NovelToon NovelToon
Business Marriage

Business Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Angst / Kehidupan alternatif / Romansa
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Theodora A

Setelah mengetahui sebuah rahasia kecil, Karina merasa bahwa ia akan mendapatkan banyak keuntungan dan tidak akan rugi saat dirinya mendekati Steve, pewaris dari perusahaan saingan keluarganya, dengan menawarkan sebuah kesepakatan yang sangat mungkin tidak akan ditolak oleh Steve. Sebuah pernikahan yang mendatangkan keuntungan bersama, baik bagi perusahaan maupun secara pribadi untuk Karina dan Steve. Keduanya adalah seseorang yang sangat serius dan profesional tentang pekerjaan dan kesepakatan, ditambah keduanya tidak memiliki perasaan apa pun satu sama lain yang dapat mempengaruhi urusan percintaan masing-masing. Jadi, semuanya pasti akan berjalan dengan lancar, kan? * * Cerita ini hanyalah karangan fiksi. Baik karakter, alur, dan nama-nama di dalam tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Theodora A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23

Dengan bingung, Karina menoleh dan menatap sekelilingnya. Ia tidak melihat siapa pun di sekitarnya, satu-satunya hal yang menemaninya adalah suara jangkrik di kejauhan dan suara deburan ombak yang terdengar begitu dekat di telinganya.

Suara desiran angin yang berhembus juga terdengar lebih jelas dibandingkan dengan hembusan angin saat ia duduk di taman belakang mansion. Setiap tiupannya juga terasa lebih dingin menerpa tubuhnya.

Saat itulah Karina menyadari bahwa dirinya sedang berada di pantai. Ia sedang terduduk di atas pasir pantai.

Sambil menarik napas pelan, Karina berpikir apakah ini adalah pantai yang pernah ditunjuk oleh Steve dari jendela kamar mereka di mansion. Bagaimana bisa ia berlari sampai ke sini? Apakah ia bisa melihat mansion mereka dari sini?

Dengan sedikit rasa panik, Karina berbalik. Ia mencoba mencari satu bangunan yang tidak asing di matanya. Namun yang ditemui oleh matanya hanya sederetan rumah berlantai tiga dengan atap berwarna merah tua yang saling berdempetan, yang berjajar di sepanjang bukit yang mengelilingi pesisir pantai tempat ia berada saat ini. Semua bangunan itu menghalangi pandangannya, ia sama sekali tidak bisa menemukan bangunan mansion dari sini.

Karina pun menyadari kalau dirinya sedang dalam masalah.

Ia menghela nafas berat, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, lalu mencoba mencari-cari benda kecil berbentuk persegi panjang di saku celana pendeknya. Dan ketika ia tidak bisa menemukannya baik di saku kanan atau kirinya, Karina seketika menegakkan tubuhnya.

Karina mencoba mengingat-ingat, hilang kemana ponselnya itu. Dan beberapa detik kemudian ia mengerang pasrah, baru teringat kalau dirinya tadi melempar ponsel itu segera setelah menutup telepon, dan benda itu mungkin sekarang tergeletak di suatu tempat di taman belakang mansion.

Dirinya secara implusif berlari keluar dari mansion tanpa ponselnya, sehingga ia tidak memiliki cara untuk menghubungi siapa pun untuk menjemputnya dan memberi tahu mereka di mana ia berada saat ini. Semua ini benar-benar kacau sekali, seolah-olah malam ini tidak bisa menjadi lebih buruk lagi.

Karina tidak ingat berapa lama sudah berlalu sejak ia berlari meninggalkan taman. Ia sama sekali tidak melihat jam yang tertera di ponselnya saat melempar benda itu sembarangan, yang ada di pikirannya saat itu hanya ia ingin pergi sejauh mungkin dari sana.

Sambil mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi, Karina bertanya-tanya apakah orang-orang di mansion menyadari bahwa dirinya sudah keluar terlalu lama? Apakah sekarang mereka sedang mencarinya di taman?

Karina bertanya-tanya apakah Steve mencoba meneleponnya hanya untuk menemukan ponselnya yang tergeletak di taman? Ia bertanya-tanya apakah Steve bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang salah?

