Sebuah kejadian mengerikan justru mengubah takdir seorang bocah manusia biasa menjadi seseorang yang dapat menjalani praktik kultivasi.
Berguru pada para jagoan kultivator yang hebat dan berkeliling dunia, Yao Han menyerap banyak ilmu dan pengalaman dalam perjalanan menggapai tingkat praktik tertinggi.
"Keabadian-! Aku datang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon maswaw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MTI 032 - Hidup Mati
Yao Han sempat berpikir Feng Xian mengangkatnya sebagai murid hanya sebatas nama, karena sampai lima tahun berlalu seolah tidak terlihat Feng Xian mengajarkannya ilmu yang dia janjikan dulu.
Memang pernah Yao Han belajar Dao Melukis dari Feng Xian, tetapi perkembangan ilmu satu itu tidak sebagus dengan perkembangan ilmu lain. Pencapaiannya pun hanya naik sedikit, sama sekali tidak sebanding dengan pencapaian ilmu-ilmu yang dia pelajari dari Meirong dan Yutian.
Yao Han kemudian diajari Dao Musik dan diajari bermain kecapi. Namun setelah beberapa waktu, Feng Xian menemukan ternyata Yao Han lebih ahli dalam memainkan alat musik lain, yaitu seruling. Yao Han mendapat seruling hijau giok dari Feng Xian.
Hal utama yang dipelajari Yao Han dari Feng Xian adalah cara bertarung. Sebelumnya Yao Han sudah mendapatkan pengalaman ini dari latih tanding bersama Meirong dan Yutian, tetapi dengan Feng Xian terasa sangat jauh berbeda.
Diatas puncak gunung, dibawah langit cerah menjelang sore, dua sosok berbeda usia saling berhadapan.
"Hosh... hosh... hosh..."
Berada dalam posisi setengah berlutut, Yao Han sudah payah mengatur napasnya. Keringat memenuhi wajah dan hampir seluruh bagian tubuhnya.
Dihadapannya, Feng Xian berdiri santai dengan kedua tangan dibelakang punggung, menatap Yao Han sambil tersenyum tipis.
"Hari ini cukup sampai disini."
Yao Han mengangguk pelan, lalu tanpa berpindah tempat, langsung membaringkan diri di rerumputan hijau nan segar. Feng Xian membiarkannya dan berjalan menuju teras rumah.
Baru saja Yao Han selesai latih tanding dengan Feng Xian untuk kesekian kalinya selama setahun terakhir dan setiap kali selesai, Yao Han berakhir dengan kondisi yang sama, mengalami kelelahan luar biasa.
Harus Yao Han akui, latih tanding dengan Feng Xian sangat berbeda. Bahkan dia tidak merasa sedang latih tanding, melainkan pertarungan hidup dan mati.
Setiap latih tanding yang dia jalani penuh penyiksaan, menyudutkan posisinya, mengancam nyawa, dan mau tidak mau harus berusaha keras agar tidak terluka. Terbalik dengan Feng Xian yang tampak santai tanpa menahan diri atau berbelas kasih pada kondisinya.
Keluhan Yao Han sama sekali tidak dihiraukan Feng Xian dan beralasan agar Yao Han terbiasa jika terlibat pertarungan keras saat berkelana nanti.
Ingin rasanya Yao Han menangis dan mencurahkan semua perasaan yang ditahannya selama ini pada orang lain, tetapi Yao Han tidak menemukan orang yang tepat. Meirong dan Yutian tidak sedang bersamanya karena masih menjalani latihan tertutup kedua kalinya untuk memasuki Ranah Inti.
Yao Han terlalu lelah untuk bangkit dan kemudian tertidur di tempat yang sama. Dia baru bangun keesokan hari saat menjelang siang setelah mendengar suara ledakan keras.
BOOMMM!!!
"Apa itu?" gumam Yao Han yang terbangun sambil mengusap kedua mata. Jantungnya berdebar kencang karena suara tersebut.
Setelah semua pikiran dan nyawanya terkumpul, Yao Han baru menyadari keberadaan Feng Xian disampingnya, berdiri tenang sambil menatap ke satu arah. Tepatnya hutan di kawasan zona awas.
"Suara ledakan barusan adalah tanda berhasil memasuki Ranah Inti..." ujar Feng Xian tanpa menoleh.
Yao Han bangkit dengan wajah antusias, "Itu pasti Guru Hong!" serunya dijawab anggukan pelan Feng Xian.
Meirong terlebih dahulu menjalani latihan tertutup, baru satu bulan kemudian Yutian menyusul. Feng Xian menyediakan tempat latihan tertutup di zona awas yang cukup jauh dari gunung kediamannya.
