Di Benua Timur Naga Langit sebuah dunia di mana sekte-sekte besar dan kultivator bersaing untuk menaklukkan langit, hidup seorang pemuda desa bernama Tian Long.
Tak diketahui asal-usulnya, ia tumbuh di Desa Longyuan, tempat yang ditakuti iblis dan dihindari dewa, sebuah desa yang konon merupakan kuburan para pahlawan zaman kuno.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ar wahyudie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
Fajar belum menyentuh laut ketika kapal Akademi tinggal puing. Arus pasang membawa papan kayu, tali layar, dan tubuh-tubuh yang sudah dingin. Kabut asin menutupi semuanya, kecuali satu sosok yang masih berdiri di antara reruntuhan.
Tian Long menggenggam lambung kapal yang patah, darah mengucur dari tangan kanannya. Air laut di sekelilingnya berwarna gelap, mencerminkan wajahnya sendiri—tenang tapi kelelahan. Di bahunya, tato teratai yang dulu samar kini bersinar tipis seperti bara di abu. Setiap denyutnya terasa seperti pukulan di dada.
Liu Yuer duduk di sisi perahu yang setengah tenggelam, menatap kosong ke arah langit yang perlahan memerah. “Semua murid itu… mereka ikut tenggelam,” ucapnya dengan suara nyaris mati.
“Bukan aku yang membunuh mereka,” jawab Tian Long datar, tanpa membela diri. “Mereka sudah mati sebelum pertarungan dimulai.”
Liu Yuer menoleh cepat. “Apa maksudmu?”
“Formasi di bawah kapal itu, Yuer.” Ia menarik napas panjang, menatap ke permukaan laut yang bergolak perlahan. “Sekte Bara Langit sudah menyiapkan ritual itu sejak awal. Para murid yang mereka kirimkan—semuanya sudah dikorbankan sejak kapal ini berangkat. Mereka hanya cangkang. Tubuh tanpa jiwa.”
Hening sesaat. Hanya suara ombak yang terdengar memecah sunyi.
.......... ..................... .................
Kilatan petir menyambar di langit barat. Dari balik kabut, sebuah kapal besar dengan layar merah muncul. Suara gong bergaung dari jauh, dan puluhan sosok melompat dari kapal itu, berdiri di atas permukaan laut seperti bayangan api.
Di antara mereka, seorang pria bertopeng hitam melangkah maju, dari celah topengnya terlihat jelas wajah kerasnya yang penuh luka, rambutnya panjang terikat tinggi. “Jadi ini naga kecil yang membuat Elder Mo kehilangan muka.” ucapnya menghina
Tian Long menatapnya, matanya datar. “Kalau kau datang mencari kehormatan sektemu, kau akan pulang tanpa kepala.”
Pria itu tertawa pendek. “Berani sekali bocah. Aku adalah Panglima Yan Lie. Tugas kami hanya satu—membawa kepalamu kembali.”
Angin laut berhenti berembus. Dalam sepersekian detik, mereka berdua menghilang.
Ledakan pertama mengguncang air laut. Gelombang memercik tinggi, suara benturan qi membuat udara bergetar seperti drum perang. Yan Lie menyerang cepat, tangan kanannya memercik api hitam. Tian Long menangkis dengan lengan kirinya; percikan energi biru dan merah bertabrakan, menghasilkan suara seperti besi tergores.
Mereka bertukar serangan berulang kali. Setiap langkah Yan Lie meninggalkan jejak api di permukaan laut, tapi setiap serangan Tian Long membekukan air di bawah kakinya. Api dan es beradu, dunia di sekitar mereka menjadi medan dua warna.
Wajah para murid pucat pasi, sebagian menyingkir ke sudut kapal. Mereka bisa merasakan tekanan spiritual yang seperti ingin meremukkan dada mereka. Langit di atas seolah menahan napas.
Yan Lie tersenyum sinis. “Kau pikir dengan perlindungan akademi, aku tak berani menyentuhmu?” Api hitam meledak dari tubuhnya, melilit lengannya seperti naga kegelapan.
Tian Long tidak menjawab. Tatapannya tenang, tapi ada kilatan biru samar di balik irisnya — tanda bahwa darah naga di dalam tubuhnya mulai bergolak.
Yan Lie menginjak geladak.
Dhuar!
Kayu dek hancur, lidah api hitam meledak ke segala arah. Tubuhnya melesat seperti bayangan petir, menghantam ke arah Tian Long.
“Teknik Bara Langit — Cakar Surya Hitam!”
Whuss!
Udara mendesis saat cakaran itu meluncur, membelah udara, membakar udara. Tian Long memutar tubuh, tangan kanannya bergetar menyalurkan qi ke lengan.
“Teknik Naga Langit — Cakar Samudra!”
Benturan keduanya menciptakan gelombang kejut.
Dhuar! Boom! Krak!
Suara kayu pecah, tali layar putus, percikan api beterbangan. Laut bergolak, ombak naik hingga ke langit.
Yan Lie mundur satu langkah, matanya menyala merah. “Menarik... ternyata kau benar-benar punya darah itu.”
Tian Long berdiri diam, darah menetes dari ujung jarinya. “Kalau kau datang untuk memastikan, maka kau sudah dapat jawabannya.”
