NovelToon NovelToon
Gadis Magang Milik Presdir

Gadis Magang Milik Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:21.4k
Nilai: 5
Nama Author: Black moonlight

Demi melanjutkan pendidikannya, Anna memilih menjadi magang di sebuah perusahaan besar yang akhirnya mempertemukannya dengan Liam, Presiden Direktur perusahaan tempatnya magang. Tak ada cinta, bahkan Liam tidak tertarik dengan gadis biasa ini. Namun, suatu kejadian membuat jalan takdir mereka saling terikat. Apakah yang terjadi ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black moonlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Interview

Pagi itu Sovereign terasa lebih tegang dari biasanya. Ruang interview yang biasanya hanya digunakan untuk sesi duo HR kini dipakai langsung oleh CEO muda perusahaan itu, Liam. Gema, asisten pribadinya—atau lebih tepatnya tangan kanannya—berdiri di samping meja sambil memegang daftar kandidat.

Dari tiga nama yang lolos seleksi administrasi, satu nama membuat Liam menatap layar lebih lama daripada kandidat lain.

Anna.

Sang magang yang ia sudah anggap sebagai sumber kekacauan—berawal dari insiden teh panas itu, yang membuat hari kerja perusahaan terganggu selama berhari-hari.

“Ini bukan kesalahan input, kan?” tanya Liam dingin.

“Bukan, Pak,” jawab Gema, berusaha menjaga suaranya tetap netral. “Nilai administrasi dan asesmennya bagus. HR juga menilai dia layak ikut interview.”

Liam mengetukkan jarinya ke meja, tampak tidak puas tetapi tidak membantah. “Biarkan dia masuk. Saya ingin melihat apakah penilaian HR benar.”

Gema tahu maksud kalimat itu: Liam ingin menjatuhkan Anna. Namun dia tidak bisa menghalangi; tugasnya adalah memastikan proses ini tetap berjalan profesional.

Satu demi satu kandidat masuk ke ruangan. Ada yang gugup, ada yang terlalu percaya diri. Liam menilai semuanya dengan ketelitian yang tidak pernah berubah.

Namun ketegangan baru benar-benar muncul ketika pintu terbuka dan Anna melangkah masuk. Penampilannya rapi, lebih matang dari hari-hari biasanya. Wajahnya tenang meski Gema bisa melihat cara Anna menggenggam map sedikit terlalu kuat.

“Selamat siang, Pak,” ucap Anna sopan sambil sedikit membungkuk.

“Silakan duduk,” jawab Liam, suaranya datar.

Gema memulai sesi interview sesuai standar. “Baik, seperti kandidat lainnya, interview ini akan menilai kemampuan teknis, karakter, dan respons Anda terhadap situasi di lapangan. Apakah Anda siap, Anna?”

“Saya siap, Pak.”

Liam menatapnya dengan pandangan tajam. “Anda melamar posisi ini untuk apa? Anda paham beban kerjanya jauh lebih berat dibanding posisi magang Anda saat ini?”

Anna duduk tegap. “Saya memahami deskripsi pekerjaannya, Pak. Saya melamar karena saya ingin menguji kemampuan saya serta memberikan kontribusi lebih kepada perusahaan.”

Liam mendengus kecil. “Kontribusi? Anda bahkan tidak bisa memegang sebuah gelas dengan benar.”

Gema langsung menoleh, memberikan sinyal agar Liam meredakan nada bicaranya.

Namun Anna tidak bereaksi defensif. “Saya mengakui kesalahan saya hari itu, Pak. Tapi saya harap satu kejadian tidak mendefinisikan seluruh kompetensi saya.”

Liam mengabaikan kalimat itu. “Baik. Jika begitu, saya ingin menguji Anda secara langsung.”

Ia mengambil selembar skenario jadwal yang biasanya hanya diberikan pada kandidat manajer senior. Ia meletakkannya di depan Anna.

“Ini jadwal rapat untuk tiga jam ke depan. Ada benturan keenam agenda penting, termasuk dua klien internasional dan rapat emergency dengan divisi legal. Susun ulang penjadwalan ini, tentukan prioritasnya, dan jelaskan alasan Anda.”

