NovelToon NovelToon
Sang Penerus Yang Tersembunyi

Sang Penerus Yang Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Yatim Piatu / Identitas Tersembunyi / Konglomerat berpura-pura miskin / Menyembunyikan Identitas / Kultivasi Modern
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: dira.aza07

Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.

Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.

Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.

Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 ~ Pria itu ternyata ...

3 Tahun Kemudian ... Dana mengajak Sylvia makan di sebuah restoran dengan meminjam motor Jae, yang kebetulan Jae saat itu sedang libur.

"Memangnya kamu punya uang mengajakku keluar?" bisik Sylvia ragu.

"Tenang saja ada ko, jangan khawatir ya," Dana menggenggam tangan Sylvia erat saat berada di atas kendaraan.

Setibanya di restoran sederhana tentunya, mereka memesan menu makanan khas sunda dan jus yang menemani mereka di sana.

Meski Dana memiliki uang banyak namun kondisi mereka masih remaja, tidak mungkin memilih restoran mewah meski sebenarnya Dana mampu.

Tapi saat ini dia sedang menutupi indentitasnya, tentu saja kesederhanaan itu harus dia terapkan.

Mata Sylvia berbinar saat melihat menunya, lalu menatap Dana. Dana hanya tersenyum menanggapinya.

"Jika tidak habis bisa ko di bungkus," ucap Dana tersenyum seakan mampu membaca pemikiran Sylvia.

Sylvia tersenyum malu, ko bisa-bisanya Dana seakan tahu isi hatinya. begitulah pemikiran Sylvia.

Tibalah menu yang mereka pesan itu di hadapan mereka, membuat mata Sylvia kembali berbinar.

Baru kali ini mereka keluar dari desa itu, Dana memberanikan diri, ingin melihat seperti apa perkembangan di luar pedesaan itu, dan Dana ingin memiliki waktu berdua dengan Sylvia tanpa ada gangguan yang lain.

Setelah waiters itu menyajikan di meja Dana, waiters itu menuju sebuah meja, namun tiba-tiba pria itu marah-marah kepada waiters tersebut.

Dengan memaki dan memegang kerah pelayan tersebut. Keadaan restoran itu langsung ricuh dan jelas menegangkan.

Membuat Sylvia ketakutan hingga memegang lengan Dana begitu kuat. Dana mencoba menenangkan Sylvia dengan memegang balik lengan Sylvia.

Namun tatapan Dana tertuju pada pria yang telah berperilaku kasar, dan dengan seketika bayangan itu muncul, Dana baru menyadari siapa pria itu.

Mata nyalang Dana memandangnya, namun sekuat tenaga menahan emosinya apalagi ada sang kekasih yang merasakan ketakutan yang begitu besar.

Tidak mungkin Dana melampiaskan semua dengan memegang sesuatu dengan kencang sedangkan yang dia pegang itu tangan sang kekasihnya.

Dana menundukkan wajahnya lalu memejamkan matanya, kemudian menghela nafas dengan kasar.

Dana ingin sekali menolong waiters itu, namun dia tidak bisa meninggalkan wanitanya. Tapi jika di teruskan bisa berbahaya kepada waiters itu.

Ah Dana kembali dilema antara kekasih dan menyelamatkan orang itu. Dana pun memberanikan diri berdiri namun tiba-tiba tangan Dana di tahan Sylvia.

"Ke mana? duduklah!, kita masih remaja jangan gegabah ingat apa yang menjadi tujuanmu?" ucap Sylvia mencoba mengingatkan sambil berbisik.

Dana kembali duduk, meski memiliki ilmu bela diri namun tetap saja baginya dia itu seorang pengecut. Tetap saja tidak bisa menolong orang yang sedang teraniaya.

Dana melirik sekeliling, semua orang yang berada di restoran itu merasakan ketakutan. Namun mereka tetap bertahan di tempat. Mereka takut jika beranjak orang tersebut akan mengamuk dan mereka kena imbasnya.

Dana semakin gemas dengan keadaan ini, Bela diri sudah di kuasai, tapi tetap saja dia tak lain hanya seonggok sampah yang tak berguna.

Dana menahan amarahnya dengan menundukkan kepalanya, enggan melihat pertikaian juga kekerasan oleh pria itu. Yang tak lain adalah pembunuh Ibunya sendiri.

Sylvia seakan mengetahui yang ada dalam diri Dana, yang awalnya takut di tenangkan Dana kini berbalik menenangkan Dana, dengan genggaman yang kuat Sylvia mencoba mengendalikan amarah yang berkecamuk dalam diri Dana.

Dengan mata bersedih, di tambah rasa takut, juga perasaan merasakan apa yang di rasakan Dana. Membuat mata Sylvia semakin sayu, menahan tangis yang hendak keluar.

