NovelToon NovelToon
Verrint

Verrint

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nisa Fadlilah

Verrint adalah seorang gadis SMA yang bertemu kembali dengan cinta pertamanya melalui reuni bernama Izan. Tetapi Verrint tidak bisa bersama karena pria yang dia sukai telah mempunyai pacar. Verrint tiba-tiba menjadi teman baik dari pacar Izan. Agar menghindari kecurigaan, Verrint pura-pura pacaran dengan sahabatanya Dewo.
Akhirnya paca Izan tau jika Verrint dan Izan saling mencintai. Pacar Izan kecelakaan lalu meninggal. Izan menghilang, Dewo dan Verrint akhirnya resmi pacaran. Tiba-tiba Izan kembali dan mengutarakan isi hatinya pada Verrint.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa Fadlilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18

Di dalam basemane sebuah mall terlihat sebuah mobil yang sedang berputar-putar disana untuk mencari tempat parkir. Setelah beberapa kali mengelilingi basemane itu akhirnya mobil tersebut pun mandapatkan tempat parkir untuk mobilnya. Tak lama terlihat empat orang remaja keluar dari dalam mobil tersebut. Mereka adalah Verrint, Izan, Mia dan Dewo. Kemudian mereka berempat berjalan memasuki sebuah lift yang tidak jauh dari mobil mereka.

    Verrint, Izan, Mia dan Dewo menuju ke lantai paling atas dari mall itu. Sepertinya mereka berniat untuk nonton bioskop. Yah… apa lagi yang dilakukan pasangan kekasih bila ke mall selain nonton bioskop. Apalagi saat ini perfilman Indonesia sedang subur-suburnya. Tentu saja mereka tidak akan melewatkan film-film itu. Terutama Verrint, dia memang hobby sekali dengan yang namanya nonton. Hampir semua film dia tonton, dari film komedi, horror sampai film kolosal pasti Verrint tonton.

    Di bioskop mall ini sedang ada sebuah film horror yang gossip-gosipnya sih serem banget dan sepertinya Verrint, Izan, Mia dan Dewo berniat menonton film itu. Setelah melihat poster film horror itu, adrenalin Verrint pun memuncak dan penasaran ingin menonton film itu. “Eh, kita nonton film ini aja yah!” ucap Verrint memberi usul.

    “Film horror, enggak ah. Gue paling gak bisa nonton film horror.” Ucap Mia.

    “Yah… padahal seru banget loh Mi.” balas Verrint.

    “Tapi gue gak berani.” Jawab Mia lagi.

    “Ya udah lo nontonnya di ketek Izan aja. Jadi gak takut.” Sambar Dewo.

    “Ya udah deh gue ngalah.” Ucap Mia.

    “Ya udah biar gue beli tiketnya.” Ucap Izan sambil pergi ke loket bioskop.

    “Eh, gue ke toilet dulu yah!” ucap Dewo.

    “Oh iya, Wo.” Jawab Verrint.

    Mia dan Verrint pun kemudian duduk di bangku yang tersedia disana. Wajah Verrint terlihat tidak senang dengan keadaan yang terjadi. Berbeda dengan Mia yang sejak tadi terlihat senang. Mungkin kesenangan yang Mia rasakan karena merasa puas oleh Verrint yang ternyata mau menuruti keinginannya. “Rint, elo udah berapa lama pacaran sama Dewo?” Tanya Mia memecah lamunan.

    “Euh… e… kira-kira sebulan gitu.” Jawab Verrint sekenanya.

    “Kok ragu gitu sih, emangnya lo lupa kapan jadiannya?”

    “Gak juga, emang baru sebulan kok.”

    “Oh…”

    “Nih tiketnya.” Ucap Izan yang tiba-tiba muncul mengagetkan Verrint dan Mia.

    “Film jam berapa nih?” Tanya Mia sambil mengambil tiket itu.

    “ Jam setengah tujuh.” Jawab Izan cuek.

    “Masih lama dong.” Ucap Mia manja.

