Bagaimana jadinya jika seorang dokter cantik yang selalu ceria dan petakilan bertemu dengan seorang tentara yang memiliki sifat dingin dan juga galak? akankah mereka bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26 Kesembuhan Cinta
Pada saat Reynold mulai berangkat ke Lebanon, Cinta baru saja selesai menjalani operasi matanya. Cinta masih dalam kondisi belum sadarkan diri. Lucy dan Hugo dengan setia menemani Cinta, tidak lupa Lucy pun memberikan kabar kepada Reynold mengenai kondisi Cinta.
"Lucy, Hugo, terima kasih ya, kalian sudah setia menemani Cinta," ucap Papi Alan yang ikut duduk di kursi ruang tunggu.
"Sama-sama Om, kita sudah sejak lama kenal sama Cinta bahkan kita sekolah dan kuliah sama-sama masa kita mau meninggalkan Cinta saat kondisi Cinta sedang membutuhkan dukungan. Insya Allah kita akan selalu berada di samping Cinta saat suka maupun duka," sahut Lucy.
"Iya, Om. Kita tidak akan meninggalkan Cinta dan akan selalu ada untuk Cinta," timpal Hugo.
"Oh iya, Om mau tanya, Reynold itu siapanya Cinta? apa dia pacarnya Cinta?" tanya Papi Alan.
"Bukan Om, kami bertemu dengan Kapten Reynold di kampung Asoka kemarin. Dia Kapten tim, karena dia tidak bisa menyelamatkan Cinta makanya dia merasa sangat bersalah dengan keadaan Cinta sekarang," sahut Lucy.
"Oh, kirain pacarnya Cinta. Om lihat dia anaknya baik dan sopan," ucap Papi Alan kembali.
"Wih, bau-baunya Om merestui hubungan Cinta dengan Kapten Reynold nih," goda Hugo.
"Kamu bisa saja. Om hanya suka saja kepada Reynold, kalau masalah jodoh biar Cinta yang memutuskan sendiri karena Om tidak mau jika harus memaksa anak apalagi menjodohkan Cinta kepada pria, biarlah Cinta memilih pasangan hidupnya sendiri karena yang nanti akan menjalani hidup 'kan Cinta dan pasangannya bukan Om," sahut Papi Alan.
"Benar juga Om. Tapi kalau menurut penglihatan Hugo, sepertinya Kapten Reynold menyukai Cinta tapi dia masih malu-malu saja untuk mengatakannya," ucap Hugo.
Alan terkekeh, dia memang langsung suka pas pertama kali melihat Reynold. Pria tampan dengan profesi yang mulia itu sangat menarik perhatian Alan. Apalagi vibes Reynold sangat positif banget.
***
Keesokan harinya....
Lucy, Hugo, dan kedua orang tua Cinta saat ini sedang berkumpul di ruangan rawat Cinta. Pagi ini perban yang menutup mata Cinta akan dibuka.
"Ya, Allah aku deg-degan banget," bisik Lucy.
"Sama," sahut Hugo.
Lucy mengeluarkan ponselnya dan merekam keadaan Cinta saat dokter mulai membuka perbannya. Dia akan mengirimkan videonya kepada Reynold karena Reynold sudah memintanya untuk selalu update keadaan Cinta. Perlahan perbannya terlepas dan Cinta masih memejamkan matanya.
"Coba kamu buka mata kamu secara perlahan," ucap Dokter.
Perlahan, Cinta membuka matanya. Awalnya dia ragu-ragu, tapi sedikit demi sedikit matanya mulai terbuka. Semua orang yang ada di dalam ruangan tampak memperhatikan Cinta dengan perasaan was-was.
Cinta mulai menyisir setiap sudut ruangan itu dan dokter pun melambaikan tangannya ke arah Cinta. "Cinta, bagaimana? apa kamu bisa melihat?" tanya Dokter.
Cinta terdiam cukup lama membuat kedua orang tua Cinta khawatir, begitu pun dengan Lucy dan Hugo. "Sayang, apa kamu bisa melihat lagi?" tanya Mami Dewi.
Seketika senyum Cinta terukir di wajah cantiknya, lalu Cinta menganggukkan kepalanya. "Iya, Mi, Cinta sudah bisa melihat lagi," sahut Cinta bahagia.
"Alhamdulillah."
Kedua orang tua Cinta pun langsung memeluk putrinya dengan penuh haru. Lucy pun segera mengirim video itu kepada Reynold dan Lucy yakin jika Reynold pasti akan sangat bahagia.
"Akhirnya, kamu bisa melihat lagi," seru Lucy sembari memeluk Cinta.
"Terima kasih ya, kalian sudah mau menemani aku sampai berhari-hari," ucap Cinta.
