NovelToon NovelToon
MAAFKAN AKU, AYAH

MAAFKAN AKU, AYAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Keluarga / Anak Lelaki/Pria Miskin
Popularitas:10.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Bayu, seorang remaja yang sedang dalam proses pencarian jati diri. Emosinya yang masih labil, membuat ia mudah tersulut emosi dan juga mudah terhasut.

Suatu malam, Bayu pulang dalam keadaan mabuk. Sang ayah yang kecewa dan marah, tanpa sadar memukulinya.

Termakan hasutan tetangga, Bayu tega melaporkan ayahnya dengan tuduhan kekerasan anak. Hubungan ayah dan anak yang sebelumnya sudah goyah, menjadi semakin buruk. Namun, pertemuannya dengan seorang gadis sedikit membuka mata hatinya.

Sebuah rahasia besar terungkap ketika ibunya pulang kembali ke kampung halaman setelah dua tahun menjadi TKW di luar negeri.

Apa rahasia besar itu?
Mampukah rahasia itu menyatukan kembali hubungan ayah dan anak yang terlanjur renggang?

Ikuti kisah selengkapnya dalam 👇👇👇
MAAFKAN AKU, AYAH

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. MASA LALU MENGHANTUI

.

Ruang tamu rumah Pak Ahmad terasa begitu hening, hanya suara isak tangis yang sesekali terdengar. Bayu dan Pak Ahmad duduk berdua, saling menggenggam tangan erat. Air mata membasahi pipi mereka berdua, meluapkan kesedihan dan kekhawatiran yang sedang mereka rasakan.

Mereka baru saja pulang dari Puskesmas untuk meminta rujukan melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit besar. Namun, karena besok adalah hari Minggu, mereka harus menunggu hingga hari Senin. Penantian itu terasa begitu lama, menambah kecemasan mereka.

"Maafkan Ayah, Nak," ucap Pak Ahmad, dengan suara bergetar. Ia menatap Bayu dengan tatapan penuh penyesalan. "Maafkan Ayah karena merasa tidak bisa melindungi kamu. Maafkan Ayah karena baru tahu sekarang kamu sakit."

Bayu menggelengkan kepalanya dengan lemah. Air matanya semakin deras mengalir. "Ini bukan kesalahan Ayah," ucap Bayu, dengan suara tercekat. "Bayu yang bersalah. Bayu yang secara sadar tidak mau mengikuti nasehat Ayah. Andai saja Bayu mau nurut semua nasehat Ayah, hal ini tidak akan terjadi pada Bayu."

Pak Ahmad semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Bayu. Ia merasa hatinya hancur melihat anaknya menyalahkan diri sendiri. "Ya sudahlah. Yang penting kamu sudah sadar sekarang," ucap Pak Ahmad, berusaha menenangkan Bayu. "Kedepannya kamu harus lebih pintar lagi dalam memilih pergaulan, ya. Jangan diulangi lagi karena itu berbahaya untuk dirimu sendiri."

Pak Ahmad sungguh tak mengira, selama dirinya berada di penjara, anaknya terperosok dalam pergaulan yang semakin menyesatkan. Bahkan karena pergaulan itu Bayu rela membolos, memilih menjadi kuli panggul, demi sedikit uang untuk bisa ikut nongkrong bersama mereka. Tanpa sadar itu justru memperparah kondisi ginjalnya.

Setelah beberapa saat saling berdiam diri, Pak Ahmad mengajak Bayu untuk makan siang. Ia berusaha bersikap tegar dan menyajikan makanan dengan senyum hangat. Bayu menurut, meskipun ia tidak berselera untuk makan.

.

Mereka tengah duduk berdua setelah selesai makan siang, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar. Pak Ahmad mengerutkan kening, “Siapa yang datang, Yu?" tanyanya, merasa heran siapa yang datang bertamu di siang bolong. Menatap ke arah Bayu, seolah bertanya siapa yang datang,

“Gak tahu, Yah." Bayu menggelengkan kepala.

“Assalamualaikum." Terdengar suara salam dari luar.

