Duren Sawit
Terlihat seorang gadis cantik yang sudah siap dengan kebaya mahal serta cantik hasil rancangan nya sendiri. Dia Anin, calon pengantin yang sebentar lagi akan menjadi pengantin.
Tepat hari ini Anin akan menyandang status baru dalam hidup nya yaitu sebagai 'istri' dari seorang Tirta Mahendra. Anin terus saja tersenyum manis di cermin, selama hampir empat tahun dia menjalin hubungan dengan Tirta dan akhirnya sampai pada titik akhir, yang bernama pernikahan.
Kriieettt....
Pintu terbuka nemampakan seorang wanita paruh baya yang masih cantik di usia tuanya.
"Sudah siap kak?" Anin tersenyum lalu menubrukan diri nya pada tubuh tua itu.
"Doain Anin agar selalu bahagia ya Bun, Anin ingin rumah tangga Anin bisa seperti Ayah dan Bunda, sampai tua sama sama," ujarnya lirih.
Sang Bunda membalas pelukan putri sulung nya itu tak kalah erat. Sampai netra yang sudah berkaca kacanya tidak bisa lagi menampung cairan bening hingga akhirnya jatuh membasahi pipi.
"Bunda sama Ayah akan selalu mendoakan kamu,agar kamu selalu bahagia bersama Tirta nanti." doa tulus sang Bunda.
"Amiin."
Beberapa puluh menit sudah berlalu, seluruh keluarga besar serta tetangga Anin sudah bersiap menyambut kedatangan keluarga calon mempelai pria. Anin gelisah sendiri kenapa sampai sekarang Tirta dan keluarganya belum sampai padahal waktu ijab qobul hampir tiba.
"Tenang kak mungkin mereka masih kejebak macet." ucap sang Bunda menenangkan.
Anin hanya menganggukan kepalanya mencoba berfikir positife, saat sang Bunda mencoba menenangkan kegundahan hatinya.
Namun sayang seribu sayang, sampai lewat dari waktu yang di tentukan untuk melaksanakan prosesi sakral itu, Tirta dan keluarganya tidak kunjung datang. Perasaan antara takut, sedih, kecewa dan malu menyelimuti Anin kali ini. Sudah banyak terdengar kasak kusuk dari para tamu undangan untuknya, membuat Anin semakin di landa gundah. Bahkan Anin dan sang Ayah memohon pada penghulu agar mau menunggu sebentar lagi.
Ayah pun terlihat tidak tenang, sementara Bunda dan Arlan- sang adik terlihat mencoba menenangkan sang Ayah. Anin terus saja melihat ponselnya, namun sedari tadi Tirta belum memberinya kabar. Apa terjadi sesuatu pada calon suaminya saat ini? perasaan takut itu semakin bertambah saat pikiran negatif mulai menghantuinya.
"Yah...a-apa mungkin terjadi sesuatu pada Mas Tirta dan keluarga nya?" ucapan Anin membuat atensi sang Ayah mengarah padanya. Kenapa mereka sampai belum sampai juga padahal waktu ijab qobul satu jam sudah berlalu.
Ting...
Suara ponsel seseorang membuat mereka saling menatap. Anin menatap pada layar ponselnya, bukan itu bukan suara ponselnya. Terlihat Arlan merogoh ponsel di kantung celana bahannya, dan tidak lama kemudian raut wajahnya terlihat syok dan memerah.
"Kenapa, Lan?" tanya Sang Bunda, sembari menepuk pundak anak lelaki nya. Terlihat wajah Arlan masih menampakan raut antara marah dan kaget. Ayah yang penasaran pun langsung merebut ponsel yang tengah di pegang oleh Arlan.
Terlihat Ayah tak kalah syok setelah dia melihat apa yang ada di layar ponsel Arlan, sampai akhirnya Sang Ayah mendudukkan diri di sofa secara perlahan. Anin yang penasaran pun segera menghampiri namun belum sempat mendekat Bunda segera memeluk Anin dengan erat.
"Sabar ya sayang, ikhlas kan mungkin kalian belum ditakdirkan untuk berjodoh." Anin yang semakin di landa penasaran pun melepaskan dekapan sang Bunda dan segera merebut ponsel itu dari tangan Arlan.
Serasa tertimpa batu besar, dada Anin terasa sesak setelah melihat apa yang ada di ponsel itu. Ternyata ini alasan sang calon suami tidak datang di hari pernikahan mereka. Air mata Anin jatuh seketika melihat foto seseorang yang tengah melakukan proses ijab qobul, dan orang itu adalah Tirta sang calon suami yang akan menikahinya hari ini. Namun semua itu hancur, karena sang calon malah menikahi wanita lain bahkan tanpa memberitahukan apa pun padanya.
Alin terlihat seperti gadis bodoh, dia di bohongi dan di campakkan di hari bahagia nya. Bunda yang melihat Anin terdiam dengan tatapan kosong namun air matanya masih mengalir, segera memeluk tubuh Anin sebelum kegelapan menyelimutinya.
💔
💔
💔
Terdengar lenguhan ringan dari arah tempat tidur, yang masih berhiaskan dengan hiasan khas kamar pengantin. Anin perlahan membuka mata, terlihat Ayah Bunda serta beberapa kerabatnya tengah menatap khawatir.
Ingatannya berputar pada saat sebelum dirinya tak sadarkan diri. Tirta, hanya nama itu yang ada di pikiran nya saat ini, apa ini hanya mimpi? Tirta tidak mungkin mengkhianatinya kan.
"Bunda." panggilnya pelan, Bunda yang sedang ada di samping Anin pun segera memeluknya, membuat Anin semakin berpikiran yang tidak tidak.
