NovelToon NovelToon
Crazy Women For The Mafia

Crazy Women For The Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Romansa
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Caca 15

“Leeeettts Partyyyyyy…” Teriak Ara dengan semangat.

Di Villa tempat Ara tinggal, kini telah berkumpul banyak orang yang tidak lain adalah teman – teman Ara. Dia mengajak teman – temannya untuk berpesta. Ini bukan yang pertama kali Ara mengajak berpesta teman – temannya di rumah, bahkan bisa dikatakan sudah terlalu sering. Tetapi hari ini adalah puncaknya, karena Ara dengan berani hampir menghabiskan seluruh uang pemberian deddynya untuk membeli barang.
.

Arabella Swan adalah anak pertama dari Antony Swan. Dia mempunyai seorang adik yang bernama Rosalia Swan.
Saat ini Ara duduk di bangku kelas 12 sekolah menengah atas di sebuah sekolah Internasional yang ada di negara Itali.


**
Lima orang lelaki yang memiliki good looking, good money dan good power dengan satu orang sebagai leadernya yang terkenal dengan julukannya ‘Devil Hand atau Ace’.

Mereka berlima adalah Max atau yang sering mereka sebut dengan ‘Devil Hand atau Ace’ sang leader, Alexi asisten Max, Leonid sang hacker, Kevin

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca 15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep 9

Tanpa sadar Max mengusap pipi Ara dan berucap “Tenanglah, semua akan baik – baik saja!”

Seperti bisa mendengarkan, Ara pun akhirnya tenang dan tidak menangis dalam tidurnya lagi. Namun permasalahan yang terjadi sekarang adalah, Ara memengang kuat tangan Max. Seolah – olah ia takut akan ditinggalkan, jadi ia memegang erat tangan Max yang tadinya mengusap pipi Ara.

Perlahan Max berusaha untuk melepaskan tetapi ia takut jika ia tarik paksa maka Ara akan terbangun, jadi ia putuskan untuk tidur saja disamping Ara.

***

Pukul 2 siang

“Eemmmmhhhh…” perlahan Ara membuka Matanya.

“Aku dimana? Apa aku ada disurga? Sepertinya bukan!” Ara mengamati sekitar. Ia masih bingung dengan keadaannya saat ini. Karena terahir kali ia bisa mengingat, ia tengah terbaring di tepi danau.

Ara pun menyadari ada tangan yang masih ia pegang. Perlahan ia melihat tangan tersebut, sebuah tangan kekar khas seorang lelaki. Ara mengikuti kemana arah tangan itu berasal. Dan betapa terkejutnya Ara mendapati ada seorang lelaki tidur di sampingnya.

Ara merasa tidak asing dengan wajah lelaki di sampingnya. Tapi dimana ia melihatnya, ia pun memutar otaknya untuk berpikir sambil terus memandangi wajah tampan lelaki yang tidur di sebelahnya itu.

(haah.. dia lelaki yang kemarin malam menodongkan pistolnya pada ku. Tapi kenapa dia sekarang ada di samping ku? Apa aku sekarang berada di rumahnya? Jangan – jangan dia yang…) belum selesai Ara berucap dalam hati, tiba – tiba lelaki tersebut membuka matanya.

“Sudah puas melihat wajah ku?” ucap Max.

(ternyata setelah bangun dia menyebalkan) ucap Ara dalam hati sambil terus menatap Max.

“Kau yang menolong ku?” tanya Ara. Ia tidak menggubris apa yang Max ucapkan tadi.

“Bagaimana menurut mu?” Max tidak menjawab tetapi malah balik mengajukan pertanyaan.

“sepertinya iya…” jawab Ara dengan nada pelan dan pasrah. Ara pun merubah posisi tidurnya yang tadinya menatap Max, kini ia menatap ke langit – langit kamar Max.

“Kenapa kau menolong ku? Padahal aku ingin bertemu dengan mommy ku!” ucap Ara dengan nada tertahan.