Pak Ahmad dan Bayu bangkit dari kursinya dan berjalan menuju pintu. Saat ia membuka pintu, ia melihat dia orang pria dan dia orang wanita berseragam putih berdiri dan tersenyum. Matanya menatap ke arah jalanan di depan rumahnya, sebuah mobil dengan logo Puskesmas terparkir di depan pagar.

"Ada apa ini?" gumam Pak Ahmad, bingung. Mereka baru saja dari Puskesmas, lalu sekarang ada mobil Puskesmas datang ke rumah mereka? Ada apakah gerangan?

"Selamat siang, Pak," sapa pria itu, dengan nada sopan. "Kami dari Puskesmas ingin bertemu dengan Ananda Bayu."

Pak Ahmad semakin mengerutkan kening. "Ada keperluan apa ya, Pak?" tanyanya, dengan nada curiga. Pasalnya, tadi saat di Puskesmas tidak ada pemberitahuan apapun. Tapi sekarang mereka datang?

"Dokter Fahmi?” Bayu yang merasa mengenali satu dari mereka bertanya. Itu adalah dokter yang menangani dirinya ketika empat hari menginap di rumah sakit.

Pria yang dipanggil dengan sebutan dokter Fahmi itu tersenyum. “Wah, kamu masih ingat saya? Bagaimana keadaan kamu? Sudah lebih baik?"

"Saya baik, dokter,” jawab Bayu sambil tersenyum lebar.

"Dokter ingin membicarakan tentang laporan medis kamu, boleh?" tanya pria itu, dengan tenang.

Pak Ahmad mengangguk, begitupun dengan Bayu. Mereka mempersilakan para petugas itu masuk ke dalam rumah dan mengajak duduk di ruang tamu.

"Saya Dokter Ilham. Saya adalah teman dari dokter Fahmi, dan seperti kata dokter Fahmi, saya ingin bertanya tentang laporan medis yang kami dapatkan tentang kamu."

Bayu mengangguk, sementara Pak Ahmad menggenggam telapak tangannya seolah merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Dokter Ilham mengeluarkan sebuah berkas dari tasnya dan membukanya. Ia membaca berkas itu dengan seksama, lalu menatap Bayu dengan tatapan serius.

"Bayu, berdasarkan laporan kesehatan kamu yang kami dapatkan dari Puskesmas, terdapat zat obat terlarang dalam sampel darah kamu," ucap pria itu, dengan nada tenang namun tegas. "Apakah benar selama ini kamu mengkonsumsi obat-obatan terlarang?"

Pak Ahmad terkejut mendengar pertanyaan dari pria tersebut. Matanya membulat, ia menatap Bayu dengan tatapan tidak percaya.

"Astaghfirullahaladzim! Narkoba?" pekik Pak Ahmad kaget, menatap tajam ke arah Bayu. "Apa benar itu, Bayu? Kamu... kamu menggunakan narkoba?"

Bayu terdiam, menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia tidak berani menatap wajah ayahnya. Ia merasa sangat malu dan bersalah karena telah mengecewakan ayahnya lagi.

Pria berpakaian putih itu, yang mengaku bernama dokter Ilham, sebenarnya bukan petugas Puskesmas biasa, melainkan seorang petugas dari pihak kepolisian yang menyamar. Ia menatap Bayu dengan tatapan penuh perhatian. Hal yang memang sudah biasa ia lakukan. Melakukan pendekatan secara perlahan terhadap remaja ‘salah jalan’, untuk mendapatkan pengakuan jujur.

"Kami dari pihak yang peduli dengan kesehatan masyarakat, Bayu," ucap pria itu dengan lembut, berusaha menenangkan situasi. "Saya di sini bukan untuk menghakimi kamu. Jadi kamu tenang saja. Kamu tidak akan dihukum, kok. Justru kami datang untuk membantu kamu. Tapi untuk itu, kamu juga harus bisa bekerja sama dengan kami."

Bayu meresahkan tenggorokannya bagai tercekat. "Ke… kerja.. sak ma? Ap pa yang harus saya lakukan?"

