Jiwanya tidak terima di saat semua orang yang dia sayangi dan dia percaya secara bersama-sama mengkhianatinya. Di malam pertama salju turun, Helena harus mati di tangan anak asuhnya sendiri.
Julian, pemuda tampan yang berpendidikan dibesarkan Helena dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tega menghunuskan belati ke jantungnya.
Namun, Tuhan mendengar jeritan hatinya, ia diberi kesempatan untuk hidup dan memperbaiki kesalahannya.
Bagaimana kisah perjalanan Helena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pencarian
"Ibu, apa Ibu baik-baik saja?" tanya Keano saat Helena menghampirinya di dalam kamar.
Anak itu sedang membongkar belanjaan ditemani oleh seorang pelayan. Helena duduk di tepi ranjang, mengusap kepalanya dengan lembut.
"Bagaimana? Apa ada yang kurang? Katakan saja kepada Ibu, nanti kita akan pergi membelinya lagi," ucap Helena sembari memperhatikan barang-barang belanjaan milik Keano.
"Tidak, Ibu. Semuanya sudah cukup, aku tidak membutuhkan apapun lagi. Yang aku butuhkan hanyalah Ibu selalu sehat," jawab anak kecil itu dengan manis.
Hati Helena berbunga-bunga, ia mencubit gemas pipi Keano. Keduanya tertawa bersama, hidup Helena benar-benar sempurna.
Dulu, aku merasa sangat beruntung karena memiliki anak seperti Julian. Pintar, cerdas dan tentu sangat rajin. Ternyata itu tulisan tangan orang lain, sementara dia sangat malas belajar. Aku benar-benar tertipu.
"Ibu, ada apa? Apa mereka menyakiti Ibu lagi?" tanya Keano sembari mengusap pipi Helena.
"Tidak, sayang. Tidak ada yang bisa menyakiti Ibu," jawab Helena.
Keano tersenyum, dia sudah melihat betapa tangguhnya Helena menghadapi manusia-manusia yang tak berhati itu.
"Ibu, kenapa Ibu tidak mengusir perempuan itu dari rumah ini? Dia bukan siapa-siapa di sini, aku tidak suka. Dia terlihat jahat," ujar Keano membayangkan Lusiana yang tak tahu malu itu.
Helena tersenyum sambil mengusap kepala anak itu.
"Ibu sudah mengusirnya, tapi kau tetap harus berhati-hati terhadap mereka. Apalagi saat Ibu tidak di rumah, tetap bersama pelayan yang Ibu percayakan untuk menjaga Keano. Apa kau mengerti?" ucap Helena.
Dia bisa mengusir Lusiana, tapi tak bisa mengusir yang lainnya. Oleh karena perjanjian pra nikah yang dibuat Ferdinan dan dengan mudahnya ia setujui. Penyesalan yang tiada gunanya, sudah terlanjur dan tak dapat diulang lagi.
Helena menghela napas, menyusun setiap barang-barang milik Keano ke lemarinya. Sekarang dia sudah memiliki kamar pribadi, berdampingan dengan kamar Helena.
Di luar kamar itu, ibu mertua dan Julian tengah mengawasi mereka. Sorot mata keduanya begitu dingin dan penuh dendam.
"Kau lihat, Julian! Kau harus bisa mengambil hati ibu Helena. Setelah itu kau pasti akan dimanjakan sama seperti Keano. Barang-barang yang kau inginkan akan kau dapat dengan sangat mudah. Bagaimana, apa kau bisa melakukannya?" bisik ibu mertua kepada Julian.
Anak itu mengepalkan tangan, ia akan berusaha mencoba untuk mencuri hati Helena dari Keano.
"Kau tenang saja, Nenek akan membantumu," ucap ibu mertua lagi menenangkan Julian.
Ia tersenyum jahat, tak sabar untuk menerima limpahan kemewahan yang diberikan Helena. Tak terduga, Keano menoleh dan melihat mereka berdua. Ia tersenyum licik, dengan sengaja memamerkan barang-barang mewah yang dibelinya.
Memiliki Ibu itu lebih menyenangkan dari pada seorang ayah. Dia tidak pernah punya waktu untuk bermain denganku. Aku tidak suka.
Hati Keano bergumam, bibirnya tersenyum penuh kebahagiaan. Ia sudah menjadi anak Helena saat ini, dan tak ada siapapun yang akan menentangnya.
****
Di tempat lain, seorang laki-laki berpakaian rapi, berlari menghadap pada laki-laki lainnya yang duduk di kursi kebesaran.
"Bagaimana pencarian kalian?" tanya orang tersebut seraya berbalik menampakkan dirinya yang misterius.
Dia seorang laki-laki dewasa yang tampan rupawan, penuh pesona dan berwibawa. Utusan itu mendekat, dan berbisik-bisik kepadanya mengenai informasi yang dia inginkan.
"Oh, jadi seperti itu? Baiklah, aku akan mengikuti permainanmu," katanya setelah utusan menjauh.
"Tuan, tuan besar akan mengadakan pesta akhir tahun untuk mencarikan Anda istri. Semua pengusaha dari berbagai kalangan diundang untuk menghadiri acara tersebut. Tuan besar akan memilih beberapa kandidat yang pantas menjadi pasangan Anda. Bagaimana menurut Anda, Tuan?" ucap laki-laki yang berdiri di sampingnya, ia adalah asisten pribadi dari laki-laki itu.
Ia mendengus, tak senang dengan acara perjodohan yang sering dilakukan orang tuanya. Menjatuhkan punggung pada sandaran kursi, mengusap dagu sendiri. Berpikir dan mempertimbangkan pesta akhir tahun yang selalu diadakan orang tuanya.
Baiklah, kali ini aku akan mengikuti keinginan orang tua itu.
"Katakan kepada mereka, aku pasti hadir di dalam pesta itu," katanya memberi keputusan.
"Baik, Tuan."
Dia tersenyum penuh misteri, menyimpan rencana-rencana yang akan dia lakukan di dalam pesta tersebut.
"Saya dengar, wanita dari rumah itu pun turut diundang ke dalam pesta, tapi tidak bisa dipastikan kehadirannya," beritahu laki-laki itu seketika menyentak tubuh sang tuan.
"Kau tidak salah memberi informasi, bukan?" Ia melirik sang asisten, berharap wanita itu akan datang agar dapat memastikan sesuatu.
"Tentu saja, Tuan. Kita akan tahu jika saatnya tiba nanti," jawab sang asisten berharap tuannya akan hadir di dalam pesta pemilihan calon istri untuknya itu.
"Baiklah, sudah diputuskan. Aku akan datang ke pesta itu," katanya pasti.
Tujuanku hanyalah untuk melihat dirinya, dia yang selalu berada di dalam mimpiku. Oh, apakah wanita itu benar-benar ada di dunia ini?
Hatinya bergumam penuh harap, dia tak bisa melihat dengan jelas wajah wanita yang datang ke dalam mimpinya. Akan tetapi, dia pasti memiliki sesuatu yang akan menandakan kebenarannya.
Siapakah mereka?
dan kekuatan sekali jika itu adalah ayah kandungnya si Keano 👍😁
Tapi kamu juga harus lrbih berhati” ya takutnya mereka akan melakukan sesuatu sama kamu dan Keano 🫢🫢🫢