Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sepertinya itulah pribahasa yang cocok menggambarkan seorang gadis cantik bernama Emila. Setelah hubungannya kandas karena kehadiran orang kedua, kini ia harus merasakan menjadi yang kedua pula untuk seorang pria yang sudah beristri karena mengandung anak dari pria itu setelah melewati malam panas dan ia dinyatakan mengandung.
Penawaran pernikahan sebagai bentuk tanggung jawab dari pria yang sudah menanamkan benih di rahimnya membuat Emila tak bisa menolak karena tidak ingin membuat ibunya malu dan akhirnya mendapatkan perlakuan buruk dari orang sekitarnya.
Bagaimana nasib Emila selanjutnya setelah menikah menjadi yang kedua sedangkan istri pertama pria tersebut tidak mengetahui pernikahan diam-diam mereka? Apakah istri pertama pria itu akan bersikap baik pada Emila atau justru sebaliknya setelah kebenaran itu terungkap mengingat istri pertama dari pria itu dinyatakan sulit memiliki seorang anak?
Yuk ikuti kisah Emila dan Arkana di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau tidak baik-baik saja
Dessy menganggukkan kepalanya. Ia nampak bingung melihat perubahan ekspresi Arkana saat ini.
"Sakit apa dia?" Tanya Arkana cepat.
"Tadi saat jam makan siang Emila tiba-tiba saja muntah di dalam kamar mandi, Tuan. Emila bilang asam lambungnya kumat." Jelas Dessy.
"Apa..." suara Arkana terdengar pelan. Tanpa banyak bertanya lagi Arkana pun segera berpamitan untuk pergi pada Dessy.
"Ada apa dengan Tuan Arkana? Kenapa dia terlihat aneh sekali?" Gumam Dessy.
Arkana yang hendak menemui ibunya di ruangan kerjanya pun mengurungkan niatnya dan kembali masuk ke dalam mobil yang baru saja ia parkirkan.
"Loh, kenapa tidak jadi masuk Tuan?" Tanya satpam saat mobil Arkana kembali melewati area masuk toko.
"Ada urusan mendadak." Jawab Arkana singkat lalu menutup kaca mobilnya dan melajukan mobilnya keluar dari area toko.
"Tuan Arkana aneh sekali." Gumam Satpam tersebut lalu menggelengkan kepalanya.
Arkana melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang saat mobil miliknya sudah melaju di jalan raya. Pandangannya pun turut mengedar mencari keberadaan wanita yang ia yakini masih berada di dalam perjalanan pulang saat ini.
"Apa aku sudah tertinggal jauh?" Gumamnya menebak-nebak karena sejak tadi tidak melihat keberadaan motor Emila.
Berpikir jika jarak Emila sudah jauh darinya membuat Arkana menambah laju kecepatan mobilnya menuju rumah mertuanya.
Emila yang baru saja sampai di rumahnya dibuat terkejut saat mobil Arkana berhenti tepat di belakang motornya.
"Tuan Arkana? Kenapa dia ke sini?" Gumam Emila lalu turun dari motornya.
"Apa kau baik-baik saja?" Sebuah pertanyaan keluar dari mulut Arkana setelah ia berada tepat di hadapan Emila.
Kening Emila mengkerut menandakan ia sedang bingung saat ini. "Kenapa anda bertanya seperti itu?" Tanyanya.
"Jawab saja pertanyaanku dan jangan bertanya balik." Jawab Arkana.
Emila menghela nafas. Aneh sekali pria yang ada di depannya saat ini. Datang secara tiba-tiba dan memberikan pertanyaan yang harus ia jawab.
"Saya baik." Jawab Emila singkat.
Arkana tentu tidak percaya begitu saja. Terlebih ia dapat melihat wajah Emil yang nampak pucat saat ini.
"Kita ke rumah sakit sekarang juga!" Ucap Arkana lalu memegang tangan Emila.
"Anda ini apa-apaan?" Emila memberontak minta dilepaskan.
"Kau yang apa-apaan. Kenapa kau berbohong jika baik-baik saja sedangkan tadi di toko kau tidak baik-baik saja!" Ucap Arkana.
Emila menatap sebal pada Arkana. Dilihatnya ke sekitar rumahnya yang nampak sepi tidak ada orang yang berlalu lalang. Walau pun begitu tetap saja suaranya bisa sampai ke dalam rumah tetangganya jika ia menjawab perkataan Arkana dengan keras.
"Mila, Arkana. Ada apa ini?" Mendengar keributan di luar rumah membuat Bu Asma yang sedang menjahit pun keluar dan menghampiri anak dan menantunya.
"Mama, saya izin membawa Emila pergi memeriksakan kandungannya di rumah sakit. Tadi di toko Emila sempat muntah-muntah dan kini wajahnya nampak pucat." Ucap Arkana cepat.
Bu Asma menatap cemas pada putrinya itu. "Mila, apa benar kau tidak baik-baik saja, Nak?" Tanya Bu Asma lalu memperhatikan wajah putrinya. "Oh astaga... wajahmu pucat sekali, Nak." Lanjut Bu Asma kemudian.
Emila yang hendak menjawab pun mengurungkan niatnya karena Arkana mengambil alih jawabannya.
"Dia tidak baik-baik saja, Ma. Kalau begitu kami pamit pergi dulu ke rumah sakit." Ucap Arkana cepat lalu tanpa banyak kata lagi menuntun Emila masuk ke dalam mobil miliknya.
***