Di Desa Fuyun yang terkubur salju, Ling Tian dikenal sebagai dua hal yakni badut desa yang tak pernah berhenti tertawa, dan "Anak Pembawa Sial" yang dibenci semua orang.
Tidak ada yang tahu bahwa di balik senyum konyol dan sikap acuh tak acuh itu, tersimpan jiwa yang lelah karena kesepian dan... garis darah monster purba yang paling ditakuti langit yakni Kunpeng.
Enam puluh ribu tahun lalu, Ras Kunpeng musnah demi menyegel Void Sovereign, entitas kelaparan yang memangsa realitas. Kini, segel itu retak. Langit mulai berdarah kembali, dan monster-monster dimensi merangkak keluar dari bayang-bayang sejarah.
Sebagai pewaris terakhir, Ling Tian dipaksa memilih. Terus bersembunyi di balik topeng humornya sementara dunia hancur, atau melepaskan "monster" di dalam dirinya untuk menelan segala ancaman.
Di jalan di mana menjadi pahlawan berarti harus menjadi pemangsa, Ling Tian akan menyadari satu hal yakni untuk menyelamatkan surga, dia mungkin harus memakan langit itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31: Pengalihan Isu
Langit di atas Ngarai Guntur Mati berubah menjadi medan pembantaian.
BLAAAARR!
Seekor Hiu Langit Bersisik Besi menabrak tiang layar utama Bahtera Roh. Kayu Thunderwood yang sekeras batu itu retak, mengirimkan serpihan tajam ke segala arah.
"PERTAHANKAN FORMASI!" teriak Fang Yu, suaranya menggelegar mengatasi deru angin.
Sang Kapten Tim tidak sekadar berteriak. Dia melompat ke udara, Broadsword emas di punggungnya telah tercabut.
"TEKNIK PEDANG RAJA PEMBELAH GUNUNG!"
Cahaya emas menyilaukan meledak dari bilah goloknya. Fang Yu menebas vertikal. Seekor Hiu Langit yang sedang mencoba menggigit kepala Lei Hao terbelah dua dari moncong hingga ekor. Darah dan organ dalam monster itu menghujani geladak, mendesis saat menyentuh lantai kayu yang dialiri listrik formasi.
"Kuat..." batin Lei Hao, wajahnya pucat. Dia baru saja nyaris mati, tapi Fang Yu membunuh monster Qi Condensation Tingkat 7 itu seperti memotong tahu.
Namun, musuh mereka bukan binatang bodoh.
"Tembak!" perintah pemimpin Perampok Awan Merah yang melayang di atas elang raksasa di luar jangkauan serangan.
WUSH! WUSH! WUSH!
Puluhan tombak berantai ditembakkan lagi dari segala arah. Kali ini bukan untuk menarik kapal, tapi untuk memecah konsentrasi. Para perampok itu bergerak lincah, melompat dari punggung hiu ke geladak, menyerang secara gerilya.
Jiang Wuqing dan Xueya bertarung punggung-punggungan.
"Mereka terlalu banyak!" seru Xueya. Dia menebarkan Ice Needles (Jarum Es), membekukan tiga perampok sekaligus, tapi lima lagi datang menggantikan posisi mereka.
Jiang Wuqing bergerak seperti air, pedang Autumn Water-nya menari elegan, memutus urat nadi setiap musuh yang mendekat. Tapi wajahnya yang bengkak membuatnya sedikit lambat, dan napasnya mulai berat.
Di tengah kekacauan itu, Ling Tian berada di pinggiran geladak.
Dia tidak terlihat menonjol. Dia menunduk, menghindari sabetan parang seorang perampok, lalu "secara tidak sengaja" menyandung kaki perampok itu hingga jatuh keluar kapal.
"Tolong! Jangan bunuh aku!" teriak Ling Tian dengan nada panik yang dibuat-buat, sambil diam-diam mematahkan leher perampok lain yang mencoba menyergapnya dari belakang, lalu melempar mayatnya ke lautan awan.
"Aktingmu sungguh buruk," komentar Tuan Kun datar.
