11
Anggi Putri Nugroho, wanita cantik yang baru menyelesaikan pendidikan kedokterannya di usia 23 tahun. Memiliki kepercayaan diri tingkat tinggi membuat Dokter Anggi tanpa segan menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk menakhlukan seorang laki-laki asing yang mereka temui di club. Hingga akhirnya kisah rumit percintaannya 'pun dimulai.
Ig : Ratu_Jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Setelah bermain kuda-kudaan yang membuat Naina bahagia, kini gadis kecil itu justru kembali menangis. Meskipun tangisnya tidak lagi sekeras tadi tapi baik Morgan maupun Anggi tetap merasa kewalahan.
"Coba kemarikan, biar aku yang tenangkan." pinta Morgan.
"Memang kau bisa?" tanya Anggi tak yakin.
"Ya, setidaknya kita coba dulu biar tahu jawabannya. Sudah, kemarikan!"
Meski masih tak yakin, pada akhirnya Anggi tetap menyerahkan Naina ke gendongan Morgan. Begitu Naina berpindah, Anggi lantas menuju sofa dan membaringkan tubuhnya di sana. Sungguh, mengasuh anak memang sama sekali bukan hal yang Anggi sukai, apalagi jika anak asuhannya rewel seperti sekarang.
"Shut! Come on baby don't cry anymore, okay?"
Oek oek oek!
"Lah kenapa malah semakin keras?" rutuk Morgan saat Naina justru menangis keras saat mendengar ucapannya. "Hei, jangan menangis lagi ya, Naina 'kan cantik. Shut, sudah ya nangisnya, oke?"
Belajar dari kesalahan yang baru saja ia lakukan dimana Naina yang menangis semakin keras saat mendengar kalimat inggrisnya, maka Morgan berpikir untuk memuji gadis kecil itu saja, semoga dengan begitu ia akan luluh dan berhenti menangis. Namun kenyataannya, Naina masih saja menangis sembari berceloteh seakan tengah mengadu pada Morgan.
"Kau ini kenapa sebenarnya, rindu dengan Mama dan Papa-mu?" tanya Morgan.
"Huhuhu wlee Mama Papa."
Seakan paham akan ucapan Naina, Morgan mengangguk-anggukan kepalanya. Setidaknya, otak warasnya seakan menyimpulkan bahwa Naina benar-benar merindukan orang tunya. Terbukti, saat Morgan membicarakan kedua orang tua Naina, gadis kecil itu mulai berhenti menangis. Gadis kecil itu seakan lega karena ada orang di sekitarnya yang mampu memahami ucapannya.
"Jadi nanti kalau Mama dan Papa pulang, Nai pukul saja mereka, oke?" hasut Morgan.
"Ete!"
Morgan tergelak saat Naina menjawab ucapannya dengan begitu semangat. Tangan Morgan lantas terangkat demi menghapus air mata yang sempat membasahi wajah anak dari sahabat baiknya itu. Entah sejak kapan, tapi yang pasti Morgan mulai merasa nyaman dan terbiasa dengan kehadiran anak kecil itu di sisinya.
"Honey, Nai sepertinya haus," ucap Morgan pada Anggi. Namun Anggi sama sekali tidak menjawab, membuat Morgan akhirnya menengok ke arah sofa. "Teler rupanya," Morgan menggelengkan kepalanya saat melihat Anggi yang sudah tidur di sofa panjang itu.
Morgan lantas mengambil selimut dan menyelimuti Anggi agar gadisnya itu merasa nyaman. Begitu selesai menyelimuti Anggi, Morgan menuju meja di sudut ruangan yang menyimpan susu formula milik Naina. Meski kesusahan, Morgan berusaha untuk menyeduhkan susu untuk Naina dengn tangannya sendiri. Tangan kanannya dengan cekatan membuat susu sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan, sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk menopang tubuh Naina.
"Akh! Akhirnya selesai juga." seru Morgan saat satu botol susu berhasil ia buat.
Meski terkesan canggung karena pertama kalinya mengasuh Naina secara full, tapi Morgan terlihat cukup menikmati perannya. Ia terus menggendong Naina sembari bergumam kecil, hingga tidak memakan waktu lama, mata Naina perlahan mulai tertutup dan botol susu yang tadi Naina pegang perlahan terlepas dari kedua tangan gembulnya.
Begitu memastikan Naina terlelap, Morgan langsung menidurkan Naina di ranjang khusus milik Naina. Setelah itu, entah apa yang Morgan pikirkan hingga ia mulai membereskan mainan Naina satu persatu hingga benar-benar rapi. Tidak sampai di situ saja, Morgan bahkan menyapu bagian ruang keluarga yang mereka tempati itu seakan itu adalah suatu pekerjaan yang memang biasa ia kerjakan, hingga akhirnya ruang keluarga kediaman Nugroho itu kembali tersusun rapi.
"Apa ini, aku menyapu?" tanya Morgan pada dirinya sendiri.
Ya, Morgan seakan tak percaya dengan apa yang ia lakukan. Matanya kemudian melirik Anggi dan Naina yang masih mengarungi tidur siang mereka dengan damai. Seketika senyum Morgan terbit begitu cerah saat bayangan indah terlintas dalam benaknya.
"Aku rasa aku sudah menemukan jawaban dari pertanyaan Om Ardan kemarin," ucap Morgan yakin.