SEQUEL ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!
Di usia 19 tahun, Rosetta Lorenzo melakukan kesalahan fatal sehingga membuat nama Lorenzo jatuh ke tangan orang lain setelah dijebak oleh kekasihnya sendiri bernama Elijah Blackwood. Ditambah Rosetta harus kehilangan kakeknya demi menyelamatkan Rosetta dari kukungan Elijah setelah berhasil mencuci otak gadis itu dan membuat sebuah virus komputer berbahaya yang dijual belikan ke para kelompok bawah tanah.
Demi memulihkan kembali nama keluarganya, Rosetta harus menanggalkan nama Lorenzo.
Setelah bertahun-tahun berkeliling penjuru Amerika, Rosetta yang berpikir bisa pulang ke keluarganya justru meregang nyawa di tangan mantan kekasihnya, Elijah.
Saat ia berpikir benar-benar berakhir, ketika membuka mata Rosetta justru menemukan dirinya kembali menjadi bocah tujuh tahun.
Kali ini apakah Rosetta akan melakukan kesalahan yang sama ketika takdir justru membawanya kembali bertemu dengan Elijah? Bagaimana Rosetta membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6. KELUARGA
Dante tidak berhenti tertawa ketika akhirnya Rion berhasil membawa sang anak pergi dari kumpulan para wanita di lobi yang asyik mengobrol. Bagaimana tidak tertawa, selain mendapati betapa cakapnya Rosetta bicara layaknya orang dewasa dengan suara cempreng dan wujud menggemaskannya itu, Rion juga harus menahan malu ketika memberanikan diri datang ke tengah-tengah para wanita untuk mengambil sang anak.
"Dante berisik!" kata Rosetta ketika mendapati Dante terus tertawa ketika mereka kembali ke ruangan Rosetta di lantai atas. Menatap kesal Dante dari balik lengan sang ayah yang menggendongnya
"Abaikan saja dia, Baby. Otaknya memang sudah tidak waras," tukas Rion dengan raut wajah dinginnya.
"Dad, kau harusnya mengikat dia dan menyumpal mulutnya. Atau kalau perlu masukkan saja dia ke dalam karung dan taruh di bagasi mobil," kata Rosetta dengan wajah protes atas sikap Dante.
"Ah, kurasa itu ide yang bagus," setuju Rion tanpa mengubah wajah dingin dan sebalnya. "Haruskah kulakukan sekarang?" sambungnya.
"Jangan, nanti malam saja. Sekarang terlalu banyak saksi mata," ucap Rosetta.
"Tidak perlu diragukan lagi kalau kalian benar-benar ayah dan anak," ucap Dante, mengambil napas panjang setelah puas tertawa.
"Kau pikir selama ini kami apa? Kuda dan kusirnya?" tukas Rosetta.
Dante kembali tertawa mendengar ucapan sarkas Rosetta dengan air muka sebalnya. Bagaimana bisa bocah kecil ini bicara layaknya orang dewasa, mengingatkan Dante akan Rion muda dulu.
"Rose?" panggil Rion pada anak gadis dalam gendongannya.
"Ya, Dad?" Rosetta melihat ke arah sang ayah.
"Kau masih marah dengan Daddy? Kenapa terus memanggilku dengan panggilan 'Dad' dan bukannya 'Daddy'?" tanya Rion, membuka pembicaraan tentang hal kemarin selagi ia berada dekat dengan sang anak.
Ah, benar. Rosetta terbiasa memanggil orang tuanya seperti itu ketika dewasa, tapi tidak ketika masih kecil.
"Daddy benar-benar minta maaf karena sudah membentakmu kemarin. Daddy tidak sengaja, sungguh. Apa kau mau memaafkan Daddy?" Rion menatap Rosetta lembut.
"Aku memaafkan Daddy. Aku juga minta maaf karena membuat Daddy marah," kata Rose.