Tanpa sengaja Max melihat ada bulir bening mengalir dari sudut Mata Ara.

“Memangnya mommy mu ada dimana?” tanya Max ingin memastikan. Karena jika tidak salah tebak, sepertinya mommy Ara sudah tiada.

“Mommy ku sudah tiada” jawab Ara pelan.

Ternyata sesuai dugaan Max. Kemudian Max bangun dari tidurnya dan berjalan menuju meja nakas yang ada di depan tempat tidur. Entah apa yang Max ambil Ara tidak tahu.

Namun saat Max berbalik badan, Ara bisa melihat dengan jelas apa yang Max bawa.

“Jika kau ingin menyusul mommy mu, lakukanlah!” Ucap Max dengan entengnya sambil memberikan pistol desert eaglenya pada Ara.

Perlahan Ara bangun dari tidurnya dan merubah posisi menjadi duduk.

Seumur – umur baru ini Ara benar -  benar melihat wujud pistol sungguhan. Ara tidak langsung menggambil pistol itu dari tangan Max. Ia melihat Max dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Kau ragu?” tanya Max. Lantas Max dengan cepat mengarahkan pistol itu ke kap lampu yang ada di samping Ara dan menarik pelatuknya.

DOR!

PYAR!

(Dia sama sekali tidak berkedip dan terkejut dengan apa yang ku lakukan) Max kagum pada reaksi Ara dalam hati. Dan tanpa sadar Max sedikit menarik ujung bibirnya.

Ceklek!

Ceklek!

BRAK!

BRAK!

BRAK!

“Max ada apa? Kau tidak kenapa – kenapa kan!” suara Alexi berteriak dari luar kamar Max sambil memukul – mukul pintu.

Brak!

Brak!

Brak!

Alexi panik karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Max.

Sedangkan yang ada di dalam ruangan sama sekali tidak ada niatan untuk memberikan penjelasan kepada yang ada di luar kamar.

“Berikan padaku!” ucap Ara setelah mengusap pipinya yang berdarah karena terkena goresan dari pacahan kap lampu yang tadi di tembak oleh Max.

Max pun berjalan ke arah Ara dan memberikan desert eaglenya.

Dengan tangan yang masih terpasang infus, Ara mengambil desert eagle dari tangan Max dengan penuh keyakinan. Ara pun lantas mengarahkan desert eagle tersebut ke pelipis kepalanya. Sebelum ia memejamkan Matanya, Ara berucap pada Max.

“Terimakasih” Ara mengucapkan kata tersebut dengan senyuma tulus. Ia pun kemudian memejamkan Matanya dengan ekspresi masih tersenyum dan langsung menarik pelatuk pistol tersebut.

Dan….

KLIK!

Ara langsung membuka Mata dengan tatapan penuh kekecewaan pada Max.

“Kau mempermainkan ku?” teriak Ara

Ceklek!

Pintu kamar Max berhasil di buka Alexi dengan menggunakan kunci cadangan.

“Max apa yang…” melihat Ara memegang desert eagle milik Max, Alexi tidak jadi melanjutkan kalimatnya dan langsung mengeluarkan pistolnya dan mengarahkan pada Ara.

Melihat tindakan yang di lakukan Alexi, Max langsung mengangkat tangan kanannya dan mengibaskan sekali sebagai tanda bahwa semua baik -  baik saja dan meminta Alexi untuk keluar.

Alexi yang paham dengan maksud dari gerakan tangan Max lantas menyimpan kembali pistolnya dan keluar meninggalkan Ara dan Max berdua di dalam kamar.

“Aku tidak mempermainkan mu, aku hanya ingin melihat sejauh mana keseriusan mu untuk bunuh diri” ucap Max meremehkan Ara.

“Jika kau memang ingin bunuh diri, lakukanlah! Tapi jangan melibatkan ku, aku malas untuk repot mengurusi hal yang tidak penting” lanjut Max lagi.

