Warning! Area 21+ yang masih di bawah umur harap tidak membaca novel ini. 🙏😁
Seorang gadis bernama Elisa yang punya segalanya dalam hidup, ia cantik, populer dan kaya raya. Hidupnya begitu sempurna, namun tak banyak yang tahu jika ia mempunyai trauma masa kecil karena penghianatan sang ayah yang menyebabkan ibunya meninggal bunuh diri.
Lima belas tahun berlalu. Sebelum sang ayah meninggal, beliau menulis sebuah surat wasiat yang bertuliskan bahwa seluruh harta kekayaannya akan jatuh ke tangan sang putri tunggalnya. Dengan syarat Elisa harus menikah dan melahirkan keturunan penerus keluarga.
Elisa yang tak percaya dengan adanya cinta sejati mulai mencari cara agar ia mendapatkan warisan tersebut. Dan saat itulah seorang pria sederhana muncul di hadapannya karena meminta Elisa membatalkan penggusuran pemukiman tempat pria itu tinggal.
"Aku akan membatalkan penggusuran itu dengan satu syarat, menikahlah denganku, setelah aku hamil dan melahirkan kamu akan aku bebaskan." Elisa Eduardo.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alya aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.31 (Positif and posesif)
Setelah ungkapan yang tak terjawab karena tiba-tiba saja Elisa muntah dan kembali lemas, pagi harinya hal yang sama kembali terjadi. Elisa melangkah cepat menuju kamar mandi dan segera di susul oleh Reynald.
Reynald memijat-mijat tekuk leher Elisa yang saat ini sedang memuntahkan isi perutnya di wastafel. "Apa tidak sebaiknya kita panggil dokter, supaya kita tau kamu kenapa?"
Sebenarnya Reynald punya kecurigaan tersendiri tapi ia tak ingin terlalu berharap lebih sebelum mengetahui fakta yang sebenarnya. Malam tadi saat Elisa sedang tertidur, ia membuka salah satu situs web yang memuat sebuah artikel tentang tanda-tanda kehamilan.
Setelah merasa lebih baik, Elisa berbalik menatap Reynald. "Aku akan mampir ke rumah sakit saat berangkat ke kantor nanti, sepertinya aku masuk angin."
Apa dia benar-benar tidak tahu tanda-tanda saat orang sedang hamil, kenapa dia masih saja menyangka itu hanya masuk angin, batin Reynald.
"Lebih baik kamu libur ke kantor dulu, aku akan mengantar kamu ke rumah sakit," ujar Reynald.
"Aku baik-baik saja, Viola akan mengantar ku," tolak Elisa.
"Masih marah?" tanya Reynald tiba-tiba.
"Siapa yang marah, aku tidak marah. Oh iya tentang ucapan kamu semalam, a-aku ... aku seb--" ucap Elisa terpotong karena tiba-tiba saja Reynald memeluknya dengan erat.
"Jangan di jawab kalau masih ragu ... aku tidak akan meninggalkan kamu hanya karena kamu tak memberi kepastian, pikirkan baik-baik sebelum memutuskan. Yang harus kamu tau sekarang aku benar-benar tulus menyayangi kamu," tutur Reynald.
Elisa melepaskan pelukan Reynald darinya, "Sejak kapan kamu menyukai ku? Apa kamu hanya sekedar menyukai ku saja, bukan karena cinta?" ujar Elisa dengan wajah cemberutnya.
"Hey aku belum selesai bicara." Reynald menangkup wajah Elisa dengan kedua tangannya. "Aku juga tidak tau sejak kapan, semua berjalan begitu saja, aku tidak ingin menjanjikan apapun, cukup lihat saja bagaimana cara ku membuat kamu tergila-gila pada ku."
"Ck, kenapa kamu percaya diri sekali," ucap Elisa. Ia hendak melangkah keluar dari kamar mandi namun Reynald tiba-tiba kembali memeluknya.
"Aku mencintai kamu, Elisa," ucap Reynald tanpa ragu.
Elisa terlihat mulai berkaca-kaca. Meski tak menjawab namun ia membalas pelukan Reynald dengan sangat erat. Ia sangat senang sampai hampir menangis tapi ia mencoba menahan semuanya. Bukannya tidak cinta, tapi ia hanya ingin lebih berhati-hati agar tidak berakhir seperti sang Mama.
Teruslah bertahan dan berjuang membuktikan ucapan mu, buat aku melupakan sebuah fakta yang terlanjur melekat di ingatan ku, bahwa di dunia ini tak ada satupun laki-laki yang bisa di percaya, tolong buat aku agar terlepas dari trauma ini, batin Elisa.
...**...
Sekitar pukul sembilan pagi, Reynald dan Elisa melangkah menuruni tangga secara beriringan. Di ujung tangga sana, Viola sudah menunggu Elisa seperti biasa.
"Selamat pagi Nona, Tuan," sapa Viola saat Reynald dan Elisa berada di hadapannya.
"Selamat pagi Vio," sapa Reynald dan Elisa secara bersamaan.
"Wah kalian kompak sekali. Oh iya Nona, apa tidak sebaiknya hari ini Nona tidak usah masuk kantor, tadi kata Ibu saya Nona pingsan?" tanya Viola.
"Hari ini Elisa memang tidak akan masuk kantor, kami akan ke rumah sakit untuk memeriksa kondisinya," sanggah Reynald.
"Kalau begitu tolong kamu handel ya,Vio. Rapat bulanan cancel saja dulu," ujar Elisa.
"Baik Nona, tenang saja," ucap Viola dengan lugas.
"Kalau begitu kami pergi dulu ya," ucap Reynald lalu melanjutkan langkahnya bersama Elisa.
Sementara Viola masih diam seraya memandangi kepegian bosnya. Tadinya ia ingin bertanya tentang kondisi Elisa yang ia curigai sedang berbadan dua, tapi rasanya begitu lancang bertanya seperti itu saat semua belum ada kejelasan.
"Sepertinya Nona Elisa benar-benar hamil, aku harus kasih tau Ibu nih," gumamnya sendiri lalu melangkah cepat menuju dapur utama.
...**...
Sesampainya di rumah sakit. Saat sampai di bagian pendaftaran untuk mendaftar. Tak lama seorang perawat menginstruksikan agar Reynald langsung saja pergi ke ruangan dokter spesialis.
"Ayo kita kesana," ucap Reynald seraya mengulurkan tangannya kepada Elisa.
Elisa berdiri dari posisi duduknya dan langsung meraih uluran tangan Reynald. "Kita mau kemana?" tanyanya.
"Ikut saja, dokter sudah menunggu," jawab Reynald lalu menarik Elisa agar mengikuti langkahnya.
Sesampainya di depan ruangan dokter spesialis. Elisa membulatkan matanya saat membaca sebuah tulisan yang ada di pintu, "Dokter Diana. SpOG ... ini dokter spesialis kandungan kan?"
Reynald berbalik menatap Elisa sambil tersenyum. "Iya kita akan memeriksa kondisi kamu di sini, aku curiga kamu hamil."
"Hah, kamu tau dari mana aku hamil? Kita ke dokter umum saja, aku takut kecewa kalau sampai hasilnya aku dinyatakan tidak hamil," ujar Elisa.
Reynald langsung menahan Elisa yang hendak beranjak pergi. "Kamu percaya sama aku ... insting seorang calon ayah tidak perlu di ragukan. Aku yakin kamu pasti hamil."
"Wah, kamu benar-benar percaya diri ... baiklah aku akan masuk tapi kalau aku tidak hamil aku akan marah lagi padamu!" seru Elisa.
A few minutes later....
...Setelah dokter spesialis kandungan itu melakukan pemeriksaan fisik dan juga USG kepada Elisa....
...🍂🍂🍂...
"Selamat ya Tuan, Nona Elisa positif hamil," ucap dokter wanita itu dengan wajah sumringah.
Elisa nampak tercengang, matanya membulat dan mulutnya terperangah. Ia benar-benar tidak menyangka jika dirinya benar-benar sedang hamil. Tadinya ia pikir hanya masuk angin biasa, pantas saja beberapa hari ini ia mudah sekali senang dan begitu juga sebaliknya.
Jangan tanya bagaimana ekspresi wajah Reynald. Entah kenapa ia merasa begitu emosional saat mendengar penuturan dokter. Ia tak bisa menutupi rasa harunya hingga hampir menangis. "Terimakasih dok."
"Sama-sama Tuan, tolong di jaga ya karena dalam kondisi hamil muda seperti sekarang Nona Elisa tidak boleh capek ataupun sampai setres," ujar dokter itu lagi.
"Baik dok, kalau begitu kami permisi dulu."
Reynald menuntun Elisa keluar dari ruangan itu. Sesampainya di luar Reynald heran karena melihat Elisa hanya diam sejak di ruangan dokter tadi.
"Hey kamu kenapa, tidak senang karena sudah hamil?" tanya Reynald.
Elisa menggeleng perlahan. "Bukan begitu, aku hanya tidak menyangka ternyata aku benar-benar hamil, terus kenapa perut ku masih rata begini? tanya Elisa balik.
"Ya ampun istri ku ini ... kamu ini benar-benar tidak tau ya, semua berproses selama sembilan bulan," ujar Reynald lalu mencubit pipi Elisa pelan.
"Aw sakit," keluh Elisa seraya mengusap wajahnya.
"Ayo kita belanja, kamu butuh susu dan buah," ujar Reynald.
"Langsung pulang ke Mansion saja, biar pelayan yang mengurus itu semua, ucap Elisa.
"Tidak, aku ingin membelinya sendiri untuk calon anak kita, ayahnya Kane ada di sini kenapa harus mengandalkan orang lain," ucap Reynald sambil mengelus perut Elisa yang masih nampak rata."
Wajah Elisa mendadak memerah padam karena tindakan sang suami. "Ehm, ba-baiklah kalau begitu tunggu apalagi, ayo pergi."
Bersambung 💓
Jangan lupa dukungannya ya readers 🙏😊