Dana menyadari itu. Lalu melirik ke arah Sylvia. "Sayang ... maafkan aku, bukannya aku menenangkan kamu malah membuatmu semakin panik melihatku, maaf sayang," ucap Dana dengan mengusap air mata yang sempat menetes di pelupuk mata Sylvia.

Sylvia hanya mengangguk menandakan tidak apa-apa, dia memahaminya.

Di sisi lain waiters itu semakin kacau, di tampar, bahkan di tendang kasar hingga tersungkur.

Tak lama datanglah supervisor menghadap pria itu yang tak lain dia adalah Fernando.

Supervisor itu menundukkan kepalanya dan terlihat meminta maaf, namun terdengar kata-kata kasar tetap meluncur dari bibir Fernando.

Posisi Dana dan meja Fernando jelas berjauhan, Fernando berada di meja VIP sedangkan Dana hanya berada di meja biasa.

Di karenakan amukan Fernando yang bergema membuat semua pengunjung dapat mendengarnya.

Dana melihat waiters itu hanya melakukan kesalahan kecil namun seakan kesalahan itu luar biasa besar.

Dasar saiko, bisa-bisanya gue ketemu dia di sini. Shit .... Batin Dana geram.

Sylvia sebenarnya sama-sama menyadari siapa pria itu, karena Bapaknya pun terbunuh di tangannya.

Oleh sebab itu, Sylvia merasakan takut karena sama seperti Dana membuatnya teringat akan sosok Bapaknya.

Mungkin Fernando tidak mengenali mereka tapi mereka berdua mengenali siapa Fernando.

Entah apa yang di bicarakan Supervisor hingga akhirnya Fernando menganggukkan kepalanya.

Dan waiters itu mengambil menu yang ada di meja tersebut, dengan menahan rasa sakit yang berada di sekujur tubuhnya.

Saiko ini sepertinya hanya mempermasalah menu makanan, ya ampun dasar saiko. pikir Dana sambil menggelengkan kepalanya dengan menatap bagaimana kesulitannya sang waiters tersebut.

Keadaan sudah mulai tenang, kini para pengunjung pun terlihat kembali menyantapi hidangan dengan keadaan yang kondusif.

Begitu pula dengan Dana, Dana mengajak Sylvia untuk menyantap hidangan yang telah tersaji di hadapan mereka.

Ketika sedang asik seperti itu, kembali Dana melihat menu baru datang ke meja Fernando. Namun dengan entengnya, Fernando dan seorang wanita dewasa seusia Fernando itu beranjak dari duduknya.

Lalu melanggeng pergi begitu saja, tanpa menghiraukan kedatangan sang Waiters.

Saiko kurang ajar, bisa-bisanya dia mempermainkan waiters, sungguh keterlaluan, entah di mana hati nuraninya. pikir Dana benar-benar geram sambil menggelengkan kepalanya.

Namun Dana tidak lagi memikirkan sang waiter itu, dan apa yang terjadi dengan menu tersebut.

Kini Dana dan Sylvia menikmati hidangan tanpa kebisingan yang mengacaukan keromantisan mereka.

"Makanlah dengan nyaman, mereka sudah pergi," ujar Dana dengan tersenyum berharap membuat selera makan Sylvia tidak menurun hanya karena gangguan saiko si Fernando.

Sylvia hanya menganggukkan kepalanya, dia memulai dengan cumi goreng juga sambelnya tak lupa lalapannya yang begitu menggugah selera.

Dana tersenyum karena bahagia melihat bagaimana Sylvia begitu menikmati hidangan tersebut.

Dana pun akhirnya ikut menyantap hidangan tersebut, dan wow begitu nikmat bahkan begitu lezat, setiap bumbu, pedas dan ah semuanya begitu pas terasa di lidah.

Pantas saja Sylvia begitu menikmatinya, ternyata selezat ini masakan di sini. pikir Dana dengan mengagumi pasakan di restoran tersebut.

Sylvia tersedak hingga terbatuk-batuk, membuat Dana seketika panik, dengan gerakan cepat memberikan segelas air kepada Sylvia dan menepuk pundak Sylvia dengan lembut.

"Jangan terburu-buru, nikmati hidangan ini, lagian tidak ada lagi keributan, so santai ya sayang," ucap Dana lembut sambil mengusap bibir Sylvia yang terdapat air di antara bibirnya.

Pipi Sylvia bersemu merah, dia senang sekaligus menjadi canggung, Dana begitu perhatian bahkan dalam hal kecil, itulah yang dia suka dari diri Dana.

Bersambung ...

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
dira rahmi: Terimakasih 😘😘😘😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!