Xing Yu, gadis Abad ke -21, berusia dua puluh lima tahun, memiliki gelar Pembunuh Medali Emas di Dunia Kegelapan.
Sikapnya yang dingin, sombong, tidak tahu malu dan kasar, membuat siapapun yang mendengar namanya bergetar ketakutan.
Xing Yu memiliki sebuah rahasia besar yang hanya diketahui oleh beberapa petinggi di Oganisasinya. Rahasia besar yang menjadi alasan mengapa dirinya menjadi agen pembunuh terkuat diseluruh Dunia Kegelapan.
Sayangnya, Xing Yu meninggal karena dihantam oleh tornado aneh yang muncul saat dia akan membunuh musuhnya.
Saat membuka matanya, Xing Yu terkejut melihat pakaian kuno compang-camping melekat di tubuhnya.
Xing Yu merasakan ada yang salah. Kemudian dia teringat bahwa sebelumnya dirinya terjebak di dalam tornado mengerikan. Pada saat itu, dia mengira hidupnya sudah berakhir. Tanpa diduga, dia benar-benar selamat.
Tidak, lebih tepatnya hanya jiwanya yang selamat.
Apakah takdir sedang mempermainkannya?
Mengapa dia datang ke zaman kuno?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita_001, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
032 - Serangan Kata-Kata
"Kau mati atau tidak itu urusanmu. Tidak ada hubungannya denganku." Jawaban santai Jiang Xingyu.
"Lancang! Beraninya kau menyumpahi Ayahmu." Tuan Besar berdiri dengan raungan marahnya.
"Lancang? menyumpahi? selama bertahun-tahun kau bahkan tidak sedikitpun peduli pada hidup dan matiku. Lalu untuk apa aku peduli apakah kau hidup atau mati?" setiap bait ucapan Jiang Xingyu terdengar sangat dingin.
"Kau..." Tuan Besar tak bisa berkutik mendengar kalimat tajam Puterinya.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan?" Ia mencoba menahan kemarahan hatinya.
Jiang Xingyu menanggapi dengan senyum samar. Sosoknya masih terlihat santai seperti angin sepoi-sepoi. "Halaman Timur sangat besar, akan sangat membosankan tinggal seorang diri disana. Selir Mo dan kedua Puterinya tetap tinggal disana sampai Kediaman mengangkat Nyonya baru. Lagipula aku akan segera menikah dan tidak akan tinggal di Kediaman terlalu lama. Jadi sambil menunggu waktu menikah tiba, aku akan tinggal di Paviliun Weiyang saja."
Awalnya ia memang tidak berencana tinggal di Halaman Timur. Ia mengatakannya hanya karena ingin mempermainkan Selir Mo dan kedua Puteri munafiknya.
Hati Selir Mo lagi-lagi terbakar amarah. Frasa 'Sampai Kediaman mengangkat Nyonya baru' jelas ditujukan padanya. Mengingatkannya bahwa posisi Nyonya baru bukan miliknya. Bukankah frasa ini sama dengan menampar wajahnya?
Paviliun Weiyang adalah Bangunan sederhana yang terdiri dari dua lantai. Awalnya merupakan Ruang Belajar Tuan Tua ketika masih hidup, sekaligus menjadi Ruang Perpustakaan Kediaman. Setelah kematian Tuan Tua, karena merasa Paviliun Weiyang lumayan jauh dari Halamannya, Tuan Besar memindahkan seluruh isi Ruang Belajar Paviliun Weiyang ke Pavilun Belajar yang baru.
Jiang Xingyu memilihnya karena lingkungannya tidak buruk dan sangat cocok untuknya yang menyukai ketenangan. Bukan itu saja, ia juga bisa menikmati pemandangan indah Taman Belakang.
Kembali ke topik...
Tuan Besar menarik nafas dalam-dalam dan berusaha menenangkan pikirannya yang kacau.
"Yu'er, awalnya kau mengancam Selir Mo untuk pindah dari Halaman Timur, tapi sekarang kau membiarkan mereka tinggal. Sebenarnya apa maksudmu? juga, jangan lupa statusmu adalah Nona Sulung, jika kau pergi keluar dan menyebarkan omong kosong, membuat reputasi Kediaman rusak, Ayah tidak akan segan lagi padamu." Tuan Besar mengancam.