"Kau tidak perlu minta maaf. Daddy yang salah di sini. Tapi terima kasih sudah memaafkan Daddy," ucap Rion seraya mencium pipi gembul Rosetta. "Daddy sayang dengan Rosetta. Daddy tidak marah denganmu. Daddy salah karena membentak Rose. Daddy sedih karena Rose menjauhi Daddy dan bersikap hati-hati dengan Daddy. Tetap jadi Rosetta yang seperti biasa. Jangan pikirkan apa pun dan bermainlah dengan bebas," sambungnya.
Rosetta melingkarkan tangannya ke leher sang ayah, memeluk erat Rion. Bagaimana mungkin Rosetta bisa marah dengan ayahnya. Ia bersikap hati-hati bukan karena tidak senang dengan sang ayah, tapi karena Rosetta tidak ingin membuat ayahnya kecewa lagi. Cukup sekali sebelum Tuhan memberinya kesempatan kembali ke masa ini Rosetta mengecewakan ayahnya. Ia tidak ingin lagi di kesempatan yang telah diberikan ini.
"Rose sayang Daddy," ucap Rosetta.
Rion tersenyum mendengar ucapan sayang dari sang anak. Ia mengelus punggung dan kepala anaknya.
"Daddy?" panggil Rosetta dengan kepala menempel di pundak sang ayah.
"Jangan dekat-dekat dengan Blackwood," ucap Rosetta.
"Kenapa? Paman James teman Daddy," tanya Rion, terkejut tiba-tiba anak gadisnya membuka topik pembicaraan tentang teman sekaligus rekan kerjanya itu.
"Mereka orang jahat. Hati-hati dengan mereka. Orang itu tidak sebaik yang terlihat," ucap Rosetta.
Rion menatap Dante ketika mendengar ucapan Rosetta, begitu pula sebaliknya. Ucapan Rosetta jelas bukan seperti ucapan anak-anak yang asal bicara. Tapi Rion penasaran kenapa anaknya ini bisa sampai bicara seperti itu tentang James.
"Bumblebee, kalau boleh tahu kenapa Paman James jahat menurutmu?" tanya Dante.
"Aku dengar dia bicara dengan seseorang dan bilang kalau ingin mengambil Lorenzo. Wajahnya seram saat dia bilang itu ketika bilang itu saat main ke rumah dulu," dusta Rosetta walau tidak sepenuhnya tentang tujuan pria tersebut, setidaknya ia dengar itu bukan di masa ini, tapi nanti.
Mendengar hal itu kini Rion paham kenapa kemarin Rosetta bersikeras menolak menyapa dan melihat James dan anaknya. Mungkin Rion harus mencari tahu lebih dalam tentang yang dikatakan oleh Rosetta. Karena ia tahu kalau anak gadisnya ini tidak mungkin bicara sembarangan.
Begitu mereka sampai di ruangan Rosetta, gadis kecil itu dikejutkan oleh kehadiran salah satu orang yang ia pikir tidak akan pernah ia lihat lagi seumur hidupnya.
"Grandpa?!" seru Rosetta penuh semangat ketika ia melihat Ferdinan di dalam ruangan bersama Alice, nenek Rosetta. Ada juga Lili, Bianca, dan kakak-kakak Rosetta di sana. Semua berkumpul dan tersenyum senang saat melihat Rosetta kembali bersama Rion dan Dante dari jalan-jalan di sekitaran rumah sakit.
"Oh, Rose," sapa sang kakek yang langsung mengambil Rosetta dari Rion dan menggendong gadis kecil itu di kedua lengannya. "Gadis kecil Grandpa sakit. Bagaimana keadaanmu sekarang?" sambungnya.
"Aku sudah sehat. Melihat kakek aku jadi tambah sehat," katanya penuh semangat dengan mengangkat kedua tangan ke atas dengan pose memamerkan otot lengan yang jelas tidak ada sama sekali.
Ferdinan tertawa melihat kelakukan cucu perempuannya satu ini. Senang setidaknya Rosetta terlihat baik-baik saja dan penuh semangat seperti biasa. Ia sudah begitu khawatir dan takut saat mendengar kabar kalau Rosetta demam tinggi dan sampai tidak sadarkan diri beberapa hari. Tapi sekarang Ferdinan bisa bernapas lega.
