Hidup Arabella hancur ketika pamannya tega menjualnya pada Edward Frederick, seorang mafia berkedok Ceo yang terkenal kejam, dingin, dan arogan, hanya demi melunasi hutang akibat kebangkrutan perusahaan.
Dengan kaki kanan yang cacat karena kecelakaan di masa lalu, Arabella tak punya banyak pilihan selain pasrah menerima perlakuan sang suami yang lebih mirip penjara ketimbang pelindung.
Perlahan, keduanya terseret dalam permainan hati, di mana benci dan cinta tipis perbedaannya.
Mampukah Arabella bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini? Ataukah justru dia yang akan meluluhkan hati seorang Edward Frederick yang sekeras batu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
Makan malam telah tiba.
Namun hingga kini, Ara belum juga kembali ke mansion.
Biasanya, Edward selalu bersikap dingin dan tak peduli pada siapa pun, bahkan pada hal-hal kecil yang tak penting. Tapi malam ini, ia tak bisa memusatkan pikirannya ke pekerjaan.
“Bobby, cari dia!” titah Edward singkat.
Bobby mengangguk cepat dan bergegas menuju pintu. Baru beberapa langkah, suara ketukan terdengar. Pintu besar itu terbuka perlahan, memperlihatkan sosok wanita muda dengan wajah pucat dan rambut sedikit basah.
Ara berdiri di ambang pintu, tubuhnya sedikit gemetar karena salju sekaligus udara malam yang menusuk tulang.
“Dari mana saja kau?” tanya Edward menahan emosi dan kekhawatiran yang tertahan. “Kenapa baru kembali?”
Ara menunduk pelan, mencoba menyembunyikan kebohongan kecilnya.
“Maaf, tadi macet,” ucapnya pelan, senyumnya dipaksakan agar suaminya tak curiga.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Edward melepas jas hitam yang membungkus tubuhnya, lalu memakaikannya pada Ara.
“Masuklah!”
Ara menunduk, mengikuti ajakan itu. Edward memapahnya masuk, sementara di ruang tamu, dua sosok sudah menunggu. Alex dan Julia.
Suasana hening berubah tegang dalam sekejap. Julia, dengan gaun merah menyala dan tatapan sombong, langsung memicingkan mata begitu melihat Ara.
“Ed, siapa wanita ini?” tanyanya dengan nada tajam dan merendahkan. Tatapannya menelusuri Ara dari kepala hingga kaki. “Pelayan barumu? Lumayan cantik sih, sayangnya tetap saja pelayan adalah pelayan.”
Wajah Edward mengeras. Suaranya keluar tajam dan tegas, memotong kalimat itu tanpa ragu.
“Dia istriku.”
Julia sontak membelalakkan mata. “Apa? Istri?” pekiknya dengan nada tinggi, seperti tak percaya dengan apa yang baru didengarnya.
Alex yang duduk di sofa menatap situasi itu dengan wajah canggung. Ia segera berdiri, menghampiri Ara sambil tersenyum ramah.
“Halo, Tante. Aku Alex, keponakan Paman Edward.”
Ara tersenyum kecil, lalu mengusap lembut kepala bocah itu. “Hai, Alex. Salam kenal.”
Alex cepat menyadari sesuatu. Tatapannya menurun ke arah kaki Ara yang sedikit pincang dan wajahnya yang tampak menahan rasa tidak nyaman.
“Tante sakit?” tanyanya polos.
Ara menggeleng. “Tidak, hanya sedikit kedinginan.”
Tanpa ingin menambah suasana canggung, Ara berpamitan untuk beristirahat. Ia melangkah perlahan menuju tangga, meninggalkan ruangan yang kini berisi amarah yang nyaris meledak.
Begitu Ara menghilang di balik dinding, Julia langsung berdiri dan menatap Edward tajam.
“Kita harus bicara!” desisnya.
“Tidak sekarang,” balas Edward datar. “Istriku butuh aku.”
Edward kemudian menyusul Ara ke lantai atas, meninggalkan Julia yang mendengus keras dan menjejakkan kakinya dengan kesal.
“Wanita cacat itu istrinya? Sejak kapan dia menikahinya! Ini gila!” geram Julia sambil mengepalkan tangan.
Julia pikir Edward tak akan menikah dengan wanita lain, nyatanya? Edward menduakan nya!
Alex yang masih berdiri di dekat meja makan menatap Julia.
“Tante Julia,” ucapnya pelan tapi tegas, “tante seharusnya tahu diri. Paman Edward sudah menikah. Jangan jadi duri dalam rumah tangganya.”
Julia mendengus sinis. “Siapa yang jadi duri, bocah? Justru wanita cacat itu yang jadi durinya, bukan aku!”
Alex tersenyum tipis, lalu berjalan pelan ke arah meja makan, mengambil ipad-nya, lalu menunjukkan layar kepada Julia.
“Kalau begitu, mungkin tante mau menjelaskan ini?” tanyanya dingin.
Di layar ponsel itu terpampang foto-foto Julia bersama seorang pria, diambil secara diam-diam di hotel mewah beberapa hari lalu.
Foto yang jelas menunjukkan wajahnya tanpa bisa disangkal.
Julia sontak pucat. “Dari… dari mana kau dapat ini?”
Alex menaikkan sebelah alis. “Aku hanya butuh dua menit untuk membobol akun seseorang yang mencoba merusak reputasi keluargaku,” ucapnya santai. “Jadi, sebelum tante menyebut orang lain duri, sebaiknya lihat dulu di cermin.”
Julia terdiam. Bibirnya bergetar, tak mampu berkata apa-apa.
“Kalau tante masih ingin makan malam dengan tenang,” lanjut Alex sambil mematikan layar ponselnya, “aku sarankan jangan pernah menyebut tante Ara dengan nada seperti itu lagi.”
Alex berbalik, berjalan ke arah kamarnya, meninggalkan Julia yang terdiam mati kutu dengan wajah merah padam karena malu dan marah bercampur jadi satu.
Di lantai atas, Edward mengetuk pintu kamar.
“Ara, boleh aku masuk?” panggilnya.
“Masuklah,” jawab Ara.
Saat Edward masuk, dilihatnya Ara sedang duduk di tepi ranjang, membenamkan wajah di telapak tangan.
Edward mendekat, lalu duduk di sampingnya.
“Maaf kalau aku membuatmu tidak nyaman tadi,” ucapnya pelan.
Ara menatapnya sembari tersenyum samar. “Tidak apa-apa. Aku tahu, dimana posisiku. Aku hanya pengganti, bukan?” ucapnya berhasil menusuk dada seorag Edward Frederick.
“Dan seorang pengganti tetaplah menjadi pengganti,” lanjut Ara tersenyum kecut.
Edward menatapnya lama. Untuk pertama kalinya, tatapan itu bukan lagi dingin, melainkan tatapan bersalah.
“Bukan begitu, tapi–”
Tok! Tok!
Pintu diketuk oleh seseorang.
Mereka berdua menoleh bersamaan ke arah suara.
“Temui dia, Ed. Dia pasti merindukanmu,” ucap Ara meminta Edward segera keluar.
Menarik nafas panjang, Edward bangkit lalu berjalan ke arah pintu tanpa menoleh ke belakang.
“Aku sudah menduga akan seperti ini. Sebenarnya apa yang aku harapkan,” gumam Ara dalam hatinya.
si detektif kecil kayak Conan 😄😄😄..
badannya aja yg pitik ga sama isi kepala nya,,
dari pada uncle mu yg 1/2 ons
aihhh mau ngapain merek apa Edward mau ngetes lolipop nya Sam Jul Jul