    Izan hanya menganggukkan kepalanya. “Dewo mana, Rint?” Tanya Izan.

    “Hah… Dewo, oh… ke toilet.” Jawab Verrint kaget. “Tuh dia.” Tunjuk Verrint kemudian setelah ia melihat Dewo berjalan kearah mereka.

    “Nonton jam berapa kita?” Tanya Dewo antusias.

    “Setengah tujuh.” Jawab Izan.

    “Bisa makan dulu dong.” Ucap Dewo memegang perutnya. “Gue laper nih.” Sambungnya.

    “Ya udah, kita makan dulu aja!” ucap Izan mengomandoi.

    Mereka kemudian beranjak dari bioskop menuju ke restoran cepat saji yang berada di lantai dasar mall ini. Mereka berjalan memasuki restoran cepat saji itu. Kali ini Dewo bertugas memesan makanan. “Mau pada makan apa nih?” Tanya Dewo.

    “Gue paket yang nomer tiga itu deh.” Ucap Mia.

    “Kalian?” Tanya Dewo pada Verrint dan Izan.

    “Spageti.” Ucap Verrint dan Izan berbarengan.

    Dewo pun diam sejenak karena kekompakan Verrint dan Izan. “Kalian kompak banget, hehe…” ucap Dewo. “Oke, tunggu bentar yah!” ucap Dewo sambil berjalan menuju tempat pemesanan makanan.

    “Dari tadi kalian kompak banget sih.” Ucap Mia memecah keheningan. “Tadi baju kompakan, sekarang pesen makanan juga kompak.” Sambung Mia.

    “Cuma kebetulan aja kali Mi.” jawab Verrint membela diri. “Eh, gue bantuin Dewo dulu yah. Kasian dia sendiri.” Sambung Verrint melarikan diri.

    Izan sejak tadi hanya diam, dia tidak banyak bicara dari semenjak berada di rumah Verrint. Mungkin Izan merasakan sesuatu dalam hatinya yang menyebabkan dia tidak banyak bicara. Berbeda dengan Mia yang sejak tadi nyerocos terus kayak bebek. Yah… namanya juga cewek cerewet, yah pasti ngomong terus. “Irrint setia banget yah Zan.” Ucap Mia membuyarkan lamunan Izan. “Dia gak tega liat cowoknya kerepotan.” Sambungnya.

    “Iya, gak kayak lo bisanya Cuma ngerepotin doang.” Samber Izan tajam.

    Mendengar ucapan Izan tadi Mia pun langsung manyun (bahasa sunda dari mulut monyong). “Kamu kok gitu banget sih.” Ucap Mia. “Aku tuh nyindir kamu tau gak. Bukannya nyadar malah mojokin aku.” Sambungnya.

    “Gue gak ngerasa kesindir tuh.” Jawab Izan seenaknya.

    “Iiih… nyebelin.” Ucap Mia kesal.

    “Makanan dateng…” sahut Dewo melepas ketegangan dan kemudian duduk di tempatnya.

    Begitu pula dengan Verrint, setelah ia meletakkan makanan yang dia bawa dia langsung duduk di sebelah Dewo dan di hadapan Izan. Dewo yang sejak tadi sudah kelaparan langsung melahap makanannya. Begitu pula dengan Mia, dia juga telah mulai memakan makanannya. Disusul oleh Verrint yang telah mulai mengaduk saos yang berada di atas spagetinya. Berbeda dengan Izan, dia belum menyentuh spagetinya. Dia malah menatap tajam Verrint yang ada di hadapannya. Entah apa maksud dari tatapan Izan itu, yang tahu hanya dirinya sendiri.

    Tanpa disengaja mata Verrint melihat ke arah Izan. Tapi Verrint dikagetkan dengan mata Izan yang menatapnya tajam. Kemudian Verrint langsung memalingkan wajahnya dari wajah Izan. Tak lama kemudian Izan pun mulai meraih makanannya dan mulai memakan spageti yang hampir dingin itu.