Jarak antara tempat latihan Meirong dengan Yutian lebih jauh dari sebelumnya, sampai beberapa kilometer.
Ledakan itu diikuti asap dan debu tebal, Yao Han terpana karena area ledakan itu cukup luas. Setelah asap dan debu perlahan menghilang, muncul cahaya terang berwarna keemasan.
Feng Xian tertawa, sementara Yao Han yang penasaran dengan cahaya keemasan tersebut dibuat bingung dengan tingkah gurunya.
"Apa yang membuat Guru tertawa?"
"Hm? Kupikir kau mengerti arti cahaya keemasan itu."
Yao Han menggeleng pelan, lalu Feng Xian menjelaskan cahaya keemasan itu menandakan Meirong berhasil memasuki Ranah Inti dengan membentuk Inti Emas, jenis Inti terbaik yang kekuatannya mencapai seratus kali lipat Pondasi Langit tahap puncak.
Setelah mendengar ini, Yao Han ber'woah' ria dan tidak sabar menemui Meirong untuk memberi selamat. Feng Xian kembali ke rumah sementara Yao Han tetap menunggu disana.
Sore harinya...
"Guru Hong-!"
Yao Han melambaikan tangan dan menyambut antusias Meirong yang terbang ke arahnya dalam wujud Feniks. Seluruh bulunya diselimuti api kemerahan, membuat Yao Han terkagum-kagum. Ukuran tubuhnya dalam wujud Feniks juga lebih besar, sekitar lima kali ukuran tubuh Yao Han.
Meirong perlahan turun dihadapan Yao Han dengan anggun. Sebelum kakinya menyentuh tanah, tubuhnya bercahaya merah keeemasan dan wujudnya berubah menjadi manusia.
"Han'er..." sapa Meirong tersenyum manis. Yao Han segera memeluk guru cantiknya.
"Guru Hong, aku merindukanmu..."
Meirong tertawa lirih, Yao Han selalu bersikap manja padanya. Dia tahu Yao Han rindu berat padanya, terasa dari betapa eratnya pelukan Yao Han.
"Ya ampun-! Kenapa dirimu tampak dekil begini?" Meirong baru menyadari penampilan Yao Han setelah pelukan mereka terurai.
Yao Han menjelaskan garis besar kondisinya, membuat Meirong berdecak pelan. Meirong menyuruh Yao Han membersihkan diri, sementara dirinya menemui Feng Xian.
***
"Guru, silahkan diminum..."
Yao Han yang sudah bersih dan segar datang membawa nampan yang diatasnya ada teko dan tiga cangkir. Dia menyajikan teh untuk Feng Xian dan Meirong.
"Aromanya wangi sekali..." Meirong meminum teh itu lalu berseru pelan, "Teh Rumput Perak?" Meirong yang juga seorang Alkemis sensitif terhadap aroma tanaman sihir, sehingga dia mengenali bahan baku dalam teh tersebut.
Yao Han tersenyum lebar dan membenarkan. Dia menceritakan pengalamannya yang berusaha membuat ramuan teh yang enak untuk disajikan pada ketiga gurunya. Kemudian dia berhasil menemukan racikan dengan bahan utama Rumput Perak.
"Sudah lama aku tidak menikmati teh seenak dan sewangi ini. Kau sungguh pintar, Han'er. Kau pasti mendapat banyak pelanggan jika membuka usaha kedai teh."
Yao Han cengengesan dan merasa besar kepala mendengar pujian Meirong, tetapi itu tidak lama saat mendengar ucapan Feng Xian.
"Akan lebih baik kalau kau menyajikan arak..." celetuk Feng Xian setelah meminum teh.
Meirong hampir tersedak teh dan Yao Han tersenyum canggung.
"Senior-! Bagaimana bisa kau menyuruh Han'er yang masih dibawah umur untuk menyajikan arak? Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?"
Meirong tidak menahan diri dalam melancarkan protesnya, ditambah dia juga sedikit melotot pada Feng Xian. Pria itu menanggapi santai, mengangkat bahu lalu tertawa pelan.
"Teh ini memang enak, tetapi aku lebih menyukai arak. Kau seorang wanita... jadi tidak mengerti tentang romansa pria dengan arak. Lagipula aku hanya bercanda, tidak perlu ditanggapi serius..."
'Sungguh candaan yang buruk,' gerutu Meirong dan Yao Han dalam hati.
---
yao han ada perasaan sama fu mian kali ya???????
yao han, buktikan ke mereka, kalau mereka salah. semangat..!!