Bisakah kalian bayangkan, gadis 17 tahun yang baru masuk universitas di paksa untuk menjual tubuhnya kepada pria hidung belang? ya, Siera tidak akan pernah mau melakukan itu. melawan paman dan bibinya yang berbuat jahat padanya. bertemu seorang pria dan langsung mengajaknya menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Paman, ayo kita menikah.
"Aku? aku yang punya rumah ini." jawab Tuan Abraham.
Sierra manggut-manggut kemudian menatap rumah yang begitu besar ini. "Lalu, ngapain aku dibawa kemari? Apakah aku melakukan kesalahan?" tanya Sierra. dia mencoba mencari siapa yang sudah menculiknya tadi.
"Tidak apa-apa, jangan khawatir gadis kecil. Kamu tidak akan mendapatkan masalah kok." jawab Tuan Abraham.
"Ayah, ngapain ayah membawa sarang lebah ini kemari?" tanya Xavier sembari menunjuk baca Sierra. hal itu membuat Sierra tersinggung kemudian menarik dasi yang masih melingkar di leher Xavier "Hei Paman gorila, beraninya kamu mengatakan aku seperti itu, pakai menunjuk wajahku lagi." ucap Sierra.
Wajah Xavier dan wajah Sierra beradu, jarak wajah mereka begitu dekat hingga hembusan nafas itu terasa.
"Ini sarang lebah tangannya gesit banget ya, langsung narik dasi si bos hingga tubuhnya membungkuk seperti itu." gumam Ricardo dalam hati sembari menutup wajahnya dengan jari.
"Tuan, lihatlah..," bisik pelayan Andi.
Tuan Abraham hanya tersenyum melihat adegan itu.
"Hei Paman raksasa kalau bicara itu tidak usah menunjuk wajahku, kamu ini tidak punya sopan santun ya? apa waktu kamu lahir kamu tidak antri sopan santun?" sindir Sierra sembari menatap tajam wajah Xavier.
Melihat wajah yang begitu dekat itu tiba-tiba saja jantung Xavier berdebar begitu kencang, baru pertama kali ini ada seseorang yang memperlakukan dirinya seperti itu. "Bisa lepasin tanganmu nggak?" ucap Xavier.
"Memangnya kenapa?" tanya Sierra.
"Jangan-jangan kamu mau menciumku lagi?" jawab Xavier.
Sierra baru tersadar bagaimana kondisi mereka saat ini. kedua tangan Sierra terbuka, dasi yang dia tarik tadi terlepas hingga membuat Xavier hampir terjatuh.
"Maaf..," ucap singkat Sierra.
"Ini gadis tangannya gesit amat, ditinggal nengok saja dia langsung narik dasiku." gumam Xavier dalam hati sembari memalingkan wajahnya. wajahnya terasa panas jantungnya berdebar begitu kencang, bahkan terasa ada aliran listrik yang menyusup ke tubuhnya
"Gadis cantik, siapa namamu!" tanya Tuan Abraham.
Sierra sedikit terdiam, kemudian menatap Tuan Abraham. "Nama saya Sierra leones," jawab Sierra.
"Aku membawamu kemari karena ada sesuatu yang sudah merusak ketenanganku." ucap Tuan Abraham.
Sierra sedikit bingung, dia tidak tahu kemana arah pembicaraan pria tua yang ada di depannya itu. "Maksud kakek apa?" tanya Sierra dengan polos.
Tuan Abraham tersenyum, Dia kemudian mengatakan mengenai kejadian yang ada di restoran dan di hotel. Tuan Abraham menceritakan kalau dirinya merasa sangat tertekan karena berita-berita itu, pria tua itu juga mengatakan nama baiknya sekarang terancam.
"Kok bisa gitu kakek? aku kan nggak ngapa-ngapain." jawab Sierra sembari mengangkat kedua tangannya.
'Polos' itulah yang ada di benak Tuan Abraham. Xavier dan Ricardo saling menatap satu sama lain, setelah itu mereka baru sadar mengenai apa yang direncanakan oleh pria tua yang ada di depannya itu.
"Bos, jangan-jangan...," perkataan Ricardo terhenti.
"Ya Tuhan bagaimana ini, gara-gara dua insiden itu nama baik keluarga Lincoln sekarang dalam bahaya. Aku sudah tua, aku tidak mau dikatakan sebagai pria tua ayah dari pria mesum tidak tahu diri." ucap Tuan Abraham sembari berakting begitu mengenaskan. dia memukul dirinya sendiri hingga membuat Sierra malah ketakutan.
"Jangan seperti itu kakek, suer, sumpah. beneran aku sama Paman tua itu tidak ngapa-ngapain kok, waktu di hotel aku cuma melarikan diri karena pamanku mau menjualku. Sumpah demi apapun, demi uang banyak atau demi bonus apapun kami tidak melakukan apapun kok, sumpah." ucap Sierra panjang lebar.
