi nya.

***

William telah selesai dengan urusannya, sekarang tujuan nya mencari Kimi.

"Kim.."

"Ya?"

"Sudah bisa mengisi dayanya?"

"O-oh sudah."

William menggangguk lalu menghampiri sang wanita. Ia menarik tangan Kimi yg jarinya sibuk pada layar ponsel.

"Ehh..."

"Tidak boleh digunakan saat di cas, bahaya."

Kimi ingin memprotes namun setelahnya pasrah karena berpikir ada benarnya apa yg dikatakan William. Ia mengikuti arah kemana William membawanya duduk. Setelah dua benda kenyal di belakang Kimi mendarat nyaman di atas sofa empuk. William menatap Kimi dalam.

"A-ada apa?"

"Bagaimana kabar kamu?" Pertanyaan William yg baru bisa ia layangkan setelah berbagai kejadian terjadi pada keduanya. Ia bertanya sembari menatap penuh... Arti.

Kembali keduanya merasakan detak jantung yg lebih cepat. Sama-sama melakukan hela napas, keduanya spontan tertawa bersama.

"Aku baik Liam. Kamu bagaimana kabarnya?"

William tersenyum. "Aku baru saja membaik, setelah melewati hampir dua bulan lamanya...."

"Dua bulan kamu kenapa?" Heran Kimi karena William tidak meneruskan kalimatnya.

"Aku... Aku terpuruk Kim. Penolakan kamu, benar-benar membuatku sakit." Tunjuk William pada hatinya.

Kimi terkejut. Sedangkan William menatap lirih. Namun hal itu hanya sesaat, karena setelahnya William kembali tersenyum hangat pada Kimi. Ia raih jemari sang wanita pujaan. Ia kecup sebentar lalu kembali menatap mata bundar yg selalu menjadi kesukaannya sejak awal.

Hati Kimi semakin berdebar tidak menentu, ia bisa saja menepis perbuatan William. Akan tetapi lagi dan lagi dirinya hanya bisa membeku. Apakah ini artinya diri sudah bisa membuka hati untuk seorang William Anderson? Entahlah.

"Kita bertemu lagi itu juga takdir Kim. Disaat aku sudah mulai bangkit dari keterpurukan, kamu hadir sebagai jawaban atas apa yg aku pikirkan sebelum aku bangkit."

Dahi Kimi mengernyit. Ia ingin bertanya apakah gerangan. Tetapi lidah terlalu kelu untuk berucap.

"Ya, aku bangkit karena berpikir akan memperjuangkan kamu lagi." Lanjut William seperti mengerti apa yg ingin ditanyakan oleh Kimi.

Yg dilakukan William hanya terus menatap dalam penuh cinta, akan tetapi Kimi sudah merasa seperti sedang disetubuhi saja. Ia terengah dan detakan jantungnya semakin meningkat saat mendengar pengakuan frontal dari William.

Dengarlah, William tidak pernah jatuh cinta dan dekat pada wanita mana pun sebelum ini, maka basa basi tidak ada dalam kamusnya.

"Kamu mau aku perjuangkan?" Lanjut William terus memimpin percakapan. Kimi membeku beberapa saat lalu setelahnya ia hanya mampu mengangguk. Setelah ia melakukan itu Kimi malah terkejut atas apa yg baru saja ia lakukan. Itu kan berarti....

"YES! YES! kamu menerimaku kan? MOMMY! DADDY! AKU DI TERIMA KIMI!!"

"What's?!" Ucap Kimi pelan, ia menepuk dahi sembari menutup mata menarik napas dalam. Berpikir apakah ia salah dalam memberi jawaban, tetapi sudahlah. Itu semua pun terjadi atas dasar naluri hati dan pikirannya sendiri. Berkata juga dalam hati ia juga sudah mulai menyukai William.

***

BERSAMBUNG

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!