"Kita 'kan sahabat, dan sahabat itu harus saling mendukung," sahut Hugo.
"Ya, sudah kalian temani Cinta dulu Om dan Tante mau menemui dokter," ucap Mami Dewi.
"Ok, Tante," sahut Lucy dan Hugo bersamaan.
Cinta langsung memegang lengan Hugo membuat Hugo mengerutkan keningnya. "Lah, kok lengan kamu jadi lembek lagi? bukanya kemarin aku pegang lengan kamu berotot ya," ucap Cinta.
Seketika Hugo dan Lucy kaget. "Ah, itu mungkin karena sudah beberapa hari nungguin kamu dan tidak ke gym, otot aku jadi kempes lagi," celetuk Hugo ngasal.
"Hah, memang otot bisa kempes gitu?" tanya Cinta bingung.
Lucy menepuk jidatnya sendiri mendengar jawaban Hugo. "Sudahlah Cinta, jangan mikirin otot dia gak penting sekarang yang penting kamu sehat dan bisa melihat kembali," ucap Lucy mengalihkan pembicaraan.
Sementara itu, Reynold baru saja mendapatkan kiriman video dari Lucy. Reynold menyunggingkan senyumannya dan mengucap syukur kala melihat Cinta bisa melihat lagi. "Lihat apaan? senyum-senyum gitu?" tanya Dean.
"Cinta operasinya berjalan dengan lancar, dan sekarang dia sudah bisa melihat lagi," sahut Reynold.
"Syukurlah. Rey, sebenarnya kamu ada perasaan gak sih sama Cinta?" tanya Dean.
Reynold menghembuskan napasnya dan menatap menerawang jauh ke depan. "Entahlah, aku tidak mau banyak berharap. Patricia saja menolak aku, apalagi ini Cinta anak dari pemilik rumah sakit mana mau dia sama Tentara yang gajinya gak seberapa," sahut Reynold.
"Siapa tahu 'kan Cinta juga suka sama kamu," goda Dean.
"Jika seandainya Cinta suka sama aku, terus bagaimana dengan orang tuanya? sebagai orang tua, pasti mereka sudah mencarikan calon yang terbaik untuk putrinya apalagi Cinta adalah anak tunggal," sahut Reynold pasrah.
"Jangan pasrah dulu dong, Rey. Jodoh itu tidak ada yang tahu, lagi pula Cinta beda sama Patricia. Aku lihat, Cinta tidak pilih-pilih kalau masalah cari pasangan," ucap Dean.
Rey memukul lengan Dean pelan. "Sok tahu." Reynold pun bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Dean.
Berbeda dengan Cinta dan Reynold yang sedang bahagia, Patricia sangat hancur dengan kenyataan dirinya hamil. Dia tidak berani mengatakan yang sebenarnya kepada Mamanya, dia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Reynold. Dia ingin membujuk Reynold untuk kembali menikahinya karena keadaan dia yang sedang hamil mau tidak mau hanya Reynold yang bisa membantunya.
"Silakan diminum, Nak Patricia," ucap Ibu Amira sembari menyimpan secangkir teh hangat di atas meja.
"Terima kasih, Bu," sahut Patricia.
"Ngomong-ngomong, ada apa Nak Patricia datang ke sini?" tanya Ibu Amira.
Patricia terdiam sejenak, rasanya tenggorokannya sakit dan sulit sekali untuk berbicara. "Bu, maafkan aku karena aku sudah membatalkan pernikahan aku dan Rey. Tapi sekarang aku datang ke sini, ingin menarik ucapanku lagi dan berharap Reynold mau melanjutkan pernikahan kita," ucap Patricia tidak tahu malu.
Amira kaget dengan ucapan Patricia. "Memangnya kenapa, kok tiba-tiba Nak Patricia ingin melangsungkan pernikahan kembali dengan Reynold?" tanya Ibu Amira.
Seketika air mata Patricia menetes membuat Amira kaget. Amira menghampiri Patricia dan menggenggam tangannya dengan lembut.
"Kamu kenapa, Nak? cerita sama ibu," pintar Ibu Amira.
Dengan terbata-bata, Patricia pun menceritakan kehamilannya dan lagi-lagi Amira kaget. Amira memang kasihan kepada Patricia tapi dia juga tidak mau jika putranya dijadikan sebagai alat untuk menutupi aib Patricia.
"Maaf Nak, saat ini Reynold sedang dinas ke Libanon dan kemungkinan pulang itu tahun depan," sahut Ibu Amira.
Patricia semakin hancur, satu-satunya harapan dia ternyata tidak ada. Dia sudah sangat bingung dengan keadaan ini, entah apa yang harus dia lakukan lagi untuk menutupi kehamilannya.
kalo tentara bukannya tegas dan keras