Plakk
"Hei Paman, Kenapa diam saja, cepat bantu aku bicara dong.. kenapa mulutmu langsung diam seperti itu!" bentak Sierra setelah memukul punggung Xavier.
Terkejut, itulah yang sekarang ini dirasakan oleh semua orang, pria dingin seperti bongkahan batu dan es itu diam saja ketika dirinya dipukul oleh seorang gadis.
"Aku tidak mau hidup lagi kalau seperti ini, pasti semua orang akan menertawakanku." Tuan Abraham berakting begitu memilukan.
"Kakek... jangan bicara seperti itu dong, Aku beneran tidak ngapa-ngapain anak kakek kok, masa aku yang masih gadis muda berusia belia ini mau menodai Paman tua seperti dia sih." ucap Sierra.
perkataan Sierra membuat Ricardo dan yang lain yang mendengar perkataan itu mereka ingin tertawa namun mereka tahan.
"Sudah tua galak lagi, masa aku mau ngapa-ngapain dia sih.. belum ngapa-ngapain pasti aku dilempar duluan." Sierra melanjutkan menggerutu. bibirnya tidak ada henti-hentinya mengatai Xavier dengan beberapa kalimat spontan dan lucunya.
Tuan Abraham tertawa dalam hati, dia benar-benar melihat dengan kedua matanya bagaimana putranya itu diolok-olok oleh gadis muda yang ada di depannya.
"Berani sekali Kamu menghinaku seperti itu ya, aku masih berusia 30 tahun aku masih muda, masih tampan perkasa dan aku ini masih hebat dalam hal apapun." ujar Xavier dengan suara yang begitu keras. kedua matanya mendelik melotot menatap Sierra yang dari tadi mengatainya tanpa henti.
"Ya jangan ngomong sama aku dong,f itu sama ayahmu. masa Dia mengira kalau aku ngapa-ngapain kamu sih." Sierra terus mendumel.
Sesaat kemudian Tuan Abraham berdiri berjalan mendekati Sierra, pria tua itu menatap Sierra kemudian menarik tangannya. "Bisakah kamu menyelamatkan pria tua ini?" tanya Tuan Abraham.
Sierra terdiam, dia menatap pria tua yang ada di depannya itu. Kepalanya mengangguk tanda jawaban iya. "Selamatkan nama baik keluarga kakek, kamu harus bertanggung jawab kepada Putra kakek, kamu harus menikahi Putra kakek." jawab Tuan Abraham.
Deg..
Sierra yang mendengar perkataan itu seketika matanya langsung mendelik, dia menatap Tuan Abraham seolah tidak percaya. "Kakek jangan bercanda deh.. sama aku harus menikah dengan pria itu." ucap Sierra.
"Jika kamu tidak mau bertanggung jawab, maka aku akan lapor polisi, aku akan bilang kepada polisi kalau kamu sudah melecehkan putraku." jawab Tuan Abraham.
Mendengar itu Ricardo langsung tertawa terbahak-bahak, Dia seolah tidak percaya Ayah bosnya mengatakan hal itu kepada gadis muda yang ada di depannya.
"Ayah, ngapain sih ayah bicara seperti itu. Ayah kira aku ini apaan..," ucap Xavier.
Sierra menganggukkan kepalanya berulang kali, dia juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh Xavier,
"Jika gadis ini tidak mau bertanggung jawab aku akan memasukkan dia ke penjara, setelah itu aku pasti mati." jawab Tuan Abraham.
Deg..
Sierra membayangkan bagaimana sulitnya hidupnya, kemudian dia di masukkan ke penjara gara-gara insiden yang tidak diinginkan itu. Nyali Sierra langsung menciut, otaknya langsung bergerilya ketika bayangan mengenai jeruji penjara ada di depannya, bulu kudunya berdiri jantungnya rasanya tersentak luar biasa. "Mimpi apa aku semalam? aku mau dipenjara?" Sierra bergidik ngeri, tiba-tiba tubuhnya merasakan panas dingin.
Tuan Abraham yang melihat itu dia tersenyum dalam hati.
"Paman, ayo kita menikah. Aku tidak mau masuk penjara, sekarang aku akan bertanggung jawab mengenai dua insiden itu." ujar Sierra.
Xavier seperti orang bodoh mendapatkan ajakan menikah itu, dia terdiam membatu matanya menatap gadis muda yang ada di depannya itu. "Hahaha.. kamu jangan bercanda ya." Xavier yang tersenyum bingung.
"Tidak, ayo kita menikah Paman, jika kamu tidak mau aku nikahi maka aku akan menodaimu terlebih dahulu." kata Sierra. kalimat yang diucapkan oleh gadis berusia 17 tahun itu membuat semua orang terperangah, mereka menatap tajam pada sosok mungil yang ada di depan mereka.
"Wow." satu kalimat yang diucapkan oleh Tuan Abraham dan yang lain.
*bersambung*