    Tak terasa makanan yang ada di hadapan mereka pun telah lenyap. Dewo yang makan paling awal tentu saja menghabiskan makanannya paling awal pula. Di susul oleh Izan, walaupun dia makan paling belakangan tapi dia makan dengan cepat sampai tak terasa kalau spagetinya telah lenyap.

    “Aku ke toilet dulu yah!” ucap Verrint menyalip obrolan mereka. Ucapan Verrint itu pun di jawab dengan anggukan Mia dan Dewo. Tapi Izan hanya bersikap acuh tak acuh, tapi matanya tetap memandang tajam pada Verrint yang telah berjalan menuju toilet.

    Tangan Verrint mendorong sebuah gagang pintu. Di pintu itu tertulis tulisan toilet dan tertera gambar seorang wanita. Verrint kemudian memasuki pintu itu, kemudian berjalan menuju sebuah ruangan kecil dan kemudian menutup pintunya. Tak lama Verrint pun keluar dari ruangan kecil itu lalu berjalan mendekati wastafel untuk mencuci tangannya dan bercermin sejenak.

    Verrint kemudian beranjak dari dalam toilet itu dan bergegas meninggalkannya. Pada saat Verrint keluar dari toilet itu dan menutup pintunya, setelah Verrint membalikkan tubuhnya secara tidak sengaja Verrint menabrak tubuh seseorang dan Verrint hampir jatuh tersungkur. Sebelum sempat Verrint jatuh, dengan sigap orang itu meraih pinggang Verrint dan menariknya agar Verrint tidak terjatuh. Tubuh Verrint di tarik oleh orang itu sampai tubuhnya menempel dengan tubuh orang itu secara tidak sengaja. “Kamu gak pa-pa?” ucap orang itu.

    “Aku gak pa-pa kok Zan, makasih.” Jawab Verrint pada orang itu yang ternyata adalah Izan.

    “Eh, sorry.” Ucap Izan sambil melepas rangkulannya yang menyebabkan tubuh mereka menempel.

    Mereka berdua tertunduk malu oleh perbuatan mereka sendiri. Keduanya menjadi salah tingkah karena itu. “Ehm… aku duluan Zan!” ucap Verrint memecah keheningan dan kemudian berjalan pelan meninggalkan Izan.

    “Rint.” Panggil Izan.

    “Iya.” Jawab Verrint menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya kearah Izan. “Kenapa?” sambung Verrint.

    “Ehm…” ucap Izan ragu. “kamu bener jadian sama Dewo?” jawab Izan perlahan.

    “Ak… aku…” Verrint menjawab dengan ragu. “menurut kamu?” Verrint malah balik bertanya.

    “Menurut aku kamu gak jadian sama Dewo.” Ucap Izan tegas.

    Verrint pun terpaku, Verrint bingung apa yang harus dia katakan. Tebakan Izan tepat, tapi Verrint tidak mungkin mengakui semua itu. “Kalo aku gak jadian… mana mungkin aku ajak Dewo… double date sama kalian.” Jawab Verrint bersadiwara.

    “Kamu sayang sama Dewo?” pertanyaan menjebak keluar dari mulut Izan.

    “Kenapa kamu nanya kayak gitu?”

    Izan mengangkat bahunya dan sedikit menggelengkan kepalanya.

    “Yang jelas aku nyaman ada di deket Dewo.”

    “Oke…” ucap Izan tidak puas.

    Mereka pun kembali terdiam sesaat. Tak terlihat simpul kecil di bibir Verrint. “Zan, itu kamu.” Ucap Verrint sambil menunjuk  ujung bibirnya.

    “Kenapa?” Tanya Izan sambil memegang ujung bibirnya.

    Verrint kemudian mengambil selembar tisu dari saku celannya. “Sorry.” Ucap Verrint sambil mendekatkan jari tangannya yang memegang tisu ke pinggir bibir Izan untuk mengelap saus yang menempel disana.

    “Makasih.” Ucap Izan sambil memegang lengan Verrint.

    Mereka kembali berpandangan. “Makanya kalo makan jangan pake emosi.” Ucap Verrint membuyarkan pandangan mereka.

