Jodohku Regantara

Setelah pamit Regan membawa Kaira pulang, keduanya tampak diam dengan kesibukan masing-masing. Terlihat Kaira yang senyam-senyum sendiri menatap layar ponsel sedangkan Regan fokus menyetir mobil. Sesekali Regan menoleh ke arah Kaira tanpa istrinya itu tau. Saking sibuk Kaira tidak sadar jika Regan memperhatikan.

"Lihat apa?"

Kaira menoleh dengan senyum yang mengembang, memperlihatkan layar ponselnya ke arah Regan.

"Siapa?" tanya Regan setelah melihat apa yang membuat Kaira begitu senang.

"Teman, dia habis bercerai dengan suaminya tapi masih bisa saja menghibur orang. Dia itu teman baik, tapi sayangnya pas acara pernikahan kita dia berhalangan hadir. Ternyata sedang ada masalah dengan suaminya." Kaira kembali fokus pada layar ponselnya dan kembali menggerakkan kedua ibu jari dengan lincah.

"Laki-laki atau perempuan?"

"Perempuan, sahabat aku waktu di Jogja." Regan menganggukkan kepala, sedikit lega karena merasa aman. Andai pria sudah lebih dulu ia rebut ponsel Kaira.

Sampai di rumah keduanya segera membersihkan diri dan lanjut sholat ashar berjamaah. Dengan doa yang sama tetapi perasaan yang berbeda menggema ke langit senja. Kaira mencium punggung tangan Regan dengan hormat dan mendapatkan kecupan manis di pipi.

"Ikh bikin salting aja!" celetuk Kaira dengan wajah merona.

"Kenapa? lagi pengen ngecup yang chubby!" jawab Regan santai namun sukses membuat ekspresi wajah Kaira berubah.

"Maksudnya? aku gendut gitu? gemukan?" ucap Kaira memberondong pertanyaan sampai Regan menahan nafas. Niat ingin menggoda malah salah jawab. Sudah pasti merusak mood Kaira yang nampak memanyunkan bibirnya.

"Eh....nggak sayang, meskipun gendut sekalipun tapi aku tetap cinta. Beneran!"

Kaira semakin terlihat begitu marah, jika di film kartun mungkin kini ia sudah bertanduk. Jawaban Regan secara tidak langsung mengiyakan dan membenarkan jika dirinya memang gendut.

"Aku sebel sama kamu!" Dengan cepat Kaira beranjak dan segera membuka mukenah. Kesal sekali kala sang suami mulai body Shiming. Tidak mengerti jika wanita sudah pasti sensitif jika menyinggung tentang masalah berat dan bentuk badan.

"Sayang kamu mau kemana?" tanya Regan dengan menghentikan langkah Kaira, bisa gawat jika merajuknya kebablasan. Auto tidur diluar dan tidak mendapat enak-enak.

"Aku mau ngegym! biar suami aku melihat aku itu selalu langsing! nggak gendut sepeti sekarang!" celetuk Kaira kemudian melepaskan cekalan tangan Regan.

"Yang bilang kamu gendut itu siapa? kamu itu langsing kok, pake banget lagi. Nggak usah pake ngegym-ngegym segala sayang. Nanti malam saja nge-gym di atas badan aku. Di jamin nggobyos, oke!"

Kaira mengerutkan dahinya, paham betul apa maksud sang suami. Padahal itu semua beda konsep tapi namanya pria selalu saja mengaitkan dengan masalah ranjang.

"Itu beda tujuan Re, nge-gym bikin langsing kalo yang satu itu emang mau nya kamu yang terus kepingin tiap malem!" sengit Kaira dan segera membereskan perlengkapan sholat. Regan begitu gemas melihat Kaira yang merajuk namun tak mau meneruskan karena resikonya bisa fatal.

Kaira benar-benar masuk ke ruang gym dan keluar dengan baju yang basah. Keringatnya bercucuran dengan rambut yang basah. Karena di dalam ruangan Kaira tak memakai hijab namun pakaian olahraganya rapi dan tak terbuka sana sini.

Dia kembali masuk ke dalam kamar tanpa memperdulikan Regan yang melihat tanpa berkedip. Keringat yang menetes dari dahi Kaira menambah cantik dan seksi wanita itu. Hingga tangannya dengan segera meletakkan laptop di atas meja dan melangkah mengekor sang istri yang hendak masuk kamar mandi.

"Re, aku mau mandi!" Kaira mencegah dengan segera menutup pintu, tapi kekuatan Regan mampu menahan dengan kuat.

"Aku juga mau mandi," jawab Regan dengan percaya diri.

"Kamu sudah mandi Re, mau berapa kali lagi kamu mandi dalam sehari? Sabun habis cuma karena kamu yang selalu minta mandi lagi tiap aku mau membersihkan diri."

"Itu lebih baik sayang dari pada habis buat yang bukan-bukan. Selagi ada yang bisa di manfaatkan dengan baik kenapa harus apa-apa bekerja sendiri!" jawaban yang membuat Kaira berpikir keras. Wanita itu menggelengkan kepala tak mengerti maksud dari Regan yang tak mampu ia cerna.

"Terserah kamu dech!" Sekuat tenaga Kaira mendorong tubuh Regan hingga langkahnya mundur kebelakang dan segera menutup pintu dengan cepat.

"Wow....punya bini rasanya nano-nano, sulit buat di anggurin!" Regan tersenyum melihat pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Dia segera kembali ke sofa dan melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

Pagi ini Kaira begitu sedih, sudah tiga tahun berumah tangga belum kunjung memberikan keturunan. Dia harus kembali menerima pil pahit, saat merasa diri sudah telat, tapi setelah seminggu tamu bulanan masih ingin berkunjung. Alhasil kegagalan kembali ia dapatkan setelah hati sempat begitu senang.

Haruskah ia mengalah dengan keadaan lalu melepaskan Regan. Tapi bagaimana bisa ia mengikhlaskan pria yang begitu baik dan sangat ia cinta. Hingga setianya tak dapat di ukur oleh apapun.

Tangisnya pecah saat memasang pembalut di celananya, tapi sebisa mungkin Kaira menahan isak tangis agar tak terdengar di telinga Regan. Ujiannya begitu berat ia rasa, terlebih istri Haidar sudah memberikan keponakan yang lucu. Bahkan kini sudah bisa berlari kesana kemari. Dan Naira sedang mengandung adik si kembar.

"Re, bagaimana jika aku mundur?"

Regan yang sedang mengancingkan pakaiannya dengan cepat menghentikan gerakan tangannya. Dia menoleh ke arah Kaira yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Apa maksudnya?" tanya Regan tak mengerti. Terlebih wajah Kaira begitu jelas terlihat gurat kesedihan yang mengundang pertanyaan besar.

"Ceraikan aku Re!"