Karina kembali menghela nafas, mengusap-usap wajahnya dengan jengkel. Kenapa di saat seperti ini dirinya malah memikirkan apa yang akan Steve lakukan, bukannya memikirkan apa yang Felix rasakan setelah ia mematikan telepon. Bagaimana kalau ternyata Felix kembali meneleponnya beberapa kali dan Karina tidak mengetahuinya karena telah melempar ponselnya begitu saja?

“Karina, sadarlah,” bisik Karina pada dirinya sendiri. Ia memejamkan matanya selama beberapa saat, kembali membukanya dan mengangkat dirinya untuk berdiri. Karina berpikir, mungkin ia bisa mengambil kesempatan ini untuk benar-benar menyendiri dan menenangkan hati dan pikirannya yang kacau.

Ia kembali menatap sekelilingnya, mencoba untuk sekali lagi mendeteksi kehadiran orang lain selain dirinya di sini, hanya untuk menemukan hal yang sama, ia benar-benar sendirian. Satu-satunya tanda kehidupan yang bisa ia temukan adalah suara jangkrik, yang disertai dengan gemerisik dedaunan dan deburan ombak yang tenang. Karina meluruskan punggungnya, dan memutuskan untuk berjalan-jalan di tepian pantai. Mungkin sentuhan pasir-pasir yang menggelitik dan air laut yang membasahi kakinya akan membantunya untuk berpikir lebih jernih.

Dengan pemikiran tersebut, Karina melepas sandalnya, memegangnya dengan satu tangan dan mulai berjalan ke tepi pantai.

Ombak yang bergulung dengan tenang merayap ke atas pasir dalam bentuk gelombang yang kecil, mengenai tepat di pergelangan kakinya. Sensasi air laut yang dingin menyapu kulitnya dan membuatnya sedikit bergidik. Ternyata airnya terasa lebih dingin yang Karina perkirakan. Namun anehnya, rasa dingin itu juga sedikit menenangkannya. Karina menyukai suhu air yang sangat kontras dengan panas yang bergejolak dalam dirinya. Dinginnya air yang mengenai kakinya mengingatkan Karina bahwa ia masih di sini, masih berpijak di bumi. Mengingatkannya bahwa ia baik-baik saja, dan masih bernapas.

Langkah kakinya berhenti, dan Karina memutar tubuhnya untuk menghadap lautan yang terbentang luas di hadapannya. Ia membiarkan setiap gelombang air menyentuh kakinya, perlahan membuat kakinya semakin terbenam ke dalam pasir. Ia berdiri diam cukup lama, hingga tanpa sadar air yang tadinya hanya membasahi sebatas pergelangan kakinya, kini mulai membasahi hingga betisnya.

Ia mendongakkan kepalanya ke atas, dan tatapannya bertemu dengan pemandangan indah langit malam yang membuatnya takjub. Karina hampir tidak pernah melihat langit malam yang sangat jernih. Tinggal di perkotaan tentu membuat langit tidak pernah sebersih saat berada di pulau kecil seperti ini. Karina melihat bulan purnama yang bersinar terang, dan bintang-bintang yang bertaburan di setiap penjuru langit. Mungkin jika ia menatap dengan lebih seksama, ia akan bisa menemukan beberapa rasi bintang yang ia ketahui.

Karina membiarkan alam memanjakan matanya. Ia membiarkan air membasahi kakinya, dan angin dingin membelai tubuhnya hingga mengacak-acak rambutnya. Karina kini tenggelam dalam pikirannya yang kacau balau bagaikan diterpa badai.

Untuk pertama kalinya sejak ia meninggalkan Australia beberapa hari yang lalu, Karina akhirnya memiliki waktu untuk benar-benar menyendiri dan merenung. Keheningan ini memang sesuatu yang sangat ia butuhkan untuk akhirnya bisa mendengarkan suara hati dan pikirannya sendiri.

Karina menyadari ada perasaan yang sangat mengganjal di dalam dadanya sejak ia mengatakan apa yang ia rasakan kepada Felix beberapa saat yang lalu. Perasaan yang awalnya terus-menerus mendorong dirinya dengan pelan, dan semakin lama semakin kuat hingga rasanya ia akan terdorong jatuh ke dalam jurang yang dalam. Selama ini Karina tidak menyadari bahwa dirinya telah menyembunyikan sebuah goresan kecil yang setelah sekian lama telah membusuk menjadi luka menganga yang menyakitkan. Dan butuh jarak yang sangat jauh dari Felix untuk Karina akhirnya menyadari dan memberitahu kekasihnya betapa perihnya luka tersebut.