Gema yang duduk di sampingnya nyaris terbelalak. “Pak Liam… itu—”

“Saya ingin melihat sejauh apa kemampuannya,” potong Liam tanpa menatap Gema.

Anna melihat skenario itu tanpa mengeluh meski wajahnya sempat menunjukkan keterkejutan. Dua puluh lebih agenda dalam waktu tiga jam—bahkan untuk sekretaris profesional pun ini adalah ujian berat.

Namun ia tidak menyerah. Setelah menarik napas dalam, ia mulai membaca satu per satu jadwal dengan teliti. Suasana ruangan berubah hening. Liam menatapnya tanpa kedip, seakan menunggu Anna kehilangan arah.

Yang mengejutkan, itu tidak terjadi.

Anna mulai menandai agenda mana yang harus didahulukan—agenda klien internasional terlebih dahulu, kemudian pertemuan legal penting yang tidak bisa ditunda. Rapat internal dipindahkan ke slot lain yang masih realistis.

“Kenapa rapat divisi internal Anda pindahkan?” tanya Liam tiba-tiba.

Anna menjawab tanpa mengangkat wajah, “Karena agenda itu tidak melibatkan pihak eksternal, Pak. Klien internasional memiliki jadwal ketat dan hanya bisa bertemu hari ini. Rapat internal lebih fleksibel.”

“Dan rapat dengan legal Anda beri jeda satu jam dari investor meeting. Alasannya?”

“Bapak memerlukan waktu untuk membaca brief hukum sebelum memutuskan apa pun. Jika dua rapat besar dilakukan berurutan tanpa jeda, efektivitasnya pasti turun.”

Gema sampai memandang Anna lebih lama. “Anda memperhatikan pola kerja Pak Liam?”

Anna mengangguk pelan. “Saya observasi selama menjalani orientasi, Pak.”

Kening Liam sedikit berkerut. Ia tidak menyangka seorang magang memperhatikan pola kerjanya sedetail itu.

Anna menyelesaikan penyusunan jadwalnya dalam waktu lima belas menit. Tidak cepat, tetapi stabil dan sistematis. Ia menambahkan alternatif pada catatan kecil, mengantisipasi perubahan mendadak.

“Selesai, Pak,” ucapnya sambil mendorong kertas itu ke arah Liam.

Liam mengambilnya. Matanya bergerak cepat menyisir catatan tersebut. Alur penyusunan agenda jelas, prioritasnya tepat, dan alasannya logis. Tidak sempurna, tetapi sangat baik untuk level magang.

Ia meletakkan kertas itu kembali ke meja dan bersandar di kursinya.

“Baik,” katanya singkat.

“‘Baik’ berarti bagus atau sekadar formalitas, Pak?” tanya Gema dengan sedikit senyum kecil.

Liam mengabaikan komentar itu. “Apakah Anda memiliki pertanyaan lain?”

Anna menggeleng. “Tidak ada, Pak. Terima kasih atas kesempatan interviewnya.”

Ia berdiri, membungkuk sopan, lalu berjalan ke pintu. Gema memperhatikannya—ada rasa bangga di matanya, bercampur kekhawatiran pada bagaimana hasil keputusan akhir nanti. Anna menutup pintu perlahan, tanpa suara.

Begitu pintu tertutup, Gema langsung berbalik menghadap Liam.

“Pak, Lo tahu hasil jawaban Anna tadi sangat baik, bukan?”

Liam tidak menjawab.

“Lo sengaja ngasih skenario tingkat tinggi dengan harapan dia tersandung. Tapi dia tetap bisa menyelesaikannya. Bahkan alasannya buat setiap keputusan sangat rasional.”

Liam memijat pelipisnya. “Gue gak suka kedisiplinannya yang tiba-tiba muncul hari ini.”

“Itu bukan alasan menolak kemampuan seseorang, Pak.”

Liam diam. Ada sesuatu di matanya—ketidaksukaan, tetapi bukan karena Anna buruk… melainkan karena Anna tidak sesuai ekspektasinya untuk gagal.