"Apa Ayah bercanda? bagaimana mungkin aku melakukan sesuatu yang akan merusak reputasi Kediaman kita? hanya saja..." Jiang Xingyu tersenyum dan sengaja tidak melanjutkan kata-katanya.
"Hanya apa?" Tuan Besar mengerutkan keningnya.
Jiang Xingyu tersenyum polos. "Hanya saja aku telah bodoh dan konyol selama 5 tahun terakhir dan belum pernah menggunakan uangku dengan bebas. Sebelumnya karena takut aku tidak bisa menjaga uangku, Selir Mo berbaik hati membantuku menyimpankan sisa uang bulananku. Sekarang aku sudah sembuh dan tentu bisa menyimpannya sendiri. Apalagi masih ada banyak hal yang membutuhkan uang. Jadi, Selir Mo, tolong kembalikan semua uangku."
Sebelum semua orang bereaksi, ia melanjutkan. "Sebagai Seorang Nona Sulung, Kediaman memberiku uang bulanan sebesar 20 Koin Perak. Sebelumnya Selir Mo membantuku menyimpannya dan hanya memberiku 5 Koin Perak sebulan. Jadi sisa uangku dalam sebulan adalah 15 Koin Perak. Jika di kalikan selama 5 tahun, maka totalnya berjumlah 900 Koin Perak. Tapi Selir Mo cukup mengembalikannya padaku sebesar 850 Koin Perak, sisanya anggap saja sebagai tanda terima kasihku karena Selir Mo telah membantuku menyimpannya selama 5 tahun."
Mendengar serangan kata-kata, semua orang tercengang.
Sekarang jantung Selir Mo berdegup sangat kencang. Reaksi pertamanya adalah melihat kearah Tuan Besar. Melihat ekspresi Tuan Besar sangat gelap seperti dasar pot, ia semakin gugup hingga rasanya ingin pingsan.
Namun ia tahu walaupun jatuh pingsan, masalah ini tidak akan berlalu begitu saja. Tetapi ketika memikirkan 850 Koin Perak, batinnya seakan mengeluarkan darah. Apakah Koin Perak terbuat dari Batu? juga, dalam sekejap mata Gadis bodoh ini bahkan menghitungnya sangat detail dan jelas.
"Jiang Xingyu, apa kau ingin merampok Ibuku?" Jiang Linyao sekali lagi meraung marah.
"Diam! Siapa yang memberimu keberanian untuk bicara?! Keluar sekarang juga dan salin teks Tata Krama Perempuan sebanyak seratus lembar!" Amarah Tuan Besar meledak lagi.
"Ayah..." Jiang Linyao terkejut dan buru-buru memohon belas kasihan. Tapi sebelum mengatakannya, ia disela oleh Ibunya. "Cepat pergi! Apakah menurutmu hukumannya tidak cukup ringan?"
"Ibu..." Jiang Linyao ingin mengatakan sesuatu, tapi ketika melihat mata peringatan Ibunya, ia menelan kata-katanya dan terpaksa pergi.
Ketika akan keluar dari Pintu Aula, langkahnya tiba-tiba terhenti, berbalik lagi dan menatap Jiang Xingyu dengan mata ganas seakan-akan ingin memakannya hidup-hidup. Kemudian berjalan pergi dengan langkah tertatih-tatih.
"Sepertinya Saudari Ketiga belum menyadari identitasnya. Walaupun Selir Mo adalah Ibu kandungnya, tapi bukan berarti dia bisa melanggar peraturan dan memanggil seorang Selir dengan Sebutan Ibu saja. Dia seharusnya memanggil Selir Mo dengan panggilan Ibu Selir." Ucap Jiang Xingyu menggunakan nada penuh makna.
Hari ini mungkin karena takut pada perubahan Jiang Xingyu, Selir Mo tidak membantah dan dengan rendah hati berkata. "Apa yang dikatakan Nona Sulung benar. Mohon bimbingannya jika Selir salah."
Jiang Xingyu menanggapi dengan senyum manisnya.
"Selir Mo, bagaimana kau bertanggung jawab atas Kediaman selama ini? jika kau tidak mampu, serahkan saja pada Selir Jing." Ucap Tuan Besar. Kali ini ia sangat tidak senang dengan tindakan Selir Mo. Ia tahu Selir Mo tidak baik pada Puteri pertamanya, tapi ia tidak pernah menyangka akan seburuk ini.
