Mortal To Immortal (Book 1)
Novel ini menggunakan tipe alur lambat.
Silahkan baca 10 episode awal, lalu jika bosan langsung skip ke episode 41 saat tokoh utama memulai perjalanan.
Benua Bulan Biru, daratan luas yang sejak sepuluh ribu tahun lalu terbagi menjadi tiga wilayah pemerintahan, yang disebut sebagai Tiga Negeri, yaitu Negeri Awan Biru, Negeri Tanah Merah, dan Negeri Hutan Hijau.
Setiap negeri dipimpin oleh seorang Kaisar yang diberi nama sesuai dengan negeri yang dipimpin, yaitu Kaisar Biru, Kaisar Merah, dan Kaisar Hijau.
Diantara ketiga wilayah ini, Negeri Hutan Hijau yang paling kecil wilayahnya dan paling lemah dari segi kekuatan militer, tetapi negeri ini masih sanggup bertahan dari 'tekanan' dua negeri lain dikarenakan keberadaan kultivator hebat yang tinggal di sana.
Kultivator, apa atau siapa itu? Kultivator adalah sebutan untuk orang yang menempuh jalan keabadian melalui praktik kultivasi, dengan cara menyerap energi alam semesta atau Qi ke dalam tubuh.
Tujuan utama praktik kultivasi adalah untuk hidup panjang, ratusan bahkan ribuan tahun, menjadi seorang abadi. Namun, ada pula yang menjalani praktik ini untuk memperoleh kekuatan, baik itu digunakan sebagai perlindungan diri atau menguasai dunia.
Meskipun wilayahnya yang paling kecil, ada cukup banyak kota yang berdiri di Negeri Hutan Hijau. Salah satunya bernama Kota Bukit Bunga. Kota ini merupakan sebuah kota kecil yang penduduknya tidak sampai seribu orang dan sekitar dua puluh persen di antaranya adalah kultivator.
Kota Bukit Bunga memang bukan kota besar atau kaya, tetapi penduduknya hidup dengan aman, tentram, damai, sentosa, dan sejahtera dalam kesederhanaan.
Diantara penduduk Kota Bukit Bunga yang tidak seberapa banyak itu, ada satu nama yang cukup terkenal, yaitu Yao Han. Dia adalah seorang anak laki-laki yang saat ini berusia 10 tahun. Dikenal sebagai anak yang cukup periang, cerdas, dan ringan tangan.
Sekilas tentang Yao Han, dia adalah seorang anak yatim piatu. Ayahnya meninggal saat dia masih berusia empat bulan dalam kandungan, sedangkan ibunya meninggal tidak lama setelah melahirkannya.
Beruntungnya ada seorang wanita lanjut usia bernama Nenek Yue, sekaligus ibu angkat dari mendiang ibu Yao Han, yang mengambil alih pengasuhan dan perawatan Yao Han.
Dibalik kemalangan Yao Han yang tidak sempat mengenal kedua orang tuanya, dia memiliki beberapa keberuntungan. Yao Han terlahir dengan fisik yang kuat dan tumbuh menjadi anak yang cerdas.
Dia juga tertarik untuk menjalani praktik kultivasi saat berumur tujuh tahun, meski sudah pernah mendengar tentang hal ini sejak berusia lima tahun.
Namun sayangnya, pemeriksaan oleh salah satu Tetua Kota menunjukkan Yao Han tidak bisa berlatih kultivasi karena tidak memiliki satu syarat utama dan penting dalam praktik kultivasi, yaitu akar roh.
Tidak peduli seberapa keras usaha yang dilakukan Yao Han, sampai kapanpun dia akan tetap menjadi manusia biasa karena tidak terlahir dengan akar roh dalam tubuhnya, kecuali ada sebuah keajaiban yang terjadi padanya.
Yao Han sempat merasa sedih, tetapi tidak lama karena Tetua Kota tersebut mengatakan Yao Han bisa mencoba hal lain, yaitu menjalani latihan untuk memperkuat fisiknya, yang menjadi salah satu kelebihan yang dia miliki.
Sejak saat itu, Yao Han bekerja keras menjalani latihan fisik yang dia buat sendiri dan masukan dari beberapa Tetua Kota yang cukup dekat dengannya. Dua tahun kemudian, Yao Han berhasil mendapatkan kekuatan fisik yang jauh melebihi usia aslinya.