“Anna… terlalu berani,” gumam Liam akhirnya.

Gema menghela napas. “Atau justru terlalu kompeten untuk diremehkan, Pak.”

Liam tidak mengiyakan. Tetapi untuk pertama kalinya, ia tidak memiliki alasan logis untuk menjatuhkan Anna.

Dan itu, bagi Liam, jauh lebih mengganggu daripada insiden teh panas mana pun.

Di luar ruangan, Anna bersandar sejenak pada dinding koridor, merasakan lututnya melemas pelan. Seluruh keberaniannya tadi seperti menguap begitu pintu tertutup. Ia tidak tahu apakah jawaban-jawabannya cukup, tetapi yang ia tahu adalah satu hal: ia sudah melakukan yang terbaik tanpa berbohong pada dirinya sendiri. Saat berjalan menuju lift, beberapa staf memandangnya dengan penasaran, namun Anna tetap melangkah tegak. Di sisi lain pintu ruangan, Liam masih menatap jadwal yang ia susun. Meski enggan mengakuinya, ada satu hal yang akhirnya harus ia terima—Anna bukan sekadar magang yang ceroboh. Gadis itu, tanpa sadar, baru saja menggeser persepsinya satu inci ke arah yang tidak ia sukai.

1
Tania Sunjana
luar biasa slalu di tunggu kelanjutan nya
Tania Sunjana
slalu nunggu kelanjutan nya thor🙏
elistya suci
kok gk update2 thor??udh 2 hari iniii😄
Evi Lusiana
semangat an,bkin suamimu bucin sm kamu
Evi Lusiana
ketawa dasar gema assistan koplak
elistya suci
kak kok gk up up ya
Evi Lusiana
knp liam mau aj d stir ibuny,bgaimn seorag ibu tega mengirbankan perasaan liam dan ana hny demi jabatan dn nama baik
Rezqhi Amalia: permisi kak, siapa tahu kakak minat mampir dikaryaku yang berjudul 'Terjebak Pernikahan Kontrak Dengan Dosen Pembimbingku'

terimakasih sebelumnya 🤗💐
total 1 replies
Evi Lusiana
semangat ana,bwt suami mu bucin padamu,tumbuhkan lg cinta yg mulai layu
elistya suci
tengkiu thor..ditunggu up up lagi..wkwkwk serakah dikit lah thorrr
Evi Lusiana
knp karakter liam bgtu angkuh dn munafik thor,gk mau ngakuin perasaaan ny membeli cinta dg kekuasaan
elistya suci
keren si ceritany,bikin penasaran,saking bener2 bikin penasaran kadang digantung,dan udh jauh epiaodenya blm deal2 juga jadiannya liam sama anna🤣udh gemes gt sama ceritany
elistya suci
thor,updatenya itu setiap waktu apa ya thor?lewat tengah malamkah,pago subuhkah,apa pagi2,siang hari,apa sore,apa malem,apa menjelang tengh malam.aku tu ngguin trs update terbaru ni cerita thor,tp waktunya gk di bikin menentu😆
elistya suci: tp ini kok blm update2 thor,kadang update cuma 1,kadang 3 ,kadang 2😄
total 2 replies
Evi Lusiana
kau psti menyesal liam gk mengakui perasaanmu sndri
elistya suci
suatu saat jika ana udh mentok dengan segala urusan sakit hatinya,dan dia memilih pergi dari liam,semoga aja liam gk ada penyesalan betubi2 kalo pas sadar ternyta si liam lebih bnyak cintanyaa ke ana😄
Evi Lusiana
muna lo liam
elistya suci
tengkiuu tripleee up,nambah lagi makinn mantap..bikin pinisirin bingitt nih setiap bab ny
elistya suci
semngatt thorr
Evi Lusiana
greget sm liam knp dia gk bs tegas dgn perasaan ny
elistya suci
up lg thorr🙏🙏🙏
Evi Lusiana
kapok lu liam,pengecut gk brani jujur dg perasaanny thd ana,terlalu egois mnggunakn kekuasaan tuk mncari² kesalahan org2 yg tk bersalah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!