Batin Selir Mo bagaikan di sambar petir disiang hari. Ia segera berlutut dan memohon. "Tidak! Tuan, Selir mengaku salah. Selir tidak akan mengulanginya lagi. Selir berjanji akan mengembalikan semua uang Nona Sulung."
"Kalau begitu aku ucapkan terima kasih lebih dulu pada Selir Mo." Jiang Xingyu langsung menanggapi dan sengaja menekankan kata 'Terima kasih' yang hanya untuk memprovokasi Selir Mo.
"Nona Sulung terlalu sopan. Lagipula uang itu memang milik Nona. Selir hanya mengembalikannya." Selir Mo tidak punya pilihan selain menampilkan sikap rendah hati.
Sekarang ia berdoa agar Gadis licik ini pergi secepatnya. Ia takut dia akan mengatakan sesuatu yang akan membuat Tuan Besar semakin marah.
Seakan mendengar doanya, Jiang Xingyu tidak berencana tinggal lebih lama dan berkata pada Ayahnya. "Ayah. Jika tidak ada yang lain, aku undur diri dulu. Juga, tolong Ayah instruksikan kepada para Pelayan agar membersihkan Paviliun Weiyang lebih cepat. Aku ingin segera pindah."
"Tidak perlu khawatir tentang itu. Kau kembalilah dulu." Jawaban Tuan Besar yang terlihat sangat lelah.
"Baiklah." Ucap Jiang Xingyu kemudian berbalik pergi.
Namun sebelum kakinya melangkah, ia menatap Selir Mo dalam-dalam dan berkata. "Aku berharap lain kali Selir Mo tidak berada diposisi yang salah lagi. Harap selalu mengingat identitasmu."
Seluruh tubuh Selir Mo semakin bergetar. Sebelum menanggapi, sosok Jiang Xingyu sudah keluar dari pintu Aula.
"Tuan, aku..." Ia menatap Tuan Besar dan ingin mengatakan sesuatu.
Tuan Besar tidak sabar dan menyelanya. "Tidak perlu mengatakan apapun. Lebih baik kedepannya perhatikan identitasmu. Jangan membuat masalah jika tidak bisa menyelesaikannya. Jangan memprovokasi jika tidak sanggup menanggung akibatnya." Setelahnya ia berdiri dan melangkah pergi.
Selir Mo mengigit bibirnya.
Ketika Tuan Besar pergi, Selir Jing mengeluarkan senyuman sinisnya, berdiri kemudian menatap Selir Mo dengan tatapan iba. "Selir Mo, kedepannya kau harus lebih memperhatikan sikapmu. Jika tidak, kehilangan muka hanyalah hal kecil, tetapi jika kehilangan kekuasaan, kau mungkin tidak akan sanggup menanggungnya."
Tanpa menunggu reaksinya, Selir Jing pergi meninggalkan Aula. Begitupun dengan Selir Shu yang juga meninggalkan Aula.
"Jiang Xingyu! Jing Rong!..." Suara Selir Mo seperti terjepit disela-sela tenggorokannya.
Jiang Linxin memandang Ibunya. Ketidaksukaan yang tak terlihat kini muncul dimatanya.
Walaupun Selir Mo adalah Ibu kandungnya, tapi bukan berarti ia menerima status Puteri Selir.
Karena status ini ia dikucilkan dan dipandang dingin oleh banyak orang. Walaupun ia dikenal sebagai Gadis berbakat, tetapi karena statusnya, semuanya tidak berarti.
"Apa gunanya marah? lebih baik ingatlah perkataan Ayah." Ucapnya, suaranya terdengar datar dan sedikit terasing.
Selir Mo tertegun dan menatap Puteri pertamanya dengan mata tidak percaya.
Jiang Linxin mengerti pikiran Ibunya. Tapi ia tidak peduli dan hanya berkata. "Kedepannya lebih baik kita tidak melanggar peraturan. Jika tidak, Jiang Xingyu pasti akan membuat hidup kita lebih menderita dari ini."
Setelah itu ia beranjak meninggalkan Aula, meninggalkan Ibunya yang termenung sendirian.
.
.
_____Happy Reading_____
pengen baca lanjutannya di mana?
judul aslinya apa sih thoor?