(Dasar lelaki tidak punya peri kemanusiaan) ucap Ara dalam hati sambil menatap jengkel pada Max.

“Tidak perlu mengumpatiku dalam hati!” tambah Max melihat tatapan yang diberikan Ara padanya.

Perlahan Max memasukkan tangannya kedalam saku celananya. Terlihat jelas oleh Mata Ara jika Max mengambil sesuatu benda.

“Apakah kalung ini milikmu?” ucap Max sambil menunjukkan kalung yang ia pegang.

Ara yang tidak pernah lupa dengan bentuk barang yang ia punya, sontak langsung berdiri dan melepas paksa infusnya. Ia bangun menuju Max berdiri.

Ara tidak bisa lagi menahan air Matanya.

“Iyaa… iya… ini milikku… hiks..” Ara mengambil kalung itu dari tangan Max.

Dan karena terlalu bahagianya, dengan reflek Ara memeluk Max dan menangis.

“Terimakasiiih… terimakasiiiih… hiks.. benda ini sangat berharga buatku, aku hampir frustasi karena kehilangannya… hiks.. hiks.. hiks..”

Max terkejut dengan apa yang Ara lakukan padanya. Ini adalah kali pertamanya ia mendapatkan pelukan dari seorang perempuan. Ia pun tidak tahu harus bagaimana menanggapi pelukan yang di berikan Ara.

Namun dengan perlahan, Max menaikkan tangannya dan mengusap dengan perlahan punggung Ara. Hanya mengusap, tanpa ada ucapan atau perkataan apapun yang keluar dari mulutnya.

Ara menangis dalam pelukan Max lumayan cukup lama. Setelah merasa cukup tenang, Ara mulai melepaskan pelukannya. Namun sebelum melapaskan pelukan tersebut, tanpa sadar  Ara memberikan sebuah ciuman di pipi Max.

“Terimakasih banyak…” ucap Ara lagi dengan senyum yang tulus. Ia pun lantas masuk ke kamar mandi dengan santai seolah – olah tidak terjadi apa- apa. Padahal sebenarnya jantung Ara rasanya mau lepas dari tempatnya.

Max sangat terkejut mendapatkan ciuman dari Ara. Ia merasakan debaran yang aneh dari jantungnya.

(Apa aku tiba – tiba punya sakit jantung? Kenapa jantungku berdebar tak karuan serperti ini!) ucap Max dalam hati sambil memperhatikan Ara yang masuk ke dalam kamar mandi.

Ini juga adalah ciuman yang pertama yang Max dapatkan, karena sebelumnya Max tidak pernah mengizinkan siapapun untuk menciumnya. Jangankan untuk mencium, mendekati saja tidak ia izinkan.

Tapi entah kenapa saat ia mendapat pelukan dan ciuman dari Ara, Max hanya diam saja dan tidak mendorong tubuh Ara untuk menjauh.

Di dalam kamar mandi Ara terus saja memegangi dadanya.  Perlahan ia berjalan menuju wastafle. Ia perhatikan dirinya dari pantulan kaca di depannya.

“Kau gila Ara.. apa tadi yang sudah kau lakukan? Kau sungguh memalukan!” ucap Ara pada dirinya sendiri saat berada di depan washtafle.

“Kenapa kau bisa lepas kendali Ara?” dia menyalahkan dirinya yang sudah memeluk dan mencium lelaki yang baru ia temui beberapa jam yang lalu. Padahal dia saja tidak tahu siapa lelaku itu. Namanya saja Ara tidak tahu.

Ini merupakan pelukan dan ciuman pertama juga bagi Ara. Sebab selama ia berpacaran dengan Richard, Ara hanya memperbolehkan Richard untuk memegang tangannya saja.

1
Eka Uderayana
4 jempol buat author 👍
salut banget dengan semangat berkarya nya
semoga sukses selalu author 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!