    “Maksud kamu?” Tanya Izan bingung.

    “Yang tau Cuma hati kamu, jadi tanya aja sama hati kamu.” Ucap Verrint dan kemudian pergi meninggalkan Izan seorang diri dalam kebingungan. Verrint kembali ke mejanya dan duduk di samping Dewo yang sejak tadi telah menunggunya.

    “Kok lama Rint?” Tanya Dewo.

    “Toiletnya penuh.” Jawab Verrint berbohong.

    “Kamu ketemu Izan gak di toilet?” Tanya Mia ikut nibrung.

    “Ketemu kok.” Jawab Verrint singkat sambil menganggukkan kepalanya.

    Sambil menunggu Izan yang belum kembali dari toilet, Verrint, Mia dan Dewo pun ngobrol untuk menghilangkan rasa bosan. “Izan kok lama yah di toilet?” Tanya Mia yang tidak sabar menunggu.

    “Mungkin toiletnya penuh juga kali.” Jawab Verrint.

    Tak lama Izan pun menampakkan batang hidungnya. Ia berjalan santai dari toilet menuju ke mejanya. “Yuk ah cabut!” ajak Izan tanpa salam pembuka.

    “Lama amet sih ke toiletnya?” Tanya Mia sewot. “Kamu ngapain aja, gak godain cewek di toilet kan?” sambungnya mencurigai Izan.

    “Lo tuh ngomong apa sih?” serang Izan tak kalah sewotnya. “Gue mau ngapain kek di toilet bukan urusan lo.” Sambung Izan.

    “Eh, cabut yuk. Filmnya bentar lagi mulai nih!” ajak Verrint mendinginkan suasana.

    Tanpa basa-basi Izan pun langsung pergi  meninggalkan meja mereka. Langkah Izan pun di ikuti oleh Verrint, Mia dan Dewo. Izan yang kesal berjalan seorang diri di depan tiga temannya yang lain. Sejak awal sampai ke mall ini, Izan dan Mia memang tidak terlihat harmonis. Mungkin Mia dan Izan sedang ada masalah, atau mungkin juga Izan seperti ini karena double date ini. Tapi jika Izan merasa terganggu dengan double date ini, mengapa dia bersedia ikut?

    Mia kemudian mempercepat langkahnya untuk menyusul Izan yang telah berada jauh di depannya. “Zan, tunggu dong!” panggil Mia pada Izan yang acuh pada panggilan Mia dan terus saja berjalan tanpa memerdulikan Mia. “Kamu kok ninggalin aku sih?” Tanya Mia setelah berada di dekat Izan.

    “Lelet sih lo.” Jawab Izan seenaknya.

    Mia kembali menekuk wajahnya pertanda kesal. Tapi Mia berusaha bersabar menghadapi sikap Izan yang sedang tidak karuan. Tangan kanan Mia kemudian menyalip disela-sela tangan kiri Izan dan merangkulnya dengan erat. Izan yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa pasrah dengan kelakuan Mia itu.

    Verrint yang berada tepat di belakang Izan dan Mia, merasa tidak nyaman melihat pemandangan itu. Verrint berusaha memalingkan wajahnya ke arah toko-toko yang berada dalam mall itu. Verrint berusaha menenangkan hatinya agar tidak cemburu karena melihat Izan dan Mia.

    “Mereka kenapa sih, dari tadi ribut mulu?” Tanya Dewo mengagetkan Verrint.

    Verrint hanya menggeleng dan mengangkat bahunya.

    “Pasangan yang aneh.” Celetuk Dewo. “Mending juga kita yah Rint, gak pacaran tapi akur-akur aja.” Sambungnya. Ucapan Dewo itu pun disambung dengan gelak tawa mereka berdua.