"Rose, kau sungguh sudah baik-baik saja? Kemarin kau demam lagi, kan?" Kali ini Bianca yang mendekati keponakannya, masih khawatir dengan kondisi tidak biasa Rosetta kemarin.
"Aku sudah baik-baik saja, Aunty," jawab Rosetta dengan senyum lebar.
"Curang! Kau bicara dengan bibimu sopan seperti ini kenapa denganku kasar sekali," protes Dante.
"Karena kau menyebalkan," sahut Rosetta dengan wajah sebal.
"Mana ada kau menyebalkan," protes Dante lagi.
"Kau memang menyebalkan, Dante," ucap Lucas membela sang adik.
"Lucas kau tidak ingat waktu yang kita habiskan bersama," kata Dante dengan sikap dramatis kebiasaannya.
"Lihatkan, dia menyebalkan," ucap Rosetta memandang dingin sang paman.
"Kau benar, Rose," setuju Lucas yang memasang wajah serupa.
"Kalian berdua terlalu banyak menyerap darah Rion. Lihatlah Rod yang baik hati karena dia menyerap banyak tentang ibu kalian," kata Dante tidak mau kalah.
"Daddy, bagaimana kalau malam ini saja? Mungkin akan lebih baik kalau kita buang sekalian di pinggir tol," kata Rosetta yang menjurus ke pembicaraan sebelumnya tentang membungkam Dante.
"Dengan senang hati," setuju Rion.
"Sudah-sudah, kalian tidak ada bosannya berkelahi setiap hari," lerai Alice yang tidak bisa menahan senyum ketika melihat kelakuan para anggota keluarganya ini.
"Cih, jika tidak ada Grandpa dan Grandma saja," decih Rosetta.
"Rion berhentilah mengajarinya menjadi orang dingin dan tidak berperasaan sepertimu. Lihatlah Bumblebee yang manis sekarang jadi mirip denganmu," keluh Dante dengan sikap dramatisnya.
"Dante, kenapa kau senang sekali mengganggu Rion dan anak-anaknya?" Bianca menghela napas dengan kebiasaan Dante ini sejak dulu.
"Karena menyenangkan. Lihatlah wajah mereka bertiga yang seperti ingin menelan orang sekarang," jawab Dante dengan cengiran lebar ketika melihat Rion, Rosetta, dan Lucas.
"Dia menyebalkan," ucap Rion, Rosetta, dan Lucas bersamaan ketika mendengar ucapan pria satu itu.
Semua orang menahan tawa ketika melihat ekspresi ayah dan dua anaknya itu yang sekarang menunjukkan ekspresi serupa ketika menatap Dante. Hingga akhirnya ruangan dipenuhi oleh tawa, membuat suasana menjadi lebih hidup dan penuh dengan keceriaan kembali.
Ya, inilah yang dirindukan oleh Rosetta. Berkumpul bersama dengan keluarganya seperti ini.
Namun senyum gadis itu menghilang saat ia mendapati sebuah telepon masuk di ponsel sang ayah. Dan ketika Rion mengambil ponsel dari saku jasnya untuk melihat nama penelepon. Raut wajah Rosetta berubah luar biasa dingin dan penuh benci.
Akan kuhancurkan kalian Blackwood, batin Rosetta geram ketika melihat nama di layar smarthphone ayahnya.
sekarang paham siapa orh yg meluk Rose pas dia di tembak pasti Panther, dan mimpi Arthur ada lah peringatan mungkin untuk hati², gemana ya perasaan Rion saat dia tau tentang Rose di masa depan dan dia orang yg paling tau terakhir dan pas Rose bilang bahwa Arthur ga akan bisa menangkap Rose saat jadi polisi wajar karna di masa itu Rosetta jadi Ubi cilembu
kak kan di part yg Rose kena tembak ada kalimat " ada seseorang yg menangis dengan penyesalan " kalo ga salah apa itu Arthur 🤔
lagiiiiii
lagiii
up
up
up