Yan Lie meraung, api hitamnya berubah menjadi pusaran naga gelap yang mengitari tubuhnya. “Kalau begitu... mati bersamalah dengannya!”
Tubuhnya melesat ke udara, lalu menukik ke bawah.
Whuummm!
Ledakan qi Bara Langit menghantam dek kapal, menghancurkan separuh sisi kapal. Murid-murid berteriak, beberapa terpental ke laut.
Tian Long menahan ledakan itu dengan satu tangan, namun kulit di lengan kanannya mulai terkelupas. Api hitam menembus pori-pori, membakar dari dalam.
Ssss... ssshhh...
Asap keluar dari lengannya.
Tian Long menggertakkan gigi, membentuk segel tangan.
“Teknik Naga Langit — Tebasan Roh Laut!”
Cahaya biru menyala dari tangan kirinya, membentuk pedang qi. Ia menebas ke atas.
Whuuusss!
Satu garis biru terang melesat, membelah naga api hitam Yan Lie menjadi dua.
Dhuarrr!
Ledakan besar mengguncang seluruh kapal. Gelombang api hitam dan cahaya biru bertabrakan, menciptakan pusaran angin yang menelan keduanya. Air laut naik, terbakar sesaat sebelum berubah menjadi uap panas.
Yan Lie terlempar ke udara, tapi sebelum jatuh, ia menghantamkan telapak tangan ke dada sendiri.
“Segel Darah Bara Langit, aktif!”
Darahnya menyembur dari mulut, lalu menyatu dengan api hitam di sekelilingnya. Naga hitam di belakangnya tumbuh tiga kali lebih besar, matanya merah membara.
Tian Long mengangkat kepala, melihat naga itu menukik ke arahnya.
Long Zhen Tian bersuara di dalam jiwanya, berat dan tegas.
“Tahan, Tian Long. Jangan menyerang langsung — darahnya telah dijadikan bahan bakar. Biarkan ia membakar dirinya sendiri.”
Tian Long mengangguk perlahan. Ia menutup mata, lalu membuka lagi. Cahaya biru dalam irisnya berputar cepat — Jinghun Tianyan aktif. Setiap percikan api di sekitar Yan Lie kini tampak baginya seperti titik lemah.
Ia melangkah ke depan, satu langkah, dua langkah.
Setiap langkah memadamkan api di sekelilingnya.
Yan Lie meraung, naga hitamnya menukik.
Dhuarrr!
Keduanya beradu di tengah udara.
Api hitam dan qi biru menelan seluruh pandangan.
Dalam pusaran cahaya itu, Tian Long merasakan sesuatu pecah di dalam tubuhnya. Darah keluar dari hidung dan telinganya, tapi ia terus menahan serangan. Ia memutar tubuh, menendang dada Yan Lie.
Crakk!
Suara tulang patah terdengar jelas. Yan Lie terlempar menghantam tiang kapal, memuntahkan darah hitam.
Namun, meskipun tubuhnya hampir hancur, Yan Lie tertawa serak. “Kau pikir... kau menang?”
Ia membentuk segel tangan terakhir. Api hitam dari seluruh kapal tertarik ke tubuhnya, dan di dadanya muncul simbol merah menyala — segel penghancur diri.
Murid-murid menjerit, beberapa mencoba kabur.
Tian Long mengepalkan tangan, aura naga biru di tubuhnya berdenyut.
“Bodoh,” desisnya pelan.
Ia mengangkat tangan, membentuk formasi di udara. “Qinglong Zhenya – Segel Penutup Langit!”
Cahaya biru melingkupi tubuhnya dan Yan Lie bersamaan. Api hitam yang hendak meledak tertahan, berputar di dalam segel itu, menghantam dinding qi berkali-kali.
Boom! Boom! Boom!
Dek kapal meledak berkeping-keping, tapi Tian Long tidak bergerak mundur.
Darah mengucur dari bibirnya, tubuhnya goyah, tapi tangan kirinya tetap terangkat, mempertahankan segel.
Akhirnya, suara keras terdengar:
Kraakk!
Tubuh Yan Lie meledak dalam semburan api hitam.
Fragmen darah dan arang beterbangan, lalu terbawa angin laut.
Tian Long berlutut, napasnya berat, tapi matanya tetap terbuka.
Tiba-tiba, bayangan muncul di atas langit kapal. Suara dalam terdengar keras:
“Cukup!”
Cahaya putih menyelimuti kapal. Angin berhenti. Laut tenang.
Elder Ming turun dari langit, jubahnya berkibar. Ia melangkah cepat ke Tian Long, menatap tubuh Yan Lie yang sudah lenyap.
“Cukup gila... anak itu menggunakan segel darah Bara Langit,” gumamnya pelan.
Namun sebelum ia sempat bicara lagi, cahaya merah samar di laut mulai pudar. Jejak kapal musuh yang lain — kapal pengawal Yan Lie — hilang bersama kabut.
Elder Ming mengerutkan dahi. “Formasi penghapus jejak... mereka sudah menyiapkannya.”
Tian Long bangkit perlahan, meski tubuhnya bergetar hebat. “Mereka tidak datang untuk misi... mereka datang untukku.”
Elder Ming menatap pemuda itu lama, lalu menghela napas panjang.