Novel ini menceritakan tentang kisah anak Satria dan Dinda, yang bernama Ratu. Jika berkenan bisa baca novel sebelum nya " Suami yang di anggap miskin". Tidak baca juga tidak apa-apa, langsung baca novel ini saja juga bisa.
Ratu adalah anak dari Pemilik perusahaan STR Group, demi mendapatkan pasangan hidup yang tulus, dia menyembunyikan identitasnya. Pada umur 22 tahun dan sudah menyandang S1 nya, dia menikah dengan lelaki yang bernama Arya Herlambang berusia 27 tahun.
Kedua orang ini awalnya sangat harmonis, namun kehidupan pernikahan yang diharapkan Ratu tidak terwujud, hampir semua keluarga suaminya menganggap dia tidak pantas menjadi istri Arya.
Kehidupan yang serba kekurangan membuat Ratu harus menerima tudingan dan keluhan dari keluarga suaminya, namun bagaimana ceritanya jika mereka mengetahui bahwa perusahaan tempat suami dan kakak iparnya bekerja ternyata milik ayah Ratu?
Apakah sikap mereka yang tidak bersahabat akan berubah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhewy R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masakan Ratu
.
.
.
💕 HAPPY READING 💕
Malam hari di rumah pak Karim, makanan enak sudah terhidang. Ada opor ayam, udang balado dan ikan goreng. Semua makanan itu di masak oleh ibu Marni dengan memakai uang yang diberikan oleh Serli. Semuanya berkumpul dan makan dengan lahabnya terkecuali Serli. Serli terlihat lebih murung dan tidak banyak bicara, makanannya pun utuh belum tersentuh.
" Serli kenapa kamu tidak makan?." Tanya pak Santo.
" Serli itu tidak enak badan pak, dia asam lambungya kumat. Makanya dia tidak nafsu makan."Jawab ibu Marni dengan mulut penuh makanan.
" Hahh.. Kalau tahu Serli asam lambungnya naik kenapa ibu masak santan dan pedas begini. Seharusnya ibu itu masakin Serli bubur, sayur sop biar perutnya hangat. Makanan berkuah tapi yang tidak pedas bu. Ini opor walaupun tidak pedas tapi dia santan, udang juga pedas."Seru pak Santo memprotes sang istri yang seolah tidak peduli dengan kesehatan anaknya.
Haaahhhh !!
Ibu Marni pun baru ingat kenapa tadi dia memasak menu yang tidak bisa dimakan Serli. Yang dikatakan suaminya ada benarnya juga, jika Serli tidak bisa makan makanan yang terhidang dimeja.
" Maaf kan ibu ya, Serli. Tadi ibu benar-benar lupa, ya sudah kamu makan pakai ikan gorengnya saja ya. Besok pagi ibu buatkan kamu bubur."Ucap ibu Marni merasa sangat bersalah sudah mengabaikan anak gadisnya.
" Masakan ibu tidak enak, masih enakan masakan mbak Ratu. Balado kentangnya saja asin, terus opor ayamnya juga rasanya sedikit keasinan. Semuanya serba asin, ibu ini kalau masak bagaimana sih? Padahal tadi siang sudah memberi ibu uang untuk masak enak. Kalau begini Serli jadi kangen masakan mbak Ratu."Seru Serli dengan wajah cemberut.
Masakan ibu Marni memang dimulut mereka terasa asin, bukan hanya Serli yang merasakannya. Ibu Marni memang tidak pandai memasak, dia bisa memasak hanya ala kadarnya. Selama 6 bulan ini lidah mereka dimanjakan dengan masakan Ratu, dan setelah Ratu pindah lidah kembali ke setelab pabrik.
" Sudah makan saja sih, ibu memang tidak pandai memasak. Kalau kamu mau makan masakan Ratu, besok kita kesana saja dan makan disana kebetulan besok juga sudah waktunya Arya memberi ibu uang bulanan."Ucap Ibu Marni dengan santainya.
" Bu, jangan pernah mengganggu rumah tangga Arya dan Ratu lagi. Arya tidak wajib menafkahi kamu, masih ada bapak yang sanggup menafkahi ibu dan Serli. Disini juga ada Bima, dia juga bisa membantu untuk kebutuhan rumah, dia juga tinggal disini. Untuk kuliah Serli bapak juga akan usahakan, jangan pernah mengganggu Arya lagi."Peringatan tegas dari pak Santo untuk istrinya.
" Mas Arya itu sudah tidak mau membayar uang kuliah Serli lagi pak. Jika sampai minggu ini tidak di bayar, Serli tidak mau kekampus dulu. Serli malu sama dosen dan teman-teman Serli. "Ucap Serli merasa dirinya harus di utamakan.
Tanpa sepengetahuan orang tuanya, sudah 3 bulan Serli tidak masuk kuliah. Serli lebih suka menghabiskan waktunya di hotel bersama teman prianya dan tentunya menghasilkan uang yang cukup lumayan. Tanpa susah-susah bekerja dia sudah bisa mendapatkan uang, hanya modal memberikan servise terbaiknya saja.