Pak Ahmad menggelengkan kepala tidak percaya. Pertanyaan Bayu sudah menyiratkan bahwa apa yang baru saja ia dengar dari dokter Ilham itu benar. Anaknya mengkonsumsi narkoba. Padahal, ia sudah berusaha sekuat tenaga untuk mendidik dan melindungi Bayu dari pengaruh buruk.

"Bagaimana bisa? Kapan kamu mulai menggunakan narkoba, Bayu?" tanya Pak Ahmad, dengan suara bergetar. "Kenapa kamu melakukan ini? Apa yang telah menutupi akal sehatmu?”

Seorang ayah yang benar-benar syok. Mabuk, minuman keras, ia baru saja ingin melupakan itu. Dan sekarang, narkoba? Hati orang tua mana yang tak terpukul.

Bayu tetap terdiam, tidak menjawab pertanyaan ayahnya. Air matanya semakin deras mengalir, ia merasa sangat bersalah dan malu.

"Bayu, tolong jawab pertanyaan Ayah," desak Pak Ahmad, dengan nada memohon. "Ayah ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

"Pak Ahmad tolong tenang, ya?” Dokter Fahmi mengusap bahu pria itu. "Biarkan dokter Ilham yang bicara dengan Bayu.”

Pak Ahmad mengangguk seraya menghapus air matanya.

Setelah pak Ahmad lebih tenang, dokter Ilham kembali fokus pada Bayu. Ditatapnya wajah anak itu teduh. “Jadi, Bayu? Bisa kamu ceritakan? Mungkin dimulai dengan dari mana kamu mendapatkan obat itu?"

Bayu terdiam, ia juga tidak tahu kalau dirinya mengkonsumsi narkoba. Tapi setitik ingatan tentang pembicaraan pak Hasan dengan temannya kembali terngiang. Apakah dia menyebut nama pak Hasan saja? Atau Rio yang menjadi kepanjangan tangan pak Hasan? Tapi… dia tidak memiliki bukti. Apa mereka akan percaya?

1
Nar Sih
sdh terbukti salah kok ngk mau ngaku ,dan pasti nya hukuman berat menanti mu pk hasan 🤣
Hasanah Purwokerto
Wis tuek kok yo neko" to pak...
Selamat bermalam di hotel prodeo pak Hadan...👊👊👊👊👊👊
Hasanah Purwokerto
Awal penderitaanmu dimulai pak Hasan..
Hasanah Purwokerto
Rio CS pasti kalang kabut nih..
Mo kabur...????? oooo..tidak bisa.....
kalian sdh dibawah pengawasan....🤭🤭🤭🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
gak usah ngaku Hasan. biarkan polisi bekerja, setelah itu kamu akan membusuk di penjara. apalagi kamu tak mau bekerja sama dengan polisi
ora
Masih aja ngelak🙄😒
Dew666
🥰🥰🥰🥰
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Hasan sepertinya bandar narkoba ya?
Nar Sih
asyikkk ...ahirnya pk hasan di tanggkap juga ,syukurin biar tau rasa🤣🤣
Dewi kunti
sejak awal mereka sudah......ad yg kurang gak sich kata2nya
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia: aduh, opo kui meng 🏃🏃🏃
total 1 replies
ora
Pak,, pak,, udah tua banyak tingkah sih. Siap-siap aja mengahabiskan banyak waktu mu di balik jeruji besi ....
Patrick Khan
nah lo ketangkep kan 😅😅
partini
hemmm tua bangka ga tau diri
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨
kenapa gak bayu pradana sih? kan biar mirip gitu sm yg onoh
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: ya gak tahu klo namanya bayu itu🤣
total 4 replies
Cindy
lanjut kak
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
apa yang akan terjadi pada doni & Rio?
ora
Kuapoook nggak kalian😒😒
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia: harusnya sih kapok
total 1 replies
Dewi kunti
dua kaaaakk ap menang dia🙈
Fatkhur Kevin
tangkap rio dan p hasan
Cindy
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!