"Bun, tadi Anin mimpi kalau Tirta nikah sama orang lain. Itu gak benarkan Bun, Tirta sama keluarganya udah datang kan Bun." cecar Anin.
Bunda masih terdiam sembari membelai kepala Anin yang sudah tidak menggunakan apa apa. Saat Anin pingsan tadi Bunda menyuruh sang MUA melepas semua hiasan di kepala sang putri.
"Kamu harus ikhlas kak, itu bukan mimpi. Tirta memang sudah menikah dengan gadis lain." lirih sang Bunda.
Airmata Anin kembali mengalir namun secepat mungkin dia menyeka nya kasar. Anin melepaskan dekapan sang bunda, dia terlihat turun dari tempat tidur dan dengan cepat Anin menyambar kunci mobil miliknya yang ada di nakas.
Panggilan dan teriakan orang orang di sana tidak dihiraukan oleh nya. Secepat kilat Anin memasuki mobil yang terparkir di luar rumah. Sang Bunda bahkan sudah menangis saat melihat Anin mengendarai mobilnya secara ugal ugalan. Kemana tujuan Anin? kemana lagi kalau bukan ke kediaman calon suaminya, ralat mantan calon suaminya.
Mungkin Anin memang harus ikhlas seperti apa yang di katakan bundanya. Tapi Anin tidak bisa menerima, apa yang telah dilakukan Tirta padanya serta keluarganya. Bukan hanya rasa kecewa yang Anin rasakan, namun juga rasa malu yang tengah ditanggung olehnya serta keluarganya, gara gara pernikahan ini batal kerena sang calon suami malah menikahi wanita lain.
Tidak lama Anin sampai di sebuah rumah mewah di area perumahan elit. Sudah pasti yang tinggal di sana bukan orang dari kalangan bawah dan menengah sepertinya. Anin hanya anak dari seorang pria pensiunan tentara, sedangkan Tirta anak tunggal dari keluarga Mahendra, salah satu konglomerat di kota itu.
Braakk...
Anin turun dari mobil honda Jazz merah milik nya, bersiap memantapkan hati agar tidak meledak ledak saat dia berada di rumah mewah itu nanti.
Dengan langkah gontai, penampilan awut awutan tanpa menggunakan alas kaki, Anin berjalan mantap menuju pintu utama rumah mewah itu.
Tidak butuh waktu lama setelah Anin memencet bell, pintu besar itu terbuka lebar. Di dalam sana Anin melihat semua keluarga Mahendra berkumpul, bahkan Anin melihat beberapa parcel dan bingkisan yang tercecer di lantai sudah hancur berantakan.
"Tirta." suara serak dan berat Anin, membuat atensi semua orang yang ada di sana mengarah pada gadis yang masih berdiri mematung di depan pintu. Penampilan nya sangat berantakan dengan mata sembab serta wajah memerah.
"A-Anin." Semua orang di sana bergumam pelan, saat melihat siapa tamu yang datang mengunjungi kediaman keluarga Mahendra.
Dengan langkah gontai Anin melangkahkan kaki nya memasuki rumah. Anin melihat wajah sang mantan calon suami pucat pasi saat melihatnya. Tanpa menghiraukan orang orang yang memeluknya, Anin masih menatap tajam ke arah lelaki yang hampir menjadi pelabuhan terakhirnya.
PLAKKK...PLAKKK...
Dua tamparan keras di layangkan Anin tepat di wajah Tirta, hingga membuat semua orang terkejut terutama wanita yang tengah berada di samping pria itu.
"Maaf," hanya satu kata itu yang keluar dari mulut lelaki yang ada di hadapannya kini
"Apa salah aku?" suara Anin terdengar serak menahan tangis, dan tanpa di minta pun air mata sudah mengaliri pipi mulusnya.
"Maaf," Anin tersenyum miris, mendengar Tirta hanya mengucapkan kata maaf tanpa mau menjelaskan semuanya.
"Empat tahun, empat tahun Tirta Mahendra EMPAT TAHUN!" jeritnya, Anin yang sudah tidak kuat lagi menahan amarah emosi kesedihan yang dia tahan dari tadi, hingga akhirnya dia harus mengeluarkan semua emosi dengan teriakan, tepat di depan wajah Tirta.
Di saat Anin hendak luruh di lantai, salah satu orang saudara Tirta menopang tubuhnya. Dia adik sepupu Tirta yang sudah menjadi teman Anin dari masa SMA, bahkan dia lah yang mengenalkan Anin pada kakak sepupunya itu.
Anin nangis sesenggukan di dalam dekapan sahabatnya, sembari memukul dadanya sendiri berulang kali.
"Empat tahun Lin, empat tahun aku jadi gadis bodoh karena sudah mencintai laki laki seperti dia." gumaman Anin membuat orang orang di sana tak kuasa menahan air matanya. Orang tua Tirta bahkan harus di rawat di rumah sakit karena syok, akibat Tirta tiba tiba membatalkan pernikahannya dengan Anin- calon menantu mereka.
*HALLOOO INI KARYA BARU KU SEMOGA KALIAN SUKA YA JANGAN LUPA VOTE,LIKE DAN KOMEN NYA
CERITA MASIH FREESSS AKU LANGSUNG UP DI SINI
MAKASIH*....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
mrsdohkyungsoo
balik lagiiii
2024-09-30
0
suci anggita
aku blk lagi ka def kangenn mas duren
2024-07-20
0
Anis Sopia
aku mampir lagi mak... aku udah baca 4x ini dan enggak pernah bosen🥰🥰🥰
2024-07-04
0