"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alvaro Gautama
Mobil melaju lagi, ini adalah rumah sakit ketiga namun hasilnya nihil. Apa mungkin Sekar sadar dan pergi, bagaimana jika Sekar kecewa dan memilih untuk meninggalkannya? Tidak! Adrian menggeleng, dirinya tidak akan sanggup hidup tanpa adanya Sekar disisinya
"Kamu dimana sayang?" Mobil menepi, jalanan sudah cukup sepi karena malam sudah sangat larut
Adrian bersandar pada kursi kemudi, matanya terpejam namun dari sudutnya mengalir cairan bening bersama penyesalannya
Dirinya lelah, dan mencoba untuk beristirahat sejenak
Ponsel berdering, Adrian terkejut lalu meraih benda pipih itu. Disana nama Nina sang ibu terlihat
"Halo Bu"
"Kamu dimana Adrian? Dokter katanya mau ketemu sama kamu, mau ngomongin soal Widia"
Adrian melihat keluar jendela, hari sudah pagi dan dirinya tidak sadar kapan ia terlelap didalam mobil itu
"Adrian kesana sekarang!"
Mobil melaju lagi, pikirannya masih dipenuhi dengan sang istri yang sekarang entah berada dimana, dirinya hanya berharap jika Sekar dan bayi mereka baik-baik saja
***
Adrian dan Nina kini duduk berdampingan, didepan mereka seorang pria yang merupakan dokter yang menangani Widia sejak pertama kali dibawa kesini
"Sebenarnya apa yang terjadi pada istri saya dok?" Tanya Adrian
"Begini pak.." Dokter itu menutup hasil laporan pasien yang tengah dibacanya "Karena keguguran itu rahim ibu Widia cedera, dan terjadi kerusakan pada dinding rahim"
Adrian diam, menunggu apa yang akan pria itu katakan selanjutnya
"Hal ini membuat ibu Widia akan sulit untuk hamil lagi, dan kemungkinan tidak akan bisa hamil lagi"
Baik Adrian maupun Nina sama-sama syok, Nina terlihat pucat. Tujuan utama menikahkan Adrian dan Widia adalah keturunan dan sekarang Widia tidak ada bedanya dengan Sekar
Adrian dan Nina meninggalkan ruangan dokter itu bersama, ibu dan anak itu sama-sama diam
"Adrian!"
Yang dipanggil namanya menoleh, Nina meminta putranya untuk duduk dikursi depan ruang perawatan Widia
"Ibu mau kamu menikah lagi!"
Adrian terkejut, reflek ia berdiri sambil menatap sang ibu dengan tatapan tidak percaya, apa menurut wanita itu menikah adalah hal yang mudah?
"Ibu serius mengatakan itu?"
"Kita gak ada pilihan lain, Adrian. Sekarang Widia tidak berbeda dengan Sekar. Kalau kamu mempertahankan Widia kamu sendiri yang akan rugi"
Nina mengatakan itu tanpa berpikir lagi, yang ada dipikirannya saat ini adalah omongan dari keluarga besar mendiang suaminya
"Apa menurut ibu pernikahan hanya tentang anak? Karena pernikahan ini sekarang Adrian kehilangan Sekar, Bu"
Adrian frustasi, masalah satu belum selesai sang ibu malah membicarakan tentang pernikahan ke-tiga
"Memangnya Sekar kemana?"
"Sekar pergi, semalaman Adrian cari tapi gak ada jejak. Sekarang Adrian gak tau harus cari Sekar kemana lagi"
Nina melihat jika putranya begitu sedih, matanya terlihat sembab dan terdapat lingkaran hitam dibawah mata
"Itu bagus, jadi kamu tetap akan punya dua istri aja setelah ini, ibu juga gak masalah kalau kamu mau menceraikan Widia" ujar Nina
"Adrian gak akan menikah lagi, lagi pula Sekar pergi dengan membawa anakku, Bu"
Nina semakin dibuat terkejut, Sekar hamil? Bagaimana bisa? Bukannya wanita itu mandul?
"Kamu yakin Sekar hamil?"
Adrian mengangguk dengan wajah menunduk lesu "Adrian liat sendiri hasil tesnya dikamar"
"Ya udah lupain aja! Bukannya dia udah lari, kamu tinggal menikah lagi, dan punya anak"
"Dimana hati ibu? Sekar hilang dan keadaan Widia seperti itu, tapi ibu malah bicara tentang pernikahan!"