    “Pintu teater tiga telah dibuka...” akhirnya terdengar juga suara yang di tunggu-tunggu oleh Verrint, Izan, Mia dan Dewo. Mereka berempat pun langsung menuju ke studio tiga untuk menonton film yang telah mereka pilih. Kemudian mereka memasuki sebuah ruangan yang besar dan gelap dengan berbaris-baris bangku yang memenuhi gedung bioskop itu. Mia berjalan memimpin ketiga temannya menaiki anak tangga untuk menuju ke bangku mereka. Mia kemudian memasuki barisan bangku teratas di ikuti Izan lalu Verrint dan Dewo.

    Layar besar di hadapan barisan bangku itu pun akhirnya menyala dan film pun segera di mulai. Semua penonton terdiam, yang terdengar hanyalah suara dari layar besar dalam gedung itu. Ketegangan langsung terasa sejak awal di mulainya film itu. Tidak hanya sampai disitu, ketegangan pun terus menjadi-jadi. Suara teriakan-teriakan terdengar nyaring dalam gedung bioskop itu. Mia yang penakut memendam kepalanya di bahu Izan  tanpa berani menoleh sedikit pun ke arah layar dan tangan Mia pun merangkul erat lengan Izan.

    Verrint berusaha memberanikan diri untuk terus menonton film itu. Sesekali Verrint pun kaget oleh film itu. Tapi Verrint berusaha untuk tidak ikut berteriak seperti penonton lain. Tiba-tiba tangan Verrint menggenggam kuat lengan orang yang ada di sebelahnya. Verrint tidak sengaja melakukakan itu karena keget oleh adegan dalam film. “Eh, sorry.” Ucap Verrint seraya melepas genggamannya yang keras.

    “Gak pa-pa kok Rint.” Jawab Izan.

    Perasaan Verrint pun tak karuan karena malu dan tidak enak pada Izan. Verrint kemudian berusaha menahan perasaan itu dan kembali berkonsentrasi pada film. Izan dan Dewo yang sama sekali tidak merasa takut dengan film itu hanya duduk dengan tenang dan menatap terus pada film itu. Tapi konsentrasi Izan agak sedikit terganggu karena Mia yang terus saja menempelkan kepalanya pada bahu Izan.

    Suasana kembali menegang dan teriakan-teriakan pun kembali menyeruak pada gedung bioskop itu. Verrint yang berusaha untuk tenang kembali melakukan tingkah konyolnya dengan kembali menggenggam erat tangan orang yang ada disebelahnya. Genggaman Verrint yang kuat itu mendarat tepat pada lengan Izan yang telah di terkamnya lebih dulu dan kali ini terdengar suara dari Izan.

    “Aaauw…” teriak Izan kesakitan.

    Verrint sontak kaget dan langsung melepas kenggaman tangannya yang kedua itu. “Aduh sorry banget Zan, aku bener-bener gak sengaja. Aduh sorry yah!” ucap Verrint merasa bersalah dengan mengontrol nada suaranya. “Aduh… gue bego banget sih, kok bisa sampe dua kali megang tangan Izan.” Dumel Verrint dalam hati.

    “Udah, gak pa-pa kok Rint. Aku ngerti.” Ucap Izan kemudian.

    “Sorry yah!” ucap Verrint sekali lagi.

    Mereka pun kembali tenang dan berkonsentrasi pada film lagi. Kali ini Verrint lebih mengontrol dirinya agar tidak melakukan kesalahan yang sama. Untungnya pada saat Verrint menerkam lengan Izan, Mia tidak tahu karena sibuk pada ketakutannya dan terus bersembunyi di balik ketiak Izan.Mereka kembali menutup mulut, Verrint tidak mau Mia sampai tau dengan kejadian tadi. Verrint berusaha setenang mungkin agar dia tidak melakukan hal yang bodoh seperti tadi.

     Akhirnya ketegangan dari dalam gedung itu pun berakhir. Verrint dan semua orang yang berada dalam gedung bioskop itu pun berhamburan keluar dari sana. Ini menadakan bahwa film yang di putar dalam gedung bioskop itu telah berakhir.

     “Zan, kamu temenin aku belanja disana yah!” pinta Mia pada Izan. “Kalian mau ikut juga gak?” tanya Mia pada Verrint dan Dewo.

    “Kalian aja deh, aku sama Dewo mau ke toko buku.” Jawab Verrint.