Yao Han tidak lagi menjalani latihan fisik sejak meninggalnya Nenek Yue. Saat itu dia berusia sembilan tahun. Tidak banyak yang diwariskan Nenek Yue padanya, hanya rumah yang sangat sederhana dan beberapa harta yang tidak seberapa. Penduduk kota yang bersimpati terhadap Yao Han memberikan bantuan berupa makanan dan pakaian.
Tidak ingin larut dalam kesedihan karena ditinggal orang yang merawatnya, Yao Han kembali menjalani latihan. Berbeda dari sebelumnya, setelah mendapatkan kekuatan fisik yang cukup, dia mencoba latihan lain, yaitu latihan memperkuat pikiran dan jiwa melalui meditasi. Selama satu tahun terakhir, latihan inilah yang dijalani oleh Yao Han.
***
Disalah satu kawasan pinggiran Kota Bukit Bunga, ada hutan kecil yang biasa dijadikan tempat berburu. Dibalik hutan itu ada sebuah sungai kecil yang airnya jernih dan alirannya cukup deras. Terkadang beberapa orang mendatangi tempat ini untuk memancing atau melepas lelah setelah berburu.
Beberapa bulan terakhir, tempat itu memiliki pengunjung tetap, yaitu Yao Han. Bocah lelaki itu menjadikan pinggir sungai sebagai tempat meditasi kesukaannya sejak pertama kali mendatangi tempat tersebut.
Disalah satu sisi sungai, ada yang sebuah batu besar yang bagian atasnya nyaris rata. Yao Han selalu bermeditasi diatas batu ini menghadap ke sungai.
Biasanya Yao Han akan datang ke tempat ini satu jam setelah sarapan dan akan kembali ke rumah menjelang waktunya makan siang atau terkadang sore hari.
Saat ini, hari sedang cerah. Tidak terlihat awan di langit dan udara terasa sejuk. Yao Han tersenyum lebar menatap langit, mengetahui bahwa hari ini adalah salah satu hari terbaik untuk memulai meditasi panjang sampai sore hari.
"Baiklah, mari kita mulai..."
Yao Han memejamkan mata, beberapa kali menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Tidak lama kemudian, Yao Han larut dalam meditasi mendalamnya.
Satu jam berlalu. Sayangnya sesuatu diluar harapan atau perkiraan Yao Han. Alam seolah tidak berpihak padanya karena tiba-tiba langit berubah.
Awan-awan mulai berkumpul, perlahan putih menjadi kelabu dan semakin gelap. Awan-awan gelap ini menghalangi sinar matahari, membuat Kota Bukit Bunga dan sekitarnya seperti mengalami malam begitu cepat.
Suhu udara turun, kilat menggeliat di balik awan-awan gelap diikuti suara gemuruh yang semakin lama semakin keras. Sebuah fenomena yang biasanya merupakan tanda akan turunnya hujan lebat.
Merasa terganggu, Yao Han membuka mata perlahan dan mengerjap beberapa kali. Matanya melebar melihat sekitarnya.
"Eh? Kenapa cuaca tiba-tiba berubah?" gumam Yao Han yang terkejut melihat awan-awan gelap. Yao Han berdecak pelan karena meditasinya terganggu.
Tidak ingin terjebak hujan atau pulang dalam kondisi kehujanan, Yao Han segera beranjak dari tempat itu. Baru saja dia berdiri dan hendak berbalik, sesuatu turun begitu cepat ke arahnya.
BLAARRR!!!
Kilatan cahaya berwarna keemasan mengenai tubuh Yao Han dengan sangat telak, diikuti dengan suara menggelegar, menggetarkan bumi dan langit, menakuti penghuni hutan kecil disana dan penduduk Kota Bukit Bunga.
Yao Han bahkan tidak sempat berteriak, karena segera saja dia kehilangan kesadaran dan jatuh ke sungai, tubuh malangnya terseret arus entah kemana. Sementara batu besar yang menjadi pijakan terakhir Yao Han sudah menghilang menjadi serpihan debu.
Tidak lama, turun hujan gerimis selama tiga hari tiga malam. Setelah reda, barulah ada beberapa penduduk yang menyadari, salah satu anak muda di kota mereka menghilang secara misterius.
---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Derajat
Awal yg menarik.....
2024-01-29
2
#Elg
👣👣
2023-03-08
1
Sastrawan Ginting
berkah langit turun ke YH, lanjut thor..
2022-12-30
0