" Bapak ini bagaimana sih? Arya kan dulu kan pernah janji kalau dia mau biayain kuliah Serli sampai selesai. Apalagi sekarang dia ini sudah direktur dan gajinya berlipat-lipat ganda. Sangguplah biayain Serli sampai lulus kuliah. Soal uang Bima tidak bisa di ganggu gugat, itu untuk beli rumah."Ucap ibu Marni tetap membela anak kesayangannya.
" Sudah lanjutkan makan kalian, aku mau masuk kamar. Aku sudah mengantuk."Seru Serli lalu meninggalkan meja makan begitu saja.
Yang lainnya melanjutkan makan malam mereka tanpa ada yang berbicara lagi. Mereka sibuk dengan makanan mereka masing-masing. Selesai makan malam, dengan terpaksa Rani membantu ibu Marni mencuci piring sebab pak Santo yang menyuruhnya langsung.
" Bu, mulai besok Rani sudah tidak bekerja lagi."Ucap Rani sambil mengelap piring yang basah.
" Loh kenapa?." Tanya ibu Marni dengan wajah keheranan.
" Emm.. Rani sudah memutuskan ingin program hamil bu. Jadi Rani memilih berhenti bekerja saja agar tidak kelelahan. Rani juga sudah membicarakan masalah ini sama mas Bima dan mas Bima menyetujuinya "Ucap Rani dengan berbohong.
Tidak mungkin dia akan mengatakan yang sejujurnya jika dia berhenti bekerja karena di pecat. Agar ibu mertuanya tetap menyayanginya, akhirnya dia beralasan berhenti bekerja karena ingin ikut program hamil.
" Oh kalau itu sudah menjadi keputusan kalian ya tidak apa-apa."Ucap ibu Marni.
Dikamarnya, Serli mencoba menghubungi Om Harsa namun belum juga ada jawaban. Serli tahu saat ini Om Harsa ada diluar kota untuk keperluab bisnisnya.
" Huuhhh... Bagaimana aku memberi tahu om Harsa kalau aku hamil. Dia saja sudah punya istri? Mau tidak mau dia harus menikahiku, tidak peduli menikah bawah tangan."Ucap Serli pada dirinya sendiri.
******
Seperti yang sudah di rencanakan ibu Marni semalam, ibu Marni serta anak menantunya mendatangi rumah Ratu saat jam makan siang. Mereka sengaja datang siang hari untuk sekalian meminta makan siang.
" Bu, kira-kira si Ratu itu mau tidak ya memberi uang bulanan untuk ibu?."Tanya Rani.
" Jika dia tidak mau memberikan hak ibu, ibu akan memaksanya dan ibu akan menghajarnya. Enak saja dia mau menguasai uang Arya, ibu ini juga berhak atas uang Arya.
Rani tersenyum sumringah, dia berhasil membangkitkan semangat 45 ibu mertuanya untuk memperjuangkan haknya yang dirampus Ratu. Manusia-manusia tidak punya malu, meminta sesuatu yang bukan haknya dan memintapun secara memaksa.
Mobil taksi online sudah sampai di depan gerbang rumah Ratu. Kebetulan sekali Ratu ada di pos satpam sedang mengantarkan makan siang untuk pak satpam.
" Kalian lagi, huuhhh.. Mau apa lagi kalian datang kerumah ku? Mau bikin ulah dan masalah lagi? Jika cuma untuk bikin ulah lebih baik kalian pulang saja."Seru Ratu menyambut tidak suka kedatangan keluarga toxic itu.
" Mbak aku lapar dan aku sangat ingin makan makanan yang dimasak mbak Ratu. Tolong izinkan aku masuk ya mbak."Seru Serli sambil mengatubkan kedua tangannya.
Ratu langsung memandang aneh kearah Serli, tumben sekali Serli bicara dengan baik dan sopan. Biasanya dia juga akan bicara kasar dan mencela Ratu dimana saja bertemu.
* Ada apa dengan Serli? Seperti ada yang aneh dengan Serli. Kok wajahnya memelas sekali ya, segitu inginnya dia makan makanan yang aku masak? Apa jangan-jangan apa yang aku takutkan terjadi juga? Tidak, tidak.. Aku tidak boleh berburuk sangka dulu. Sama saja aku memfitnah Serli.* Gumam Ratu dalam hati.
" Hai Ratu !! Kenapa kamu bengong saja, cepat suruh satpam buka gerbangnya kami mau masuk. Lihat ini panasnya juga sudah terik, sengaja mau membuat kami mati kekeringan disini."Seru ibu Marni bicara tidak ada pelannya sama sekali.
" Iya nih,cepatan buka. Kulitku yang putih mulus ini nanti jadi hitam karena terpapar sinar matahari. Perawatannya mahal loh, memangnya kamu yang tidak pernah perawatan makanya kamu buluk begitu. "Ucap Rani ikut berkomentar.
Hhhuufffftt
Tidak tahu kenapa kali ini Ratu terlihat kasihan dengan Serli. Dia pun meminta satpam untuk membuka pintu gerbang itu lantaran dia memang kasihan dengan Serli.
*********