Suara Adrian naik satu oktaf, kedua istrinya tengah dalam masalah lalu sang ibu meminta untuknya menikah lagi, rasanya Adrian ingin gila karenanya
"Sudahlah, Ibu disini aja jagain Widia! Adrian mau cari Sekar lagi"
Adrian berlalu, berharap hari ini terjadi keajaiban dimana istrinya kembali atau setidaknya ada jejak keberadaannya
"Apa Sekar ke panti? Ya, kemana lagi? Sekar pasti nenangin diri disana" Adrian bermonolog, ia raih benda pipih itu dan melakukan panggilan telepon
"Halo Bunda?"
Dari seberang sana terdengar suara Dewi yang juga menyapa "Halo Adrian, tumben nelpon! Semua baik-baik aja kan?"
"Emm baik kok bun" Adrian ragu untuk bertanya
"Sekar mana? Tumben kamu yang nelpon bukannya Sekar?"
Pupus sudah harapan Adrian, dari ucapan Dewi jelas istrinya tidak disana. Dewi juga terdengar serius dan tidak sedang menyembunyikan sesuatu
"Emm, Sekar ada. Lagi istirahat! Adrian cuma mau nanya kabar bunda aja" Adrian menutupi kebenarannya, ia tidak tahu akan semarah apa ibu asuh istrinya itu jika tau Sekar pergi dan tidak tahu ada dimana
"Yaudah Bun, nanti kalau ada waktu Adrian sama Sekar berkunjung ke panti"
"Ya udah bunda tunggu! Minta Sekar buat telpon bunda, perasaan bunda gak enak"
"I-iya Bun, nanti Adrian suruh Sekar buat kabarin bunda" Adrian menutup sambungan telepon setelah terlebih dahulu berpamitan pada Dewi
Kini dirinya benar-benar kehilangan jejak, entah kemana lagi dirinya harus mencari. Bahkan Adrian sudah mendatangi lima rumah sakit pagi ini
***
Ditempat lain, tepatnya di istana Gautama, keluarga yang menjadi tempat Sekar berlindung dari pencarian suaminya
Sekar tengah asyik bermain dengan Lucky dikamarnya. Sesuai janji, Sekar menemani bocah lima tahun itu
"Lucky ngantuk!" Bocah lima tahun itu menguap
"Mau tidur siang?"
Lucky mengangguk "Tapi Tante baik juga tidur di sini ya!"
"Ya udah ayo Tante temenin"
Keduanya naik ke atas tempat tidur, sebenarnya ini sudah lewat waktu tidur siang, sekarang sudah pukul dua siang tapi Lucky sepertinya kelelahan karena seharian main
Bocah tampan itu telah menutup matanya, Sekar yang semula membelai lembut kepala Lucky perlahan ikut terlelap
***
"Hai Mah"
"Hay sayang! Tumben hari ini pulang cepet? Ada masalah?" Tanya Kanaya pada putra sulungnya yang baru saja tiba
Kanaya sibuk dengan majalah fashion ditangannya terkejut ketika sang putra mengecup sebelah pipinya
"Lagi pengen aja! Lagian seminggu ini Al full lembur" jawabnya
"Iya juga sih" Kanaya tiba-tiba saja menutup majalahnya "Emm.. Al"
Yang namanya disebut segera menoleh "Ya"
Kanaya lebih dulu menarik napas panjang lalu menghembuskannya "Apa kamu gak kepengen nikah lagi? Bella juga udah pergi cukup lama?"
Alvaro Gautama, pengusaha yang sukses diusia muda. Saat ini usianya hampir tiga puluh tahun, berstatus duda dengan satu anak
Istrinya Bella telah meninggal lima tahun lalu tepat saat melahirkan Lucky putranya, kejadian itu masih membekas dan meninggalkan traumanya sendiri membuat Alvaro enggan untuk membuka hati dan menjalin hubungan serius dengan wanita
"Al belum kepikiran, lagian Lucky juga gak minta mama baru kan?" Ucap Alvaro sedikit bercanda
"Gimana kalau ada perempuan baik yang sayang sama Lucky dan Lucky juga sayang sama dia? Apa kamu mau menikah lagi?"
udh bener dpt mantu sekar.... eeee mlah g ada syukurnya...