    “Ya udah, kalo gitu entar gue sama Irrint nyusul kalian kesana.” Ucap Dewo.

    “Kalo gitu kita kesana duluan yah.” Jawab Mia.

    Izan hanya bisa pasrah dan mengikuti keinginan Mia. Tangan Izan terus saja di genggang kuat oleh Mia. Izan sebenarnya tidak ingin mengikuti keinginan pacarnya ini, tapi Izan tidak bisa berbuat apa-apa karena Mia terus menggandeng Izan.

     “Zan, ini bagus gak?” tanya Mia sambil menunjukkan sebuah baju ke hadapan Izan.

     “Mmm...” jawab Izan malas.

     “Kalo yang ini?” tanya Mia lagi.

     “Mmmm...”

     “Dari tadi jawaban kamu gitu terus, kamu niat gak sih nemenin aku?”

     “Kalo gue gak niat, gak mungkin gue disini.”

     Mia pun hanya manyun mendengar jawaban Izan, dan kemudian kembali mengacak-ngacak pakaian yang bergantungan di hadapannya. Semakin lama Mia berada dalam tempat itu, semakin tersiksa Izan bersama Mia di tempat itu.

***

Verrint dan Dewo berjalan mengelilingi toko buku dan sesekali membaca buku yang di pilihnya. Verrint kemudian mengambil sebuah novel lalu membalikkan buku itu untuk membaca resume cerita novel yang di pegangnya. Tanpa di komandoi kepala Verrint pun kemudian mengangguk-angguk dan bibirnya membentuk simpul kecil. “Eh Wo, baca deh!” ucap Verrint sambil menyodorkan novel yang dipeganggnya. “Kayaknya novelnya seru deh.” Sambungnya.

     “Masa sih?” tanya Dewo dan kemudian membaca resume novel itu. “Iya nih, kayaknya seru.” Ucap Dewo setelah membaca resume novel itu. “Kenapa gak di beli aja!” sambung Dewo memberi saran.

    Dewo pun kemudian berjalan menuju kasir untuk membayar buku yang akan dibeli oleh Verrint. “Eh Wo, abis dari sini kita samperin Mia sama Izan atau langsung ke parkiran aja, kita tunggu mereka disana?” tanya Verrint.

     “Kayaknya mening kita tunggu di parkiran aja deh, soalnya kalo kita samperin mereka takutnya ganggu. Mereka kan dari tadi berantem terus, nah biarin aja mereka bedua biar akur.” Jawab Dewo.

     “Ya udah, tar aku telpon aja deh mereka.”

     Verrint dan Dewo kemudian langsung berjalan menuju parkiran mobil. Verrint dan Dewo berniat untuk menunggu Izan dan Mia disana. Setelah mereka sampai di parkiran Verrint pun langsung menghubungi Izan agar menyusulnya di parkiran mobilnya.

     Setelah di hubungi oleh Verrint, tak lama Izan dan Mia pun muncul di parkiran mobil. Mereka berdua sama sekali tidak terlihat akur, malahan Izan berjalan lebih dulu di banding Mia yang kewalahan mengikut Izan dari belakang.

     “Cit-cit...” suara terdengar dari mobil Izan setelah Izan menekan remot yang ada di tangannya. “Yuk!” ajak Izan pada Verrint dan Dewo. Tanpa pikir panjang Izan pun langsung memasuki mobilnya di ikuti oleh Verrint, Dewo dan Mia yang sejak tadi bermuka masam.

1
mary dice
ceritanya menarik cinta penuh liku-liku
Chadhilah: terima kasih, semoga suka yah
total 1 replies
Arisu75
Gak bisa berhenti baca deh! 🔥
Chadhilah: lanjut terua yah kak
total 1 replies
Hairunisa Sabila
Jatuh cinta sama kisah cintanya❤️
Chadhilah: lanjut baca terus yah kak
total 1 replies
micho0w0
Ceritanya keren, jangan sampai berhenti di sini ya thor!
Chadhilah: makasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!