"Yang penting efektif," balas Ling Tian dalam hati.
Matanya yang tajam menyapu medan tempur.
Ada yang aneh.
Jumlah perampok di geladak memang banyak, sekitar lima puluh orang plus puluhan hiu. Tapi... mereka lemah. Rata-rata hanya Qi Condensation Tingkat 3 atau 4. Mereka jelas hanya sebuah umpan.
Di mana letnan-letnan mereka? Di mana para elit yang auranya sempat dirasakan Tuan Kun tadi?
"Ling Tian," suara Tuan Kun tiba-tiba menajam. "Di bawah."
"Lambung kapal?"
"Ya. Aku merasakan lima... tidak, enam aura tingkat tinggi bergerak cepat di lorong palka bawah. Mereka tidak naik ke atas. Mereka menuju Ruang Kargo."
Ling Tian menyeringai tipis.
"Jadi sirkus di atas ini cuma pengalihan," gumamnya. "Fang Yu dan yang lain sibuk memukul badut, sementara uangnya dicuri lewat pintu belakang."
Ling Tian melirik Fang Yu yang sedang sibuk bertarung melawan seekor Hiu Langit raksasa. Tidak ada yang memperhatikannya.
Ling Tian memanfaatkan ledakan dari sebuah jimat api yang dilempar Lei Hao. Asap hitam mengepul tebal.
Sret.
Ling Tian mundur masuk ke dalam asap, lalu berbelok tajam menuju tangga darurat yang mengarah ke dek bawah.
Sosoknya menghilang dari pertempuran di atas, ditelan kegelapan perut kapal.
Suasana di Palka Bawah sangat kontras dengan di atas.
Di sini, tidak ada teriakan perang. Tidak ada deru angin. Hanya ada suara dengungan mesin kapal yang monoton dan... bau amis darah yang masih segar.
Ling Tian menuruni tangga besi tanpa suara. Langkah Ghost Flicker-nya membuatnya seringan bulu.
Di ujung tangga, dia melihat pemandangan yang membuatnya menyipitkan mata.
Dua pelayan bisu penjaga lorong sudah tergeletak di lantai. Leher mereka digorok dengan sangat rapi. Darah masih menggenang, menandakan mereka baru saja mati beberapa detik lalu.
"Profesional," bisik Ling Tian. "Luka sayatannya tipis. Satu serangan fatal. Ini bukan kerjaan perampok barbar. Ini pembunuh bayaran."
Ling Tian terus bergerak, merapat ke dinding, menyatu dengan bayangan. Pedang raksasa Embrio Void sudah ada di tangan kirinya, tapi dia menyeretnya sedikit di atas lantai agar tidak bersuara.
Dia sampai di persimpangan lorong yang mengarah ke Ruang Kargo Terlarang (tempat Xueya menyimpan peti itu semalam).
Di sana, dia melihat mereka yang berjumlah enam orang.
Mereka tidak memakai topeng tengkorak burung atau jubah merah mencolok seperti teman-teman mereka di atas. Mereka mengenakan pakaian ketat serba hitam yang menyerap cahaya, dengan peralatan lengkap di pinggang: pisau lempar, bom asap, dan alat pembongkar segel.
Pemimpin mereka, seorang pria pendek dengan satu mata tertutup, sedang menempelkan selembar jimat berwarna ungu ke Pintu Besi Hitam.
"Cepat," desis si pemimpin. Suaranya sangat pelan. "Kekacauan di atas tidak akan bertahan lama. Fang Yu itu kuat."
"Segelnya rumit, Bos," jawab anak buahnya yang sedang mengutak-atik kunci pintu dengan jarum Qi. "Ini segel Shenxiao asli. Butuh waktu dua menit."
"Satu menit. Atau kutuangkan racun ke tenggorokanmu."
Ling Tian mengamati dari balik tumpukan peti, sekitar dua puluh meter dari mereka.
"Mereka tahu lokasi tepatnya," analisis Tuan Kun. "Dan mereka punya alat pemecah segel spesifik untuk teknik Istana Shenxiao. Ling Tian, ada pengkhianat yang menjual informasi rute dan kargo ini."
"Aku tidak peduli soal politik," batin Ling Tian, otot-ototnya menegang. Tangan kanannya mulai terasa panas, bereaksi terhadap niat membunuh.
"Tapi peti di dalam itu makananku. Dan aku tidak suka berbagi dengan yang lain."
Salah satu penyusup yang bertugas menjaga belakang tiba-tiba menoleh. Instingnya begitu tajam. "Siapa di sana?!"
Dia melempar pisau belati ke arah tumpukan peti tempat Ling Tian bersembunyi.
TANG!
Pisau itu tidak menancap di kayu. Pisau itu terpental karena menghantam sebatang besi hitam yang muncul dari kegelapan.
Ling Tian melangkah keluar.
Dia tidak lagi memasang wajah "pelayan bodoh". Wajahnya datar, dingin, dan matanya memancarkan aura predator yang membuat suhu di lorong itu turun beberapa derajat.
"Kalian salah jalan," kata Ling Tian tenang, memutar bahu kirinya. Pedang raksasa di tangannya berputar pelan, menciptakan suara wuuung yang mengancam.
"Toilet ada di sebelah kiri. Ini gudang makanan."
Si pemimpin penyusup berbalik. Dia memindai Ling Tian sekilas.
"Seorang pelayan? Ranah Qi Condensation Tingkat 1?" Si pemimpin mendengus meremehkan. "Bunuh dia dan jangan berisik."
Dua penyusup terdekat langsung bergerak. Menuju Ling Tian dengan sangat cepat.
Srat! Srat!
Mereka menghunus pedang pendek kembar, melesat ke arah Ling Tian dari kiri dan kanan dalam gerakan menjepit.
"Mati kau, Tikus!"
Ling Tian tidak mundur. Dia juga tidak mencoba menangkis. Dia melangkah maju dengan kaki kirinya, lalu memutar tubuhnya searah jarum jam.
Ia ingat pelajaran Tuan Kun: Jangan gunakan otot untuk mendorong. Gunakan berat senjata.
Ling Tian membiarkan berat 300 kilogram dari Embrio Void jatuh, lalu dia memutar pinggangnya, mengubah gaya gravitasi itu menjadi gaya sentrifugal horizontal.
Pedang raksasa itu berayun seperti kipas angin maut.
"Teknik Pedang Berat Penyapu Debu!"
Kedua penyusup itu terbelalak. Mereka mencoba menahan ayunan itu dengan pedang pendek mereka. Sebuah kesalahan fatal.
KRAAAK!
Suara pedang pendek yang patah berbarengan dengan suara tulang rusuk yang hancur.
Kedua penyusup itu tidak terpental, mereka terlipat. Tubuh mereka dihantam besi tumpul raksasa di lorong sempit. Mereka terbanting ke dinding lorong dengan suara gedebuk basah, lalu merosot jatuh menjadi onggokan daging yang tak berbentuk dan mati seketika.
Empat penyusup yang tersisa, termasuk si pemimpin, membeku.
Mata mereka menatap mayat temannya, lalu menatap pedang raksasa berkarat di tangan pelayan itu.
"Siapa..." si pemimpin menyipitkan matanya yang tersisa, tangannya meraba gagang pedang di punggungnya. "...siapa kau sebenarnya?"
Ling Tian menyandarkan pedang raksasanya di bahu, menghalangi seluruh lebar lorong sempit itu dengan tubuh dan senjatanya.
Dia tersenyum. Senyum yang membuat para pembunuh bayaran itu merasa merekalah yang sedang diburu.
"Aku?" Ling Tian menjawab santai.
"Aku penjaga gudang yang sedang lembur. Dan kalian tidak punya tiket masuk."
Ling Tian mengangkat tangan kanannya yang diperban. Aura merah Asura tipis mulai merembes keluar dari balik kain itu, membakar udara di sekitarnya.
"Babak kedua dimulai. Jangan mengecewakanku."