Sambil tetap menatap langit, sedikit demi sedikit Karina mencoba menenangkan pikirannya, mencoba untuk berpikir lebih rasional. Mungkin Felix tidak sepenuhnya salah. Mungkin besok ketika dirinya sudah cukup tenang, ia akan memikirkan cara untuk berbicara dengan Felix, mencoba menjelaskan dirinya lebih baik daripada kegagalan yang menyedihkan malam ini. Dan ia juga akan meminta maaf.

Mungkin memang ini salahnya jika Felix tidak bisa mempercayainya lagi. Mungkin memang dirinya telah terlalu banyak mengabaikan Felix, semakin jarang bertemu dengannya, dan waktu yang dihabiskannya untuk menelepon kekasihnya itu semakin pendek seiring waktu yang berlalu. Sudah berapa lama sejak dirinya langsung membalas pesan masuk dari Felix, alih-alih hanya menatap notifikasi dan memasukkan kembali ponsel ke dalam sakunya, berpikir bahwa ia akan membalasnya nanti ketika dirinya sudah tidak sibuk?

Sejak perusahaan keluarganya bergabung dengan perusahaan milik keluarga Steve, Karina mendapatkan beban pekerjaan dua kali lipat dari sebelumnya. Ia harus berada di dekat Steve hampir setiap saat, tidak memiliki banyak waktu untuk mengangkat telepon dari Felix. Kekasihnya itu bahkan harus menelepon setidaknya dua kali jika ingin mendapatkan jawaban dari Karina.

Karina berpikir, sejak kapan dirinya menjadi terlalu sibuk untuk menghabiskan waktu bersama orang yang sangat ia cintai?

Pertanyaan yang barusan melintas di otaknya itu menghantam Karina bagaikan kerikil kecil yang dilemparkan pada permukaan air yang tenang. Efeknya begitu halus, namun cukup untuk menyebabkan ribuan riak yang menghantamnya seperti ribuat pukulan yang meruntuhkannya.

Tiba-tiba nafas Karina terasa tercekat di tenggorokannya. Detik berikutnya, Karina berjongkok dan mulai terisak pelan. Ia tidak peduli dengan air yang kini membasahi paha dan celananya.

Sudah berapa lama sejak ia berada di pelukan Felix dan benar-benar menikmati waktu tanpa harus bergegas kembali ke kantor untuk berkutat dengan pekerjaannya. Sudah berapa lama dirinya benar-benar menatap mata kekasihnya itu, tanpa harus memikirkan hal-hal lain?

Isak tangisnya pun mulai terdengar semakin keras.

1
Mily
jleb bgt/Grimace/
Skylar
😢
Violette_lunlun
ihh seru banget bacanya, padahal ini baru awal...
aku mampir nih thor... semangat ya!
Yunita
Roseane: padahal gua diam2 aja anj-

😭
Theodora: Kak😂😭😭
total 1 replies
Skylar
Waduh.. beneran ikutan nyesek sama chapter ini😣 mau nyalahin karina.. tapi gimana ya. Lihat felix kasian tp setelah dibaca2 ternyata dia jg ada salahnya. Takut bgt habis ini felix sama steve jd musuhan. Duh dilema dah asli😩 seru sih ini chapter! Lanjut kakkk, ini jg si karinanya lari kemana dah dramatis amat
Jacky
ikutan galau bgt;;;
Valley
Ga ada yg bener mah ini mereka berdua🥺
Valley
Deg banget asli😭
Mackenzie
nyesek banget bjir/Sob/
May
dahlah/Sob/
May
dua2nya mulai goyah ini/Blush/
Jacky
wihhhh udah ketahuan😢 makin menarik sih ini. cepat update pls!!
Jacky
emak mereka kerjaannya ngintip mulu wkwkwk
R 💤
🌹 sbg tanda perkenalan hehe
R 💤
Hai Thor aku mampir 👋🏻
R 💤: okey Kaka, 🙏🏻
Theodora: Halo, terima kasih udah mampir🫶
total 2 replies
Anyelir
jalan awal ceritanya udh bagus
Theodora: Terimakasih kak :)
total 1 replies
Skylar
Duh takut😭
Skylar
Real banget sih ini.. relate sama kehidupan nyata🙃
Valley
Waduh gawat😭😭
Yunita
Masalah mulai muncul nih😖
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!