Sagala terkejut bukan main saat tetangga depan rumah datang menemuinya dan memintanya untuk menikah dengan putri mereka secepatnya. Permintaan itu bukan tanpa alasan.
Sagala mendadak pusing. Pasalnya, putri tetangga depan rumah adalah bocil manja yang baru lulus SMA. Gadis cerewet yang sering mengganggunya.
Ikuti kisah mereka ya. Ketika abang adek jadi suami istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F.A queen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ibu-ibu Komplek
Pukul sepuluh, Sagala duduk di teras depan dengan secangkir kopi yang sudah mulai dingin. Angin pagi terasa sedikit lebih panas ketika suara panggilan dari balik pagar terdengar.
"Bang, istrinya ada nggak? Suruh keluar sini, ibu bikin asinan sama rujak seger!" seru Bu Ratna, tetangga sebelah, dengan logat ceria khasnya.
Sagala segera berdiri. "Bentar, saya panggilin Nisa," ucapnya sopan. Tapi sebelum berbalik masuk, ia menambahkan, "Makasih ya, Bu, udah ngajakin Nisa. Biar dia nggak bosen sendirian di rumah kalau saya lagi kerja."
Bu Ratna terkekeh. "Iya, Bang. Namanya juga anak muda. Yang tua-tua kayak kita harus ngerti. Kalau nggak dipanggil duluan, pasti malu mau ikut nimbrung, hehehe."
Sagala mengangguk paham, lalu melangkah masuk ke dalam.
Annisa tengah duduk menonton televisi saat ini. Sagala menghampirinya.
"Nis," panggil Sagala rendah. "Ada Bu Ratna, tetangga sebelah. Ngajakin kamu makan rujak di depan, mau?"
Annisa menoleh, sempat ragu sejenak. Tapi membayangkan wajah Bu Ratna yang ramah, ia merasa nggak enak kalau menolak.
"Iya," jawabnya akhirnya, berdiri sambil merapikan rambutnya. Lalu keluar bersama Sagala.
Di depan rumah Bu Ratna, sudah ada empat ibu-ibu berkumpul. Ada yang sedang menguleg bumbu rujak, ada yang menuang kerupuk ke dalam toples besar, satu lagi sibuk mengiris buah, dan satu lagi heboh merekam pakai ponsel.
"Wah, pengantin baru datang!" seru ibu berkerudung coklat sambil melambai.
"Sini, duduk sebelah teteh," sahut perempuan yang lebih muda dari yang lain, senyumnya ramah tapi kepo.
Pelan, Annisa duduk di sebelahnya.
"Nama saya Teh Nur," ucapnya memperkenalkan diri sambil tersenyum. Ia lalu menunjuk satu per satu. "Itu Ibu Ninik, yang tadi manggil kamu pengantin baru. Yang lagi ngiris buah Bu Ida, dan yang paling heboh pegang HP itu Bu Mia. Nah yang jemput kamu di rumah namanya Bu Ratna."
Annisa tersenyum canggung. Meskipun di sebutkan satu-satu kayaknya Nisa bakal lupa. Di desa pun ia jarang nongkrong bareng ibu-ibu. Karena dia bukan satu circle sama ibu-ibu.
Tapi demi menghargai sambutan mereka, dia mencoba membuka diri.
"Ketemu Abang Gala di mana, Nisa?" tanya Bu Ratna, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.
"Di desa tempat tinggal kami," jawab Annisa sopan, menunduk sedikit.
"Oalah, tetanggaan to?" Sahut Teh Nur.
"Iya," jawab Annisa singkat, senyum tipis di bibirnya.
"Jauh nggak rumahnya sama Bang Gala?"
"Deket."
Serentak ibu-ibu itu bersuara riuh, saling pandang dengan tawa menggoda.
"Berarti udah naksir lama si Bang Gala-nya sama kamu, ya?" Ujar Bu Mia.
Bu Ninik segera menyahut. "Nah pasti iya, pasti itu mah! Nunggu lulus SMA dulu!"
"Pantes aja si Abang teh nggak buru-buru nikah, ternyata nungguin adek cantik ini!" Imbuh Bu Ratna.
Annisa cuma nyengir, pipinya memanas. Ia pura-pura sibuk memakan jambu di tangannya.
Andai kisah ini seperti yang dibicarakan ibu-ibu, batin Nisa. Andai abang benar mencintainya dan menunggunya tumbuh remaja. Itu pasti sangat membahagiakan.
Tapi kenyataanya, jauh dari kisah itu. Sekarang ... sudah menyandang sebagai istrinya pun, abang nggak punya perasaan apa-apa padanya.
"Dulu komplek sebelah ada cewek yang naksir Bang Gala tau, Nis," kata Bu Ninik, nada suaranya penuh semangat khas awal ghibah.
Annisa tertarik dengan kisah ini. Apakah yang diceritakan adalah mantan pacar abang. Dia menyimak serius tentang ini.
Tapi Bu Ida segera menyahut. "Jangan ke komplek sebelah, deh. Si Siska itu tadinya kan naksir juga sama Bang Gala."
Bu Mia segera menunjuk rumah tak jauh dari mereka duduk. Berbeda lima rumah dari rumah Sagala.
"Itu rumahnya tuh, Nis. Anaknya pak polisi."
Bu Ratna menambahkan, "Kalau libur pasti caper di sini nih. Duduk di sini. Berharap diperhatiin. Hahaa aku mah ngakak aja kalau dia udah duduk manis di depan sini."
"Tadi pagi ada di sini nggak?" Tanya Teh Nur super kepo.
"Pagi ini nggak lah. Pan udah tau kalau Bang Gala udah nikah. Patah hati pasti dia," jawab Bu Ratna.
Bu Mia menepuk lengan Annisa. "Tapi tenang aja, Nak. Bang Gala mah nggak suka sama mereka."
Annisa mengangguk dengan senyum. Huff syukurlah, batinnya lega.
Tepat setelah itu, putri Bu Ratna datang. Memarkirkan motornya depan gerbang.
"Sini, Nad. Kenalan sama istrinya Bang Gala sini. Kalian seumuran. Kayaknya lebih cocok ngobrol sama kamu." Bu Ratna melambai pada anaknya.
Putri Bu Ratna bernama Nada segera menghampiri. Mengulurkan tangan dengan ramah. "Gue Nada. Salam kenal."
Annisa menjabat tangan itu dengan senyum. "Aku Nisa."
"Ikut gue aja yuk, nggak seru kan ngobrol sama ibu-ibu," ajak Nada bersahabat.
"Ya, sana ajak masuk ke dalem. Biar Nisa punya temen," sahut Bu Ratna.
Annisa pamit izin ikut Nada masuk ke rumah. Mereka duduk di ruang santai.
"Akun lo apa? Followan yuk."
Annisa menyebutkan nama akunnya. "Tapi aku lagi nggak bawa hape, ntar kalau udah pulang aku Followback."
Nada mengangguk. "Save juga nomer gue ya."
"Iya."
"Ntar kalau lo butuh temen main ajak gue aja. Nggak usah sungkan. Ntar gue kenalin sama temen-temen gue. Kita nongkrong bareng, okey."
Annisa mengangguk, sedikit ragu. Apa bisa dia bergaul dengan anak-anak kota.
Mereka mulai berbincang, Nada sangat bersahabat. Dari kemarin, ibunya membahas soal istri Bang Gala ini.
Sementara di sana. Sagala masih ada di teras. Dia bersyukur ibu-ibu komplek sangat membuka diri untuk kehadiran Annisa.
Pesan baru masuk di ponselnya. Dari Rania.
"Abang." Hanya itu. Dan itu ciri Khas Rania. Satu chat hanya bertulis 'abang'. Jika sudah dibalas, baru ia akan mengatakan maksudnya.
"Ya." Balas Sagala.
Rania tersenyum di seberang sana. Ia buru-buru membalas. "Maaf ya, Bang kalau ganggu. Tiba-tiba chat."
"Nggak, aku lagi santai." Balas Sagala.
"Mau minta tolong nih, Bang."
Sagala membalasnya. "Apa?"
Balasan cepat datang. "Seminggu lagi adekku cowok ulang tahun, aku mau beliin dia sepatu."
Rania mengirimkan tiga foto. "Bagus yang mana ya. Aku bingung. Tolong pilihin abang dong."
Sagala memperhatikan tiga foto itu lalu membalas dengan pilihan sepatu yang menurutnya bagus.
"Ini, lebih simpel."
Rania membalas. "Siap, makasih banyak, Bang."
"Sama-sama, Rania."
Chat berakhir.
🌱🌱
Sore hari. Annisa tengah duduk di sofa ruang santai. Scroll akun Nada dan beberapa teman Nada yang mulai dikenalkan padanya.
Sagala menghampiri tak lama setelah itu.
"Nisa," suaranya pelan tapi cukup untuk memecah diam yang menggantung. Dari pagi, mereka hanya berbicara seperlunya.
Annisa mengangkat wajah sekilas. "Ya?"
"Abang mau ke minimarket depan. Mau ikut nggak?" tanyanya, datar, tapi jelas terasa ada usaha di balik nada suaranya. Usaha kecil untuk menembus jarak yang terasa jauh sejak semalam.
Annisa menggeleng. Ia memperhatikan ponselnya lagi. “Nggak, aku di rumah aja."
Sagala mengangguk singkat. "Bener?"
"Iya."
"Mau pesen apa?"
"Nggak ada."
"Oke."
Keheningan kembali menelan ruang. Hanya terdengar suara langkah Sagala yang menjauh.
Annisa menatap punggungnya sampai hilang di balik pintu. Ada sesuatu di dadanya yang terasa sesak, tapi ia menahan diri. Tidak memanggil. Tidak mengatakan apa pun.
Tepat saat motor Sagala meninggalkan area, dua motor datang ke rumahnya. Dua kendaraan itu berhenti tepat di depan rumah, lalu tanpa ragu sedikit pun, salah satu dari mereka membuka gerbang besi. Gerbang itu berderit pelan, seolah sudah sering mereka lakukan.
Cil, ayookk coba rayu abang dehh, minta maaf duluan gak papa pas pulang kerja.. Abang yoook ajak ngomong bocilnya..
Hakekatnya wanita mah gak bisa di diemin, aku aja gitu kok, paling gak suka di diamkan sama suami, mending dimarahin aja aku sih 😩
pasti Annisa bakal ngerti
namanya juga bocil harus di kasih penjelasan detail gga bisa cuma gitu aja gga.
kdang kita yg dewasa aja klau bikin slah mrsa benar🤭🤭
soalnya gga enak klau marah nya abang diem. 😌.
emang laki² butuh waktu tp wanita butuh penjelasan🙃
next next... marahannya sebentr aj ya kak nas.. 🥲
itu bisa jadi masalah gede
lain kali kalo keluar sama Nada
kasih tau abang Nis
biar gak jadi salah paham
Walau Nisa menganggap teman dong